Terpaksa Lahir Prematur

1187 Kata

Bagian 14 "Lancang sekali mulutmu itu Aira. Makin lama kamu makin ngelunjak, ya!" Ibu mertua malah menyalahkanku. Tuh kan, benar? Mereka memang tidak punya hati. Setelah kupikir-pikir, tidak ada gunanya adu mulut dengan mereka. Tidak akan ada habisnya. Lebih baik menghindari mereka, agar aku tidak semakin stress. "Anak-anak, kita lanjutin main di kamar saja ya!" Aku pun mengajak ketiga buah hatiku ke kamar mereka. Lama-lama mental mereka akan down jika terus-menerus menyaksikan pertengkaran. Dan aku tidak mau itu terjadi. "Baik, Ma!" Jawab mereka serentak. "Mau kemana kamu, Aira? Ibu belum selesai bicara denganmu. Jangan main pergi saja." Aku tidak menghiraukan Ibu. Segera kutuntun anak-anak, kami berjalan melewati Ibu dan perempuan itu. "Aira, tunggu! Dasar menantu durh*ka kamu y

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN