Ragu-ragu Kisya mengetuk ruang kerja Bara di lantai 10. Pria itu belum kembali ke penthouse sejak dirinya pulang. Pun tak menjemputnya ke tempat kerja seperti hari-hari sebelumnya dengan alasan banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan di hotel. Bahkan untuk makan malam pun pegawai hotel mengantarkan makanan ke ruangan tersebut karena pria itu enggan meninggalkan pekerjaannya. "Bar?" panggilnya, dan sekali lagi dia mengetuk pintunya yang tertutup rapat. "Bara, boleh aku masuk?" katanya lagi, dan kini suaranya lebih keras. "Bara?" Kisya memberanikan diri untuk membuka pintu dan mendorongnya secara perlahan. "Ya Ki? masuklah." pria itu menyahut tanpa malingkan pandangan dari kertas-kertas dan laptopnya. "Bolehkah?" Kisya ragu. "Boleh, masuklah." Bara akhirnya menoleh. Lalu gadis utup