PART 1 – DIA ARKHAN
Seorang gadis berseragam putih abu-abu sedang asyik mendengarkan musik dari earphone yang menempel ditelinganya, tidak jarang kepalanya ikut manggut-manggut mengikuti alunan musik itu.
"Aisya, jangan keras-keras, gendang telingamu bisa rusak."
Ucap Nada, Afifah Nahda, Ibunya, yang sedang fokus menyetir.
Tapi tidak ada sahutan dari gadis yang duduk disampingnya.
"Aisyaaa, lepas itu handset!"
Wanita itu berhasil menjewer telinga gadis cantik itu.
"Bundaa, sakit."
Gerutunya.
"Salah sendiri, pake handset keras banget volumenya. Siap-siap gih, sekolahmu sudah dekat."
Ucap Nada.
"Iya Bun."
Jawabnya dengan cemberut dan mengemasi handsetnya untuk dimasukkan ke tas.
***
Mata gadis itu berbinar ketika menemukan sosok yang sedang duduk diantara kursi berbentuk batang pohon yang sudah ditebang.
"Kak Arkhan."
Sapa Aisya.
"Aiiis..."
Suara itu melengking, dan benar-benar memekikan telinga pemilik nama itu.
"Adiva, plis.. Jangan teriak-teriak."
Balas Aisya dengan teriakan pula. Tidak perduli disampingnya juga banyak murid-murid yang menutup telinganya dan tidak jarang menggerutu. Tapi bukan Aisya, kalau peduli dengan hal-hal itu.
"Kak Syarif lagi nyariin lo tau.."
Bisik Adiva ketika dirinya sudah berada dekat dengan Aisya.
"Apa?"
Dan tiba-tiba wajah gadis yang tadinya terlihat cuek bebek bahkan dengan sekitarnya, berubah pucat dan lemas. Seperti mengetahui kenyataan kalau dirinya disuruh maju mengerjakan soal kimia, pelajaran yang paling tidak dia suka.
"Makanya, lo cepet ke kelas gih.. Dia masih nungguin."
Ucap Adiva. Dan entah kenapa keringat dingin, terasa mengalir disekujur tubuh Aisya.
Sebenarnya dia tidak takut dengan laki-laki yang terkenal jutek dan tidak bersahabat dengan perempuan itu. Tapi mendengar nama dan berhadapan langsung dengannya, selalu membuatnya ketar-ketir, dan dia tidak tahu kenapa bisa begitu.
"Baiklah.. Ais, semangat."
Ucap gadis itu yang langsung melangkahkan kakinya keruang kelas yang tidak jauh dari tempatnya tadi, kantin.
Tidak butuh lama gadis itu sampai diruang kelasnya, dan benar, sekarang dilihatnya laki-laki tinggi tegap sedang berdiri didepan pintu, dan sekumpulan teman perempuannya yang ada disudut kelas berbisik-bisik dan sekali-kali memandangi laki-laki yang sangat irit senyum itu.
"Mm, Kak Syarif nyari saya?"
Tegur Aisya pelan. Dan laki-laki itu menoleh.
"Kamu Aisya?"
Tanya laki-laki itu, yang langsung dijawab Aisya dengan anggukan.
"Nanti sepulang sekolah, kumpul didepan ruang osis."
Ucapnya langsung pada intinya. Aisya kembali mengangguk, dia tidak biasanya segrogi ini.
Dan Syarif pun berlalu. Meninggalkan Aisya yang terlihat aneh, dan juga sekumpulan perempuan disudut kelas yang sekarang berbisik sembari memperhatikan Aisya. Benar-benar menyebalkan, apa mereka tidak punya kerjaan.
"Ssts, gimana?"
Suara dari balik tubuhnya mengejutkan Aisya. Dan saat dilihatnya, ternyata sahabatnya yang selalu konyol itu sudah ada dibelakangnya.
Aisya mengedikkan pundaknya, dan melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Tidak perduli perempuan-perempuan yang ada disudut kelas masih memperhatikannya.
***
Sepulang sekolah, Aisya ingat betul apa yang harus dilakukannya sekarang. Pergi ke ruang osis dan menunggu apa yang terjadi setelah itu.
"Good luck Ais,"
Ucap Adiva sembari tertawa terbahak-bahak melihat wajah gadis yang sedari tadi datar, dan tidak seperti biasanya.
"Lo ikut gue aja ya."
Ucap Aisya.
"Mm, tenang, lo sama orang yang benar kok."
Ucap Adiva tiba-tiba yang membuat Aisya mengernyitkan alisnya.
Melihat sahabatnya kebingungan, gadis itu menunjuk seseorang dengan dagunya. Aisya pun segera menoleh kebelakang searah dengan yang ditunjukkan Adiva. Dan melihat sosok yang beberapa bulan ini sedang membuat hatinya terasa aneh.
"Hai Ai.."
Sapa laki-laki itu.
"Aisya, Kak Arkhan. Nanggung banget sih manggilnya."
Gerutu Aisya.
"Gue pulang dulu ya, dah Ais, dah Kak Arkhan.. Assalamualaikum." Adiva dengan segera pamit. Dan mengedipkan matanya kearah Aisya.
Oh Ya Rabb, anak satu ini benar-benar menyebalkan, dia pasti beranggapan tidak mau menggangguku. Pikir Aisya.
"Waalaikumsalam."
Jawab kedua orang yang sedang dipamitinya itu.
"Kok Adiva terlihat buru-buru?"
Tanya Arkhan. Dan dijawab Aisya dengan mengendikkan bahunya.
"Kamu sudah di info sama Syarif?"
Tanya Arkhan yang berhasil mengingatkannya untuk segera bergegas keruang osis.
"Astaghfirullah, iya Kak. Aku kumpul dulu ya."
Ucap Aisya yang siap-siap untuk berlari sekencang-kencangnya. Menghampiri laki-laki yang menakutkan, menurutnya.
"Kenapa buru-buru? Bareng sama aku aja."
Ucap Arkhan yang membuat Aisya mrngurungkan niatnya untuk berlari.
"Memangnya Kak Arkhan juga disuruh kumpul?"
"Kamu lupa?"
Tanya Arkhan langsung.
Ya, Aisya ingat, dan dia salah menanyakan hal itu. Arkhan dan Syarif berteman, Arkhan wakil ketua osis, dan Syarif ketua osis. Tapi cobalah lihat, mereka berdua jauh dari kata klop, mereka berdua tidak pernah satu hobi, satu pemikiran, dan satu tipe. Arkhan lebih suka membaca, menulis dan ramah, itu yang membuat Aisya kagum dengan laki-laki yang sudah menghasilkan satu n****+ itu. Dan Syarif, entahlah, dia bukan pembaca dan penulis seperti Arkhan, dia lebih suka mendengar dan berbicara didepan forum-forum besar, sedangkan kesehariannya dia tidak ramah, dan lebih ke juteknya. Tapi kenapa banyak sekali perempuan yang menyukai sikapnya yang dingin itu. Entahlah..
"Aku ingat."
Jawab Aisya dengan cengengesannya.
"Baiklah, kalau gitu kita bareng Ai."
Ajak Arkhan.
"Kak Arkhan, jangan Ai dong. Itu berasa nanggung banget."
Ucap Aisya yang mulai melangkahkan kakinya sejajar dengan Arkhan.
"Anggap saja panggilan spesialku buat kamu."
Deg.
Ini tidak baik.
"Aku tidak mau dikejar-kejar sampai ujung dunia sama Ayla Kak."
Ucap Aisya sangsi.
Ya Ayla, dia perempuan yang berhasil mendapatkan hati laki-laki yang super baik dan istimewa untuk Aisya. Perempuan yang cantik, berbakat dan baik, dia jauh dari kata sombong dan jahat meski kecantikan dan prestasinya sudah banyak. Cocok sekali dengan Arkhan, ya cocok sekali.
Dan tiba-tiba Arkhan tertawa.
"Dia tidak akan sejahat itu denganmu, mungkin yang dia lakukan hanya menombakmu dari belakang."
Ucap Arkhan.
"Hei Kak, tetap saja aku yang tersakiti."
Ya tersakiti, karena melihat kedua orang itu selalu terlihat romantis dan pasangan yang bersikap dewasa.
"Bercanda Ai."
Ucap Arkhan kemudian. Dan Aisya hanya diam, dia tidak mau meladeninya lagi, kalau tidak mau sakit.
"Kalian lama sekali."
Tegur seseorang yang kini sedang ada didepan Arkhan dan Aisya.