Killa terkekeh pelan saat melihat Jason menggerutu kesal sembari meninggalkan meja.
“Serius pesen itu semua?” Tanya Fahrul menatap Killa penuh kejutan.
Killa mengangguk antusias, “serius kak.” Seru Killa membuat Axel, Rio dan Fahrul menggelengkan kepalanya takjub.
“Gak papa kan Kak?” Tanya Killa menatap Axel, “aku kan di sini jarang jajan ya kan?” Tanyanya kembali.
“Iya.” Angguk Axel, “sekalinya jajan, beuh ATM kakak juga langsung abis.” Kekeh Axel.
“Serius Vin?” Tanya Fahrul.
“Serius lah.” Sahut Rio menimpali Fahrul, “dibanding abangnya, si Axel paling sering jajanin Killa tiap bulan.” Kekeh Rio.
“Gak papa kan ya kak? Kalo abis kan tinggal minta sama mama Kakak lagi.” Cengir Killa.
“Gak papa lah, itukan kemauan kakak buat jajanin kamu.” Ucap Axel.
Killa menganggukkan kepalanya setuju, “Via gak pernah minta kok Kak Rul.” Ucap Killa tersenyum saat melihat Fahrul masih memandangnya.
“Malah kadang Killa yang dipaksa si Axel.” Sahut Rio.
Tak lama kemudian Jason datang bersama seorang pegawai kantin, “asyikk.” Seru Killa.
“Lo mau habisin sendirian?” Tanya Geva.
Killa menggelengkan kepalanya, “enggak.” Sahutnya sedikit ketus.
“Terus?” Tanya Rio yang sedari tadi diam.
Killa tersenyum menatap Fahrul, “buat kak Fahrul.” Ucapnya seraya menggeserkan mangkuk berisi kuah bakso ke arah Fahrul.
“Lah?” Bingung Fahrul.
“Jadi lo pesen dua mangkuk bakso buat Fahrul dek?” Tanya Jason sedikit kesal.
“Iya.” Angguk Killa mantap.
Jason dan yang lain pun hanya bisa menghela nafasnya kasar, “udah Son.” Ujar Rio.
“Buruan makan.” Ketus Jason melirik Killa sebentar.
“Nanti gue ganti Son.” Ujar Fahrul.
“Gak!” Ketus Killa, “abang kan udah janji mau traktir Via, nah itu Via mau beliin juga buat kak Fahrul.” Kekeh Killa menatap Jason jahil.
“Ck, mau modusin cowok tapi gak modal.” Ketus Jason.
Killa menatap Jason kesal, “kok lo gitu sih sama gue dari tadi?” Tanya Killa kesal, “usil banget. “
Jason malah memeletkan lidahnya pada Killa, hal itu membuat adiknya semakin kesal.
“Vi.” Tegur Axel melihat Killa hendak membalas perbuatan kakaknya.
“Hng.” Cemberut Killa seraya menatap Axel, “kenapa selalu Via yang ditegur, kan yang salah si Jason.” Lanjutnya merengut kesal.
Axel mengusap pelan puncak kepala Killa, “cepetan habisin, gak usah dengerin Jason. “ Ucapnya.
“Iya.” Angguk Killa.
Melihat Killa yang langsung terdiam karena Axel, membuat Jason dan yang lainnya hanya menggelengkan kepala.
“Vin, lo bawa aja tu bocah ke rumah. Pusing gue liatnya tiap hari. “ Jahil Jason.
“Bodo amat. ” Acuh Killa melanjutkan makannya.
“Sekalian aja nanti pulang sekolah langsung bawa.” Lanjut Jason.
“Bodo amat, gak denger.” Ketus Killa menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.
“Bunda sama papa juga udah ngijinin kok.” Lanjut Jason semakin membuat Killa kesal.
“Gak denger – gak denger hihh.” Gidik Killa.
Jason, Axel dan yang lainpun terkekeh melihat Killa yang acuh.
“Hey hoooo! “ Seru Kristal baru saja tiba di meja yang ditempati Killa dkk.
“Hey bangsss.” Sapa Kristal, “holla Vi. “
“Hng, udah duduk. “ Titah Rio menarik kursi di sampingnya untuk Kristal.
“Chandra mana? “ Tanya Geva.
Kristal mengangkat bahunya , “Dia sama Delva belum selesai tuh. “ Jelas Kristal, “kenapa dia? “ Tanya Kristal melihat Killa mengacuhkannya.
Tak ada yang menjawab Kristal, Killa pun menatap sahabatnya itu dengan mata yang berkaca – kaca.
“Loh kenapa? “ Panik Kristal begitu juga yang lainnya.
“Dek, lo nangis gara – gara gue? “ Tanya Jason tak percaya.
“Lo apain dia sih? “ Tanya Kristal.
Jason mengangkat bahunya acuh, “biasa, si Jason kan suka banget jailin adeknya sendiri. “ Sahut Fahrul.
“Kenapa hm? “ Tanya Axel, “gara – gara Jason? “ tanyanya menatap Killa.
“Bukan.” Geleng Killa seraya menatap Axel.
“Terus kenapa? “ Tanya Fahrul.
Killa menatap kuah bakso miliknya, hal itu membuat mereka langsung mengikuti pandangannya.
“Kebanyakan sambelnya ya? “ Tanya Kristal seraya menyerahkan botol minum miliknya.
Killa menggelengkan kepalanya, “kecapnya kurang? “ Tanya Fahrul mencoba memahami.
“Kurang garam? “ Tanya Rio saat Killa kembali menggelengkan kepalanya.
“Bukan.” Geleng Killa.
“Terus kenapa? “ Tanya Jason mulai kesal.
“Ah.” Angguk Geva mengerti, “Baksonya habis ya, mau lagi? “ Tanyanya yang langsung dapat anggukkan dari Killa.
“Ah elah, gue kira kenapa. “ Gerutu Jason seraya berdiri.
“Ke mana Son? “ Tanya Rio.
Jason melirik Killa yang juga sedang menatapnya, “beli lagi? “ Tanya Jason.
“Iya.” Angguk Killa, “gak usah pake Mie, ini juga masih ada. “ lanjutnya pada Jason.
“Mau nitip Sil? “ Tanya Jason.
“Samain aja kayak Via. “ Angguk Kristal.
“Hm.” Sahut Jason seraya pergi untuk memesan.
“Lo ada – ada aja sih. “ Ujar Kristal seraya menggeleng – gelengkan kepalanya.
“Kamu paling bisa bikin kita panik. “ Ujar Axel.
“Hiii.” Cengir Killa seraya mengusap matanya.
Tiba – tiba datang siswi lain ke arah meja Killa dkk, “Lo Kristal kan? “ Tanya siswa itu menunjuk Kristal.
“Iya gue, kenapa ya? “ Tanya Kristal.
“Lo sama Geva disuruh bawa soal Matematika di ruang guru. “
“Lagi?” Lesu Kristal karena belum memakan apa – apa.
“Sama gue juga? “ Tanya Geva.
“Iya, nanti anterin ke kelas X IPA 4.” Angguk Geva.
“Kenapa nyuruh gue sama Geva? Kenapa gak lo aja? “ Ketus Killa.
Siswi itu mendelik kesal, “lo tanya aja sama gurunya, kenapa sama gue? “ Ketus siswi itu seraya pergi meninggalkan meja.
“Udah kalian ke sana aja. “ Ujar Killa, “dari pada nanti kena omel. “
“Terus nasib bakso gue? “ Tanya Kristal.
“Kan masih ada gue. “ Cengir Killa.
“Hadeuh.” Malas Rio menanggapi Killa.
“Udah cepetan, nanti gue jagain baksonya. “ Sahut Killa.
“Awas aja kalo dihabisin, yu Gev. “
Geva mengangguk, “gue cabut bang. “ Pamitnya.
Jason datang tanpa membawa apapun, “nanti baksonya dianterin, sekarang abang sama yang lain disuruh ke aula dulu. “ Ucap Jason.
“Kak Fahrul juga? “ Tanya Killa.
Jason mengganguk,”Gak papa kan abang tinggalin? “
Killa mengangguk, “gak papa. “ Ujar Killa.
“Ya udah, yuk. “ Ajak Jason seraya melenggang pergi.
“Atau mau dianterin ke kelas? “ Tanya Axel, “makan baksonya di kelas aja.”
“Enggak ah, nanti bakso gue sama Kristal gimana. “ Sahut Killa, “lagian kan udah rame juga di sini. “
“Ya udah, Kakak ke aula dulu. “ Pamit Axel meninggalkan Killa sendiri.
“Iya.”
Tersisalah Killa duduk sendiri di meja besar, dia sudah menunggu makanannya sekitar Sepuluh menit setelah kepergian abangnya.
“Lama banget sih, gue kan masih belum kenyang. “ Gerutu Killa seraya berjalan menuju tempat pemesanan.
“Bu, saya mau ambil pesanan punya Jason tadi. “ ujar Killa.
“Bakso dua porsi ya? “
“Iya.”
“Aduh saya lupa nganterin, padahal udah beres maaf ya neng. “
Killa mengangguk, “gak papa bu, makasih ya. “ Ucap Killa seraya membawa nampan.
“Iya neng, hati – hati ya masih panas. “
Killa tak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya seraya melangkahkan kakinya dengan hati – hati.
Di perjalanan menuju meja, Killa tak sengaja matanya melihat Zacky sedang berjalan ke arahnya bersama Niki. Killa berusaha mengabaikannya dengan mengalihkan pandangannya.
Sesampainya di meja, dengan hati – hati Killa meletakkan nampan berisi dia mangkuk bakso. Dia hendak mengangkat mangkuknya dan mengeluarkannya dari nampan, namun tiba – tiba saja ada yang menyenggolnya dari belakang.
Hal itu membuat Killa terkejut, sehingga kuah baksonya bergoyang dan tumpah mengenai tangannya.
“Aw shh. “ Ringis Killa merasakan panas pada tangan kanannya.
“Aduh panas. “ Ringis Killa seraya mengibas – ngibaskan tangannya.
Killa pun berbalik hendak melihat siapa yang sudah mendorongnya, “Kak Niki?”
Yang dipanggil hanya menatap Killa sembari mengangkat sebelah alisnya.
“Kakak sengaja ya?” Tanya Killa langsung.
Niki tak menjawab, dia hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
“Kenapa? “ Tanya Zacky yang baru saja datang setelah memesan makanannya.
Killa tersenyum miris melihat Zacky hanya meliriknya sekilas, bahkan lelaki itu tampak acuh saat matanya menatap tangan Killa.
“Kak Niki sengaja kan? “ Tanya Killa lagi.
“Ya ampun Dek, masa iya gue sengaja nyenggol lo biar kena air panas sih. “ Kilah Niki, “lo sih Bobb ngapain dorong – dorong segala? Jadinya kan nyenggol orang. “ Maki Niki kepada Bobby yang di sampingnya.
“Lah kok gue? Gue gak tahu apa – apa ya. “ Protes Bobby, “lo gak papa? “ Tanyanya kepada Killa.
“Shh.” Ringis Killa.
“Anterin dia cuci tangan sana Bob. “ Suruh Niki, “kamu udah pesen makannya? “ Tanyanya pada Zacky.
“Udah.” Angguk Zacky mengalihkan pandangannya dari tangan Killa.
“Ayo Vi. “ Ajak Bobby seraya menuntun Killa.
“Aw shh gila, perih banget Kak. “ Ringis Killa dengan mata yang sudah berkaca – kaca menahan tangis.
“Lo kenapa sendiri? Biasanya juga temen – temen lo ada. “ Ujar Bobby dengan telaten membersihkan tangan Killa.
“Mereka lagi ada urusan dulu. “
“Ini harus dibawa ke UKS, biar bisa dioba--- DRRTT. “ Ucapan Bobby terputus saat dia merasakan ponselnya bergetar.
“Sebentar Vi, ada yang nelpon“ Ujar Bobby menjauhi Killa.
Bobby kembali menghampiri Killa, “kayaknya gue gak bisa nemenin lo ke UKS deh, lo bisa pergi sendiri kan? “
Killa mengangguk, “ya udah gue pergi dulu. “ pamit Bobby meninggalkan Killa.
“Aish hari ini kok gue banyak ditinggalin sama orang sih sshhh, aw“ Gerutu Killa kesal.
“Tau ah, mereka kok lama banget sih. “ Kesal Killa seraya berjalan menuju pintu keluar, “biarin lah bakso nya, udah gak mau makan gue. “
Lagi – lagi Killa berjalan mengendap ke UKS sendiri, kali ini dia tak menemukan siapapun di sana. Karena tak tahu harus melakukan apa, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke Rooftop dan melupakan tangannya yang terluka.
“Killa!” Panggil seseoorang di belakang Via.
Merasa ada yang memanggil, Killa pun berbalik untuk melihatnya.
“Eh Reyna, kenapa?” Tanya Killa kepada Reyna.
”Nanti pulang sekolah maen ya ke rumah gue.“ Ucap Reyna sedikit berbisik.
Killa mengernyitkan alisnya heran, “mau apa emang?” Tanya Killa bingung.
“Mama mau ketemu sama calon pacarnya Bang Zacky.” Kikik Reyna.
“WHAT?” Teriak Killa kaget, “lo ngasih tahu gue sama nyokap?” Tanya Killa yang langsung diangguki oleh Reyna.
“Ish, lo ngapain ngasih tahu sih.” Kesal Killa seraya berusaha menyembunyikan senyum senangnya.
Reyna yang melihatnya pun langsung memasang ekspresi hendak muntah, “OOO.”
Killa tak bisa menyembunyikan senyumnya lagi, akhirnya dia tersenyum lebar seraya memeluk Reyna.
“Lo gak ngomong yang buruk kan tentang gue?” Tanya Killa.
“Entahlah.” Acuh Reyna mengangkat bahunya.
“Ish Reynaa serius.”
Reyna terkekeh geli, “enggak kok.” Balas Reyna menahan tawa.
“Gak, curiga gue.” Tuduh Killa, “lo ngomong apa aja?” lanjutnya.
“Ya gitu, udah lah yang penting nanti pulang bareng gue.” Putus Reyna.
“Hm ya udah deh, mau lo ngomongin apa juga pokoknya gue seneng.” Seru Killa, “ya udah gue bye – bye dulu.” Lanjutnya seraya berbalik.
Reyna berlari kecil menyusul Killa, “mau ke mana?” Tanya Reyna.
“Mau ke rooftop.” Sahut Killa.
“Gue ikut ya?” Seru Reyna meminta persetujuan.
“Gak, gak boleh.” Larang Killa, “nanti kalo ketahuan Zacky bisa berabe.”
“Ish ...” Renggut Reyna kesal, “gak akan ketahuan kok, tenang aja. Udah mau setahun gue di sini, tapi belum pernah naik ke atas.”
“Gak boleh, lo harus belajar biar pinter.”
“Terus kenapa lo malah mau bolos.” Protes Reyna.
“Karena gue kan udah pinter, wle.” Usil Killa seraya berbalik meninggalkan Reyna.
“Ish.” Gerutu Reyna.
Killa sampai di rooftop, dia langsung membuka pintunya.
“Eh.” Kaget Killa, “ada Kak Zacky.” Ujar Killa.
Zacky tak menjawab, dia masih asyik dengan ponselnya.
“Bukannya tadi kakak di kantin ya sama kak Niki.” Seru Killa seraya berjalan mendekati Zacky yang tengah duduk di sofa, “kok udah di sini lagi? Emangnya engga jajan?”
“Gak.”
“Kenapa?” Tanya Killa.
“Bosen.”
“Ya udah, besok aku bawain makanan ya dari rumah.”
“Gak usah.”
“Kan kemarin juga aku bikinin nasi goreng, btw habis gak?” Tanya Killa.
“Hm.”
“Gimana? Enak gak?”
“Hm.”
“Ih, hm hm hm terus.” Gerutu Killa.
“Ya.” Sahut Zacky.
Killa hanya berdehem menanggapi Zacky, karena sudah tahu jawabannya.
“Numpang tidur ya.” Ucap Killa seraya duduk di samping Zacky kemudian membaringkan kepalanya di atas paha Zacky, “gak usah protes.” Lanjut Killa sembari menatap wajah Zacky dari bawah.
Zacky tak terusik dengan tingkah Killa yang terus mencoba mengganggunya, dia seolah – olah tak menganggap Killa ada.
“Kak.” Ucap Killa memainkan kancing seragam Zacky.
“Pacaran yuk.”
“Kak.”
Zacky terus mengabaikan Killa, karena menurutnya perempuan itu setengah sadar dan terus meracau tak jelas.
“Jadi pacar gue mau gak?” Ucap Killa sembari menghitung kancing seragam Zacky, “satu ... duaaaa.”
“Kak cium Via lagi dong.” Kekeh Killa usil.
“Mau kakak dulu atau Via yang mulai duluan?” Kekeh Killa masih diabaikan oleh Zacky.
“Via dulu berarti ya.” Cengir Killa.
“Kita pacaran atau Via cium kakak sekarang.” Ocehan Killa hanya dianggap angin lalu oleh Zacky.
“Kak, ih.” Protes Killa kesal karena terus diabaikan oleh Zacky.
“Lo kalo mau ganggu mending balik kelas aja sana.” Usir Zacky.
“Gak ah, sebelum kakak jawab.” Sahut Killa, “jadi pacar gue yak?”
“Gak.” Ucap Zacky dingin.
“Kenapa gak mau?”
“Gak suka.” Sahut Zacky sekenanya.
“Apa yang bikin lo gak suka dari gue?” Tanya Killa.
“Banyak.”
“Coba sebutin.” Pinta Killa.
“Males.”
“Ck, jujur aja kenapa sih kalo sebenernya bukan itu alesannya.” Sinis Killa membalikkan badannya membelakangi Zacky, “lo masih belum bisa lepas dari Niki kan?”
“Kenapa masih nanya kalo udah tahu.” Sinis Zacky tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Mendengar penuturan Zacky, Killa sedikit tersentak namun dengan cepat.
“Gue bisa bantuin lo buat lepas dari Niki.” Tawar Killa, “gue bisa bikin lo lupain semua tentang dia bahkan gue bisa gantiin—“ “cukup.” Potong Zacky.
Zacky menghela nafas kasar, “lo gak bisa gantiin dia.” Ujar Zacky.
“Kenapa?” Tanya Killa seraya menatap ke arah lapangan di bawah.
Killa diam menunggu Zacky melanjutkan pembicaraannya. Tanpa Killa pinta, Zacky menceritakan semua awal dari pertemuannya dengan Niki, bagaimana mereka bisa bersama, berlanjut dengan perubahan Niki dan sabahatnya yang berani mengkhianatinya. Dan tanpa Zacky sadari bahwa sedari tadi Killa tengah menahan air matanyamendengar Zacky menjelaskan masa lalunya yang pahit.
‘Lo bilang masa lalu pahit, tapi masih inget jelas kejadiannya.’ Batin Killa.
“Tangan lo gimana?” Tanya Zacky seraya meraih lengan kanan Killa.
Killa langsung mengusap air matanya kemudian merubah posisi tidurnya, kini dia duduk di samping Zacky dengan tangan kanan yang masih menggenggam tangannya.
“Udah mendingan.” Ujar Killa.
“Lo nangis?” Tanya Zacky melirik Killa.
Killa menggelengkan kepalanya, “enggak.” Gelengnya.
Suasana kembali hening, setelah bertanya Zacky kembali memainkan ponselnya dan Killa duduk di sampingnya dengan pandangan menatap lurus ke depan.
Killa menarik tangan kanan Zacky untuk menjadikan bantalan tidurnya, “gue serius suka sama lo Kak.” Ujar Killa tiba – tiba, “apa yang harus gue ubah biar lo suka sama gue?” Lanjut Killa membuat Zacky membungkam bibirnya.
“Apa kurang gue selama ini? Apa yang gue gak punya dari Niki?” Tanya Killa terdengar seperti lirihan.
Zacky diam tak tahu harus bagaimana, dia menunduk saat merasakan telapak tangannya terasa basah.
Untuk sesaat Killa terdiam, begitu juga Zacky yang masih memandang Killa tanpa sepengetahuan gadis itu.
Killa tersenyum seraya menghela nafasnya kemudian menatap Zacky dari samping, “ah sorry, kayaknya gue masih kesel gara – gara ketumpahan kuah tadi jadi emosi gue naik turun.” Ujar Killa seraya bangkit, “gue turun duluan kak, jangan keseringan bolos.” Lanjutnya seraya pergi meninggalkan Zacky.
Sesuai rencana, sore ini Killa akan pulang bersama dengan Reyna. Dan sekarang dia bersama Reyna tengah berada di kelas Jason untuk meminta izin kalau dia akan pulang terlambat.
”Dek!” Panggil Jason yang baru saja keluar dari kelas diikuti Axel, “tumben nyamperin ke kelas, biasanya juga suka nunggu di parkiran.”
“Gue pulang bareng Reyna yah.” Izin Killa pada Zacky.
“Loh kenapa?”
“Mau maen dulu bang, bolehkan?” Tanya Reyna.
Jason mengangguk, “pulangnya naik apa?” Tanyanya kepada Reyna.
Reyna menggelengkan kepalanya, “kayaknya kita mau pesen Taxi aja, soalnya bang Zacky mau latihan basket jadi gak bisa nganterin.” Sahut Reyna.
“Ya udah kalo gitu, abang juga mau ke Bogor lagi sama Axel.” Ujar Jason yang langsung diangguki oleh Axel, “kita langsung aja kalo gitu Vin.”
“Boleh.” Angguk Axel.
“Masih belum beres tugasnya ya?” Tanya Killa.
“Ada satu lagi yang harus di data ulang.” Sahut Axel seraya membuka jaketnya kemudian memasangkannya di tubuh Killa, “dingin, bentar lagi mau hujan.”
“Makasih.” Ucap Killa.
“Ya udah ikut ke lapangan dulu yu, nanti abang suruh Geva atau Chandra buat nganterin kalian.” Ajak Jason menuntun tangan Killa.
-
Tak terasa sudah pukul delapan malam, dan Killa masih berada di dalam kamar Reyna. Mereka masih asyik berbincang sejak pulang tadi, banyak kegiatan yang mereka lakukan bersama dimulai dari menonton film dan saling bercerita tentang dirinya.
Sesampainya di rumah Reyna tadi, Killa disambut baik oleh Ralin ibu dari Reyna dan Zacky. Ternyata Reyna berbohong kepada Killa tentang Ralin yang ingin menemuinya, karena Reyna sudah bingung dengan alasan Killa yang selalu menolak ajakannya untuk main ke rumah dan akhirnya Reyna membuat alasan itu demi Killa bisa datang ke rumahnya. Reyna memiliki alasan meminta Killa untuk datang ke rumahnya, masih banyak cerita yang harus Killa dengar tentang Zacky.
“Na, udah jam delapan. Kayaknya gue harus pulang sekarang deh.” Ujar Killa.
“Ah iya, gak kerasa ya kita ngobrol.” Seru Reyna, “lo pulangnya gimana? Dianterin sama supir gue ya.” Tawar Reyna.
“Gak usah, gue naik gojek aja. Atau hubungin Geva juga bisa.”
“Loh kok gitu? Udah malem loh ini.”
Killa memakai jaket milik Axel kemudian meraih tasnya, “yu, anterin sampe bawah.” Ajak Killa.
“Mana mama lo?” Tanya Killa sesampainya di bawah.
“Kayaknya di dapur, yu.”
“Tante, Via mau pamit pulang.” Ucap Killa seraya menghampiri Ralin.
“Loh, tante kira mau nginep di sini. “
“Tau tuh ma, aku ajakin nginep juga gak mau.” Cemberut Reyna.
“Lain kali aja tante nginepnya, Via belum izin sama mama.” Cengir Killa seraya menyalami Ralin.
“Sering – sering ya sayang main ke sini, temenin Reyna ya. Tiap pulang sekolah dia selalu diem di kamar terus, apalagi kalo weekend gak pernah keluar kecuali dipaksa sama abangnya.”
Killa mengangguk, “siap tante, lain kali Via yang akan ajak Reyna jalan keluar sekalian main ke rumah Via.” Seru Killa.
Ralin mengangguk seraya tersenyum, “pulangnya sama siapa? Dijemput?”
“Enggak tan, bang Jason masih di Bogor sama Axel.” Jelas Via, “Paling Via naik pesen gojek aja.”
“Kan di luar hujan sayang, kamu dianterin sama supir tante aja ya.”
“Loh hujan ya?” Panik Killa seraya melihat ke arah jendela.
Ralin terkekeh melihat raut panik Killa, “kan udah dua jam yang lalu hujan.” Kekeh ralin, “atau mau nginep aja di sini? Besok juga kan libur.”
“Iya Vi, nginep aja coba.” Bujuk Reyna, “kapan lagi coba lo bisa lihat muka si Zacky pas bangun tidur.” Cengir Reyna yang langsung menutup mulutnya.
“Reyna ih.” Gerutu Killa seraya mencubit pinggang Reyna.
“Kenapa nih? Ada apa?” Tanya Ralin usil.
“Enggak tan hehe, Reyna mah suka ngelantur ngomongnya.” Sahut Killa.
“Ino pulang!” Teriak seseorang dari arah pintu.
“Tuh si Zacky pulang.” Senggol Reyna pada Killa.
Ralin menghampiri anak lelakinya itu, “kamu kehujanan Bang?” Tanya Ralin seraya menerima uluran tangan Zacky.
‘CUP’
“Enggak, kan Ino naik mobil.” Sahut Zacky yang masih belum menyadari kehadiran Via.
“Ino.” Gumam Killa pelan seraya menahan kekehannya.
“Hng, capek gak Bang?” Tanya Ralin.
“Kenapa emang ma?” Tanya Zacky seraya berjalan menuju tangga.
“Anterin temennya Reyna dong.” Pinta Ralin.
“Gak ah, Ino cape ma.” Sahut Zacky seraya menaiki anak tangga.
Saat di anak tangga paling atas, Zacky menghentikan langkahnya.
“Gak papa tante, Via bisa pesen Taxi kok.” Ucap Killa yang kini sudah berdiri di dekat pintu, “Via juga bisa minta jemput sama temennya bang Jason kok.”
“Ah iya, lo minta jemput Kak Rio aja atau si Geva juga bisa kan.” Seru Reyna yang langsung diangguki oleh Killa.
“Jadi gimana sayang?” Tanya Ralin.
“Via minta jemput temennya bang Jason aja.” Jawab Killa seraya mengeluarkan ponselnya.
Saat Killa hendak menelpon Rio, tiba – tiba ada yang menarik tangannya.
“Matiin, biar gue yang anter.” Ketus Zacky seraya menarik Killa menuju mobilnya.
“Loh – loh.” Kaget Killa yang tiba – tiba ditarik, “aduh pelan dong, masih perih nih.”
“Abang jangan kasar sama temennya Reyna dong.” Teriak Ralin melihat anak lelakinya main seret Killa.
“ZACKYOOO! ITU ANAK ORANG JANGAN SAMPAI LECET!” Teriak Reyna kepada kakak lelakinya.
Zacky tak menjawab, dia membukakan pintu untuk Killa.
“ABANG ITU CALON MANTU MAMA JANGAN DISAKITIN TERUS!” Teriak Ralin saat melihat Zacky memperlakukan Killa sedikit kasar.
“Masuk.” Titah Zacky yang langsung dituruti oleh Killa, dia pun langsung menjalankan mobilnya dengan pelan karena hujan.
Selama perjalanan, hanya terdengar suara hujan dari luar mobil. Saking bosannya, Killa pun memilih untuk tidur karena membuka pembicaraan pun dia hanya akan dapat deheman saja dari Zacky.