Maura diam. Muka pucatnya begitu dingin dengan tatapan begitu suram menatap pria lusuh berjalan ke arahnya. Ia berpaling membuang muka kala pria itu bersimpuh menekuk kedua lututnya. "Maafkan mas, Maura. Maaf." Lirih Budi, memberanikan diri mendatangi Maura setelah Azzura pergi bersama teman-temannya. Seminggu kepergian Budi, Maura menaruh harapan bahwa sosok suami dan bapak untuk Azzura kembali dari pelariannya. Namun… harapan itu hilang setelah melihat bagaimana putrinya berjuang di luar, dihina dan dikucilkan oleh orang-orang saat berita korupsi dan perjudian Budi terekspos. Tak ada sisa harapan untuk dia menunggu, jangankan menunggu mengingat bahwa Budi suaminya pun Maura sesalkan hal itu. Lalu sekarang pria ini kembali hanya membawa maaf? Untuk apa maaf itu? Maura tidak butuh ma