10

1608 Kata
Pagi sekali, Killa sudah rapih dengan seragam putih abu yang melekat pas di tubuhnya. Sekarang dia tengah berada di dapur, dengan sebuah celemek yang melingkari pinggangnya. Killa berencana untuk membuatkan Zacky sarapan, jika biasanya Dina selalu membuatkan dua kotak bekal untuknya dan Zacky. Kali ini dia ingin membuatnya sendiri, karena mengingat kejadian langka saat kemarin Zacky meminta maaf kepadanya. “Pokoknya dia pasti suka.” Gumam Killa seraya memasukkan bekalnya ke dalam tas jinjing yang dia bawa. “Apalagi ya?” Tanya Killa seraya mengambil ponselnya. “Nasi goreng pake sosis, baso, sama suwir ayam udah.” Angguk Killa sembari menggeser layar ponselnya, “engh ... telor mata sapi udah, ... ah iya s**u kotaknya belum.” Ujar Killa berjalan menuju kulkas. Killa kembali menuju meja makan dan memasukkan s**u kotaknya ke dalam tas jinjing, “Selesai.” Seru Killa kegirangan. Killa membawa tas jinjin itu menuju ruang keluarga, “Ma! Killa berangkat sekarang!” Teriak Killa sembari mendongakkan kepalanya menatap tangga. Merasa tak ada jawaban, Killa pun langsung saja pergi menuju pintu. Sesampainya di depan mobil, dia memasukkan tas jinjing itu dengan hati – hati, “Ok let’s go.” Seru Killa masuk ke dalam mobilnya, kemudian mulai menjalankannya menuju sekolah. ... Killa sampai di parkiran sekolah, dia melihat Zacky, Fahrul, Bobby dan teman – temannya baru saja melewati mobilnya. “Kak tunggu!” Teriak Killa seraya membuka pintu mobil, kemudian keluar dengan sedikit tergesa – gesa. Fahrul menoleh ke belakang, “bentar dulu, Killa manggil.” Ujar Fahrul menghentikan langkah Zacky. Killa berhasil menyusul kakak kelasnya itu, “pagi Kak Fahrul! Pagi Kak Bobby!” Sapa Killa dengan senyum lebar seolah tengah menghipnotis siapa saja yang menatapnya. “Pagi.” “Pagi juga Dek.” Sahut Bobby dan Fahrul bergantian. Killa tersenyum menyapa teman – teman Zacky yang lainnya, “pagi.” Sapa Killa yang langsung diangguki teman – teman Zacky yang lainnya. “Ada apa manggil?” Tanya Fahrul menatap Killa. Killa mengeluarkan cengirannya kemudian menyodorkan tas jinjing di tangannya pada Fahrul, “Nih.” “Buat siapa?” Tanya Fahrul bingung. “Buat calon pacar aku.” Ujar Killa enteng seraya melirik ke arah Zacky, “pegang dulu ya.” Lanjut Killa seraya melebarkan senyumnya pada Fahrul. “Hm.” Sahut Fahrul menerima tas jinjing itu. Melihat Killa tengah memperhatikannya membuatnya menatap malas pada gadis di depannya, “gue gak mau.” Sahut Zacky ketus. Killa menatap Zacky dengan tersenyum mengejek, “emangnya aku bilang buat kakak?” Tanya Killa seraya tersenyum miring. “Emangnya Killa tadi bilang buat siapa sih Kak?” Tanya Killa menatap Bobby dan Fahrul bergantian. “Buat calon pacar kan?” Tanya Bobby. Killa mengangguk puas, “yups.” Seru Killa seraya menahan senyumnya saat melihat Zacky tengah menahan kekesalannya. “Minggir.” Ketus Zacky pada Killa. “Aish, jangan ketus – ketus dong.” Cengir Killa sembari menautkan jari tangannya pada jemari tangan Zacky. “Lepas.” Dingin Zacky. “Gak mau.” Sahut Killa masih menautkan jarinya. “Gue bilang lepas.” Pinta Zacky. Bobby menghela nafas kasar, “huft, masih pagi udah lihat keributan rumah tangga orang aja.” Hela Bobby. “Yoi nih, mending kita cabut aja.” Ujar Fahrul yang langsung diangguki Bobby. “Nih Dek.” Ujar Fahrul menyodorkan kembali tas jinjing milik Killa. Killa menggelengkan kepalanya, “Bawa ke kelas kalian aja, nanti taruh di meja calon pacar aku ya. Dia duduknya di belakang meja Bang Samuel kok, jangan dimakan ya.” Ujar Killa pada Bobby dan Fahrul. “Hm.” Gumam Fahrul, “punya gue kan? Gue duduk di belakang meja Samuel.” Lanjut Fahrul tersenyum miring. “Bukan ish, Kak Fahrul kan duduk sama calon pacar aku.” Gerutu Killa kesal, “itu loh yang namanya Zacky Malik.” “Oh si Zacky.” Angguk Bobby, “bukannya tadi juga ada kakak kelas yang kasih lo bekel ya?” Tanya Bobby pada Zacky. Saat Zacky hendak menjawabnya Killa langsung mendahuluinya, “yah keduluan, ya udah buat kali ---“ “Rul, bawa tasnya ke kelas aja.” Potong Zacky menghentikan ucapan Killa. Merasa ucapannya di potong, Killa langsung tersenyum malu menatap Zacky. “Aish, padahal tadi nasi gorengnya udah mau jadi milik gue.” Gerutu Fahrul. “Loh? Killa kan belum ngasih tahu kalo isinya nasi goreng, kenapa kakak bisa tahu?” Tanya Killa. “Nebak aja.” Sahut Fahrul. “Hm, ya udah ... kalian ke kelas sana, inget jangan dimakan.” Ujar Killa menekankan dua kata terakhir. “Baik Bu Boss.” Sahut Bobby dan Fahrul seraya membungkukkan badan mereka di hadapan Killa dan Zacky, “kita duluan Pak Boss.” Kepergian Fahrul dan Bobby menyisakan Killa dan Zacky, “pagi pacar.” Sapa Killa. Zacky memutar bola matanya malas, “jauh – jauh sana.” Ketus Zacky mendorong tubuh Killa pelan. “Ish, kemarin aja minta ditemenin tidur. Eh sekarang udah ketus lagi.” Gerutu Killa menatap kepergian Zacky. Killa memicingkan matanya saat melihat Zacky tengah dihampiri oleh salah satu kakak kelasnya, “waduh, calon pacar gue digodain.” Ujar Killa seraya menghampiri Zacky. “Minggir Kak.” Ujar Killa mendorong kakak kelasnya itu, “Kak Zacky, jangan lupa di makan ya sarapannya.” Senyum Killa seraya menatap Zacky. Kakak kelas itu menatap Killa kaget, “loh? Kamu dimasakin sama dia?” Tanya Kakak kelas itu menunjuk Killa. “Hm.” Sahut Zacky, “minggir.” Usirnya pada wanita se angkatanyya itu. “Ish, gue kan udah bikin sarapan buat lo.” Protes wanita itu saat Zacky melengos pergi meninggalkannya. Killa yang melihat kejadian itu pun langsung tertawa, “makanya, dandannya jangan berlebihan biar dia gak takut kalo deket – deket sama lo.” Kekeh Killa kemudian pergi meninggalkan kakak kelasnya itu dengan wajah sumringah. ... Sesampainya Killa di depan kelas, dia mendengar kegaduhan dari dalam kelasnya. “DELVAAAAAAAA BAYAR TUNGGAKAN LO!” “GAK MAU, WLE!” Killa menarik nafasnya kasar, “oke, hari ini kita mulai.” Ujar Killa seraya membuka pintu dengan kencang. ‘BRAK’ Gebrakan pintu tak membuat semua murid diam, alhasil Killa memilih cara lain. “Ambil posisi.” Gumam Killa seraya menegakkan badannya, “tarik nafas ... siap ... go!” Ujar Killa pelan. “WOY! Ada cekgu, duduuuuuuuuk.” Seru Killa kemudian berlari menuju tempat duduknya. Melihat Killa yang berlari, membuat seluruh murid kelimpungan mencari tempat duduknya. “Mana – mana?” Tanya Delva sembari sibuk mencari kursinya yang hilang, “Mana kursi gue woy?” Lagi – lagi Killa mengusap dadanya, “sabar Killa.” Gumamnya. “Ah bohong Killa.” “Ah dasar, ganggu aja.” “Lah, kita dibohongin.” “Anjir gue ditipu.” Dan masih banyak lagi umpatan – umpatan untuk Killa dari teman kelasnya. Merasa pusing dengan kegaduhan teman – temannya, Killa pun memilih untuk menghampiri Lexia yang tengah duduk di meja guru. “Jangan duduk di sana, nanti bodoh.” Ujar Killa. Lexia yang mendengar Killa pun langsung bangkit, “dih, amit – amit dah.” Gidik Lexia. ‘PLUK’ Lexia menyentil kening Killa dengan ujung pulpen, “katanya bikin bodoh, tapi ngapain lo duduk di sana.” Gerutu Lexia. Killa mengacuhkan Lexia, “gue kan udah pinter.” Tukas Killa. Lexia hanya menggerutu tak jelas mendengarkan Killa, dia kembali menatap buku yang berada di tangannya. “Siapa aja yang belum?” Tanya Killa. “Banyak.” Balas Lexia, “lo juga belum.” “Berapa gue?” “Lo Cuma minggu ini doang.” Sahut Killa. “Nih.” Killa menyerahkan dua lembar uang berwarna merah muda, “buat nyetok.” Lexia menerimanya, “lo gak mau bayarin punya gue juga?” Canda Lexia. “Bagi dua aja kalo gitu.” Putus Killa yang langsung diangguki Lexia. “Aaaa makasih babi.” Seru Lexia seraya memeluk Killa, “sering – sering bayarin ya Baby.” “Lo manggil apa tadi?” Tanya Killa. “Baby.” “No, sebelumnya.” “Baby.” “Enggak.” “Ck, babi.” Sahut Lexia kesal, “kesalahan teknis bu.” Lanjutnya kemudian mengeluarkan cengiran. “Hadeuh, mana liat daftarnya.” Pinta Killa langsung merebut buku catatan milik Lexia. ‘BRAK’ ‘BRAK’ ‘BRAK’ “Attention please!” Teriak Killa yang langsung menjadi pusat perhatian teman kelasnya, “bagi yang namanya di panggil silahkan maju.” Ujar Killa. “Dewi!” Panggil Killa. “Kenapa Killa?” “Bayar kas ya, lo udah nunggak dua minggu.” “Berapa?” Tanya Dewi seraya mengeluarkan dompetnya dari saku rok. “Dua puluh ribu.” Ujar Lexia. “Nih, gue kasih buat satu bulan ke depan juga.” Ujar Dewi sembari menyodorkan uang lima puluh ribu. “Thanks ya Wi.” “Iya Killa, sorry gue nunggak terus.” “Iya, selanjutnya.” Ujar Killa, “Delva.” Panggil Killa. Delva melangkahkan kakinya menuju meja depan, “kenapa Killa?” Tanya Delva pada Killa. “Lo udah nunggak dua bulan, totalnya seratus ribu.” “Oh oke, besok gue bayar.” Sahut Delva kembali menuju bangkunya. “Aish, susah kan?” Ujar Lexia. “Selanjutnya, Rajendra!” Seru Killa. “Apa lagi Killaaaa.” Kesal lelaki bernama Rajendra itu maju ke depan. Killa memasang ekspresi kaget, “lo ngapain maju lagi Delva?” Tanya Killa. “Lo ngapain manggil gue?” Tanya Delva. “Oh, jadi Rajendra itu lo?” tanya Killa sembari mengedipkan matanya pada Delva, “mau bayar atau nanti pulang bareng? “ Tanya Killa. Delva mendengus kesal sembari mengeluarkan uang dari saku celananya, “nih.” Ketusnya saat melihat Killa tersenyum miring melihatnya. “Sip Kha, kalo gini kan gue makin sayang sama lo. “ Cengir Killa membuat Delva berbalik setelah mendengus kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN