Tubuh Kisya menegang, lalu matanya segera terbuka. Mimpi buruk kali ini benar-benar menakutkan, namun tak membuatnya berteriak ataupun menangis. Yang ada hanya terdiam dan otaknya langsung berpikir dan mengingat. "It's oke, it's oke." Bara menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. Mereka tidur di ranjang yang sama selama semalaman, setelah dokter memberinya obat penghilang rasa sakitnya beberapa jam sebelumnya. Kisya mengangkat kepala, dan wajah Bara hanya berjarak sepuluh senti saja darinya. "Tidurlah lagi, aku di sini." pria itu berujar. Kisya memindai wajahnya. "Kenapa?" Bara tersenyum. "Jangan katakan bahwa kamu hilang ingatan lagi, dan melupakanku? nanti bagaimana denganku?" dia berkelakar. "Aku hanya ingin memastikan jika ini bukan mimpi." Kisya menjawab. Kemudian Bara menarik