Surat Lagi

2049 Kata
Padahal tak sampai 5 menit mereka berdua meninggalkan seseorang itu disini tapi sekarang orang itu telah lenyap berganti sepucuk surat lagi, melihat hal ini membuat Jun Cheol dan Jin Young menghela nafas mereka kasar karena tak banyak yang mereka lakukan. Dengan langkah gontai akhirnya Jun Cheol mengambil surat yang tergeletak ditanah, matanya sibuk membaca baris demi baris yang tertulis disana. Sedangkan Jin Young yang penasaran ikut menghampiri Jun Cheol yang terlihat serius saat membaca surat itu. ~Surat Yang Ditemukan~ Jika kamu berpikir kamu telah hampir menemukan kami, kamu salah! Bahkan satu langkahmu tak pernah mencapai tempat saya, jadi berhentilah sekarang sebelum hal yang tak kau inginkan terjadi. Menyerahlah sebelum semuanya menjadi sia-sia saja, atau anda mau lihat sesuatu yang buruk untuk menghentikan langkah anda? Coba saja anda mencari saya dan kita lihat apa yang terjadi nantinya, mau lihat? Saya pastikan saya tidak akan bermain-main dengan perkataan saya. ~~~ Setelah membaca surat yang menurut Jun Cheol konyol, tak lama Jun Cheol justru tersenyum sinis dan ia menatap lekat pada Jin Young. Sedangkan Jin Young yang ditatap lekat oleh Jun Cheol justru membuatnya bertanya pada Jun Cheol dan akhirnya mereka berdua pun mengobrol santai sambil berjalan kembali ke hotel. "Kenapa anda natap saya seperti itu Jun? Ada apa?" tanya Jin Young bingung. "Ada yang mencoba mengancam saya tapi anda tau sendiri, saya orang seperti apakan Jin Young? Jadi saya menatap anda karena saya ingin melihat bagaimana respon anda jika saya disuruh menyerah? Dia pikir semudah itu mukul mundur saya," tutur Jun Cheol dingin. "Isi surat itu ancaman Jun? Iya saya tau bagaimana anda terlebih jika ia berani mengusik orang yang menurut anda berarti mungkin tak ada tempat untuk orang itu bersembunyi, hah? Orang itu berani menyuruh anda untuk menyerah? Keterlaluan! Jelas tidak akan semudah itu ya kan Jun Cheol? Dia salah besar jika berani memukul mundur anda," sahut Jin Young kesal. "Benar! Dia tidak mengenal saya dengan baik tapi menuliskan hal konyol seperti ini seakan-akan dia mengenal saya dengan cukup baik, lebih tepatnya dia terlihat bodoh karena memperlihatkan kekuatannya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan pengalaman saya selama ini! Benar dia salah besar! Dia terlalu cepat berpikir untuk menang," geram Jun Cheol dingin. "Kita akan pastikan dia kalah telak ya! Kita tidak ada akan memberikan kesempatan menang untuk orang sombong terlebih dia telah bersalah," ucap Jin Young semakin kesal. Mendengar ucapan Jin Young membuat Jun Cheol mengangguk-anggukkan kepalanya tanda dirinya setuju dengan pemikiran Jin Young, tapi saat mereka memasuki lobi Xin Qian yang sedang duduk tak lama ia mendekati Jun Cheol dan Jin Young. "Jun Cheol! Jin Young! Kalian darimana saja?" sapa Xin Qian lembut. Jun Cheol hanya melemparkan pandangannya pada Jin Young dan Jin Young yang menjawab pertanyaan Xin Qian, setelah menjawab pertanyaan Xin Qian tak lama mereka berdua berjalan meninggalkan Xin Qian yang mematung ditempatnya setelah mendengar ucapan Jin Young. "Darimana kami bukan hal yang perlu anda selidiki Xin Qian! Anda lupa anda juga di tunjuk Barra untuk menangani kasus ini, lalu mengapa anda malah bersantai disini? Atau anda memang salah satu dari pelakunya hm?" tutur Jin Young lembut. Sesampainya di lift hotel, Jun Cheol justru tersenyum lembut saat mendengar ucapan Jin Young yang terdengar lebih tegas lagi sekarang. Sedangkan Jin Young yang merasa bangga dan perasaan tak enak membuat Jin Young bertanya pada Jun Cheol, karena Jin Young tak terbiasa berbicara seperti itu hanya saja entah mengapa rasanya kesal saat melihat Xin Qian seperti itu. "Jun? Apa tidak apa-apa saya berkata seperti itu? Jujur saya merasa tak enak hati tapi rasanya melihat nada lembut dari Xin Qian terdengar memuakkan dan mengesalkan hingga saya jadi tak bisa mengendalikan emosi saya," tanya Jin Young bingung. Jun Cheol yang mendengar pertanyaan Jin Young membuat Jun Cheol mengerutkan dahinya bingung lalu ia terkekeh geli saat mengingat jika Jin Young adalah orang yang mudah merasa tak enak dengan orang lain, jadi wajar jika Jin Young kebingungan seperti ini dan Jun Cheol pun menjawab pertanyaan Jin Young untuk menenangkannya. "Tidak apa-apa Jin Young, wajar jika anda kebingungan karena anda tidak terbiasa mengatakan hal seperti ini toh anda tidak memukulnya jadi tenang ya," tutur Jun Cheol menenangkan. Jin Young yang mendengar ucapan Jun Cheol membuatnya menghela nafasnya lega, lalu tak lama mereka berdua memasuki kamar mereka dan mulai sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Jun Cheol kembali memeriksa setiap hal yang ia temukan, sedangkan Jin Young memesan makanan untuk makan malam mereka. Namun saat mereka berdua sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, tak lama ponsel Jun Cheol berdering hingga membuat Jun Cheol mengangkatnya tanpa melihat siapa yang dirinya. Setelah mendengarkan suara penelpon ini, Jun Cheol baru memeriksa nama orang yang menelponnya dan mereka pun berdebat di telpon. "Selamat malam detektif Jun Cheol," sapa seseorang itu senang. "Siapa ini! Ada perlu apa anda menelpon saya?" tanya Jun Cheol dingin. "Anda tidak berhak tau siapa saya, menurut anda kenapa saya menelpon anda? Anggap saja saya sedang bertegur sapa dengan detektif Jun Cheol," kekeh seseorang itu senang. "Kalau begitu anda tidak perlu repot-repot menelpon saya, karena saya tidak butuh bertegur sapa dengan seorang pembunuh sombong seperti anda," tutur Jun Cheol dingin. "Ahahahaha ... saya suka sikap angkuh anda, jadi bagaimana?" ujar seseorang itu senang. "Saya tidak butuh disukai pembunuh seperti anda, apa maksud anda?" ucap Jun Cheol datar. "Apa anda tidak membaca surat manis yang tertinggal disana," sahut seseorang itu geli. "Ah surat ancaman tak berguna itu, lalu?" tutur Jun Cheol acuh. "Anda mencoba memancing kemarahan saya? Masih perlukah anda bertanya saat anda sudah terdesak seperti ini?" sahut seseorang itu kesal. "Tidak ada gunanya saya memancing kemarahan orang sombong seperti anda! Sejak kapan saya terdesak? Bukankah saat ini saya bisa kapan saja menjebloskan anda ke penjara? Ah iya anda perlu bersiap-siap ya! Baiklah jika anda sudah siap beri tahu saya atau anda ingin saya yang memberi tahu anda duluan," sindir Jun Cheol dingin. "Bocah kurang ajar! Apa yang anda temukan tidak akan cukup untuk membuat orang seperti saya bisa masuk ke penjara jadi buang jauh-jauh impian konyol anda itu! Ah atau anda ingin melihat peringatan dari saya? Masih ingin mencari saya pak detektiif?" tanya seseorang itu geli. "Jadi anda lebih tua dari saya baiklah dengan begini saya lebih mudah mencari anda bukan, begitukah? Tapi apa yang saya temukan sudah membuat anda sepanik ini hingga anda repot-repot menelpon dan menulis surat ... ah jadi anda sedang menakuti saya? Tenang saja saya bukan anak umur 5 tahun yang mudah sekali takut! Kenapa saya harus berhenti? Anda bukan boss saya, kenapa saya harus mendengarkan omong kosong anda!" tutur Jun Cheol dingin. "Baiklah jika anda tidak akan berhenti mari kita lihat hal buruk apa yang akan saya lakukan untuk orang seangkuh anda! Keangkuhan anda bisa jadi membunuh seseorang pak detektif lalu apa bedanya saya dengan anda ahahaha," kekeh seseorang itu senang. "Lakukanlah, semakin anda membuat ulah semakin cepat saya menemukan anda bukan? Tentu saja berbeda pak tua! Anda membunuh karena kesadaran dan kekonyolan anda mengejar hidup sedangkan saya tidak akan membiarkan siapapun terbunuh," tutur Jun Cheol tegas. "Begitukah? Baiklah lihat dan carilah saya! Saya menantikan anda pak detektif Jun Cheol yang berhati dingin dan angkuh," kekeh seseorang itu senang. "Jangan khawatir pak tua! Seorang pembunuh tidak akan bisa selamanya hidup dengan bebas dan tenang karena saya pastikan anda bersama orang-orang yang terlibat dalam kasus ini akan menerima hal yang kalian perbuat! Tunggu saja ya," tutur Jun Cheol tegas. "Kita lihat apa besok atau lusa anda masih bisa seangkuh ini," ujar seseorang itu dingin. Mendengar ucapan seseorang disana membuat Jun Cheol menguap sejenak lalu Jun Cheol memutuskan panggilan telponnya, sayangnya nomernya tidak dapat terlacak hingga membuat Jun Cheol kembali sibuk memikirkan segala hal yang terjadi hari ini. Sementara Jin Young yang telah selesai memesan makanan dan menatanya di meja makan, tak lama ia berjalan menghampiri Jun Cheol yang terlihat sedang sibuk. Merasa namanya di panggil membuat Jun Cheol menolehkan pandangannya, lalu mereka berdua pun makan malam dengan tenang meski pikiran Jun Cheol sibuk menerka-nerka apa yang terjadi esok. "Jun Cheol! Waktunya makan malam! Makan dulu Jun," tutur Jin Young mengingatkan. "Iya Jin Young," ujar Jun Cheol datar. Disaat mereka berdua sibuk menikmati makan malamnya, berbeda dengan Ajeng yang sibuk memeriksa kembali apakah cafenya sudah dibersihkan dan beberapa pintu sudah terkunci dengan aman karena ia akan bergegas ke kamarnya untuk beristirahat. Namun tak lama dari kejauhan Ajeng melihat siluet seorang pria mengetuk-ngetuk pintu cafenya yang telah terkunci, melihat hal itu sebenarnya Ajeng ingin membukakan pintu tersebut. Sayang nya Ajeng teringat ucapan pemuda yang ia panggil sekop membuatnya mengundurkan niatnya membuka pintu, karena bisa saja orang itu orang yang jahat. Baru beberapa langkah Ajeng menaiki tangga untuk memasuki kamarnya, ponselnya berdering dan disana terlihat nama teman terbaiknya "Barra". Dengan sigap ia mengangkat panggilan dari Barra dan mereka berdua pun mengobrol, ternyata siluet seorang pria yang ia lihat tadi adalah bayangan temannya sendiri. "Ajeng! Parah banget sih gue telpon dari tadi baru diangkat!" omel Barra kesal. "Daritadi gue sibuk ngecheckin pintu sama dapur Bar! Ada apaan sih nelpon malem-malem gini? Tumben banget," tanya Ajeng bingung. "Gue udah ada di depan cafe lu Ajeng! Astaga gue kayak patung nih ngetok-ngetok pintu cafe lu tapi gak di bukain juga pintunya!" murka Barra semakin kesal. "Astaga Bar! Oke oke tunggu bentar," tutur Ajeng panik. Dengan sigap Ajeng mencari kunci yang sudah ia simpan, lalu tak lama ia membukakan pintu dan ia menertawakan penampilan Barra yang terlihat berantakan. Sedangkan Barra yang sudah kesal bergegas mengambil gelas untuk minum seteguk air karena ia kehausan sejak tadi, tak lama mereka berdua pun mengobrol dengan santai. "Lu abis darimana Bar? Amburadul gitu baju lu?" tanya Ajeng geli. "Tadi abis meeting terus tiba-tiba mobilnya mogok pas lagi jalan dan akhirnya pak supir nunggu mekanik disana nah gue jalan kaki kesini jadilah baju gue lecek, kusut gak jelas bodo amatlah haus gue! Mana handphone gue lowbat lagi bener-bener s**l dah," omel Barra kesal. "Dih bisa gitu? Yaudah nih lu charge handphone lu terus kalo udah lu baliknya naik ojek online aja Bar! Selesaikan masalah lu," tutur Ajeng semangat. "Gak tau tuh apa yang salah perasaan mobil gue mogok mulu dah, iya dah selesai tapi ngomong-ngomong ada detektif kesini gak Ajeng?" tanya Barra lembut. "Kurang di cek-cek lagi kali Bar! Ada sih satu sama temennya kayaknya, emang kenapa Bar? Lu kenal Bar? Eh ada apaan sih?" tanya Ajeng bingung. "Iya kali ya, oh pantesan dia bilang cafe yang sama ... ternyata emang disini toh! Itu loh yang kasus bokap gue lu inget kan? Nah gue minta bantuan dia terus kemarin dia nemuin bukti gitu disini tapi gue masih gak ngerti aja kenapa bisa gitu," tutur Barra menjelaskan. "Bukti apa emangnya? Dari kemarin sih dia nanyain map mulu ke gue, tapi gue aja sama sekali gak liat ada map atau gak," ucap Ajeng sebal. "Nah itu buktinya barusan lu sebutin, map itu! Gue juga masih gak ngerti kenapa bisa mapnya di taruh di sini? Kayak sengaja gitu kalo menurut gue," ujar Barra bingung. "Loh buktinya map? Oh mungkin isi mapnya kali Bar! Padahal gue gak liat sama sekali malah Bar, sengaja? Sengaja gimana Barra?" tanya Ajeng ikut bingung. "Iya maksud gue buktinya ada di dalam map, lah bisa gitu? Emang lu kemana? Iya sengaja tau sengaja kan lu? Ya emang di taruh aja disitu," tutur Barra menjelaskan. "Bisalah orang gue sibuk ngecekin data di lantai atas terus dibawah ada karyawan gue sama ada pembeli terus gak tau deh gimana gak keliatan sama gue soalnya Bar! Taulah! Tapi aneh gak sih masa sengaja Bar?" tanya Ajeng masih bingung. "Oh gitu ... aneh mah jelas Ajeng! Gak heran tapi kenapa gitu? Kenapa harus disini kenapa gak di tempat lain atau ruko lain gitu?" ujar Barra ikut bingung. "Iyakan aneh! Dari banyaknya tempat kenapa harus disini Barra? Menurut lu ulah siapa sih ini Bar? Gue jadi parno kalo kayak gini ceritanya," tutur Ajeng semakin bingung. "Pasti ada alasannya kenapa map itu harus disini Ajeng, jujur gue sih belum tau siapa dan apa hubungannya cafe lu sama kasus bokap gue tapi kemarin detektif bilang kalo ini masih terlalu awal buat mutusin siapa pelakunya," tutur Barra menjelaskan. Di saat Ajeng ingin kembali bertanya pada Barra tiba-tiba seseorang melempar sebuah kotak ke arah Ajeng tapi Barra yang tak jauh dari samping Ajeng segera menangkap kotak itu dan mereka berdua saling menatap bingung. Mereka berdua saling melempar pandangan bingung, tak lama Ajeng ingin membuka kotak aneh dan misterius itu tapi Barra menghentikannya dan mengingatkannya untuk berhati-hati. |Bersambung|
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN