Pertemuan pertama dengan Raja Ekawirya

837 Kata
Keesokan harinya. Adhisti pun bangun dari tidurnya dan dia melihat jika matahari sudah berada diujung timur. Adhisti pun menguap dan saat dia melihat ke sebelahnya. Dia sudah tidak melihat Faguni. "Kemana dia? Kenapa dia tidak terlihat sama sekali?" Ucap Adhisti dan dia pun bangun dari atas tempat tidur. Adhisti pun berjalan dan mencari didalam rumah itu. Namun, dia masih saja tidak menemukan Faguni. Sehingga, Adhisti pun membuka pintu dan melihat kearah luar rumahnya. Saat Adhisti berjalan keluar, dia melihat jika desa itu ternyata sangat ramai dan suasananya sangat nyaman untuknya. Apalagi orang disana sangatlah ramah dan walaupun para pria dan pemuda disana menatapnya dengan tatapan tidak biasa. Adhisti tidak menganggapnya sama sekali. Dia sudah terbiasa mendapatkan tatapan seperti itu. Apalagi saat bersama Aryasetya, dia jauh mengerikan jika sudah menatapnya dengan tatapan penuh hasrat. "Haistt ... Kenapa aku terus memikirkan dia?! Aku tidak mau memikirkan dia lagi, tidak! Aku tidak mau memikirkan dia lagi!" Ucap Adhisti dan dia terus memukul kepalanya agar dia sadar dengan keadaan yang sebenarnya. Saat Adhisti sibuk dengan pikirannya. Tiba-tiba, dia menabrak seorang pria yang tidak sengaja telah membuatnya terjatuh. "Aduh! Apakah kamu tidak memiliki mata?! Menabrak orang secara sembarangan!" Umpat Adhisti yang setelah itu, dia pun berusaha untuk bangun. Namun pria yang dia tabrak langsung mengulurkan tangannya. Adhisti mengangkat wajahnya dan melihat jika ada seorang pria tampan yang terlihat seperti pria bangsawan dan pakaiannya juga terlihat seperti Aryasetya dan auranya juga mirip dengannya. Sedangkan pria tampan itu juga tertegun saat melihat wajah cantik Adhisti yang untuk sejenak. Telah membuat detak jantungnya berdetak dengan cepat. "Kamu … kamu sangat cantik!" Ucap pria tampan itu dan dia terus menatap wajah Adhisti tanpa berkedip sama sekali. Adhisti mengerenyitkan dahinya dan di tidak menerima uluran tangan pria tampan itu dan Adhisti lebih memilih untuk bangun sendiri. Pria tampan itu pun langsung merasa terkejut karena wanita cantik didepannya malah menolaknya. Padahal banyak wanita yang mengejarnya dan berlomba-lomba mencari perhatian kepadanya. Tapi, wanita cantik yang ada didepannya tidak melihatnya sama sekali. Tentu saja Adhisti tidak tertarik kepadanya. Karena Aryasetya jauh lebih tampan dari pria yang ada didepannya dan perasaannya untuk Aryasetya masih belum berubah. Dia masih sangat mencintainya walaupun dia sangat enggan untuk mengakuinya sendiri. Adhisti pun berdiri dan dia pun tidak mengatakan apapun dan dia pergi meninggalkan pria tampan itu tanpa meliriknya sama sekali. Merasa sangat tertantang dan Adhisti adalah wanita yang menurutnya sangat berbeda dengan yang lainnya. Pria tampan itu pun semakin menyukainya. Dia pun langsung meraih lengan Adhisti dan bertanya. "Wanita cantik. Siapa nama kamu? Tadi itu. Kamulah yang menabrak saya," ucap pria tampan itu. Dia pun tersenyum dan berharap jika senyumannya akan membuat Adhisti terpesona kepadanya. Namun, semuanya sia-sia. Karena Adhisti menatapnya dengan tatapan dingin dan senyumannya pun terlihat sangat hambar. "Iya, saya minta maaf karena menabrak anda. Terima kasih karena tidak menghukum saya," ucap Adhisti dan dia pun melihat kearah lengannya yang masih dipegang oleh pria itu. "Hhhmm … bisakah anda melepaskan tangan saya, wahai Tuan bangsawan. Atau lebih tepatnya, Yang Mulia Raja," ucap Adhisti sambil menarik tangannya secara paksa dan pria tampan itu merasa sangat terkejut. Apalagi indentitas aslinya, sudah diketahui terlebih dahulu sebelum dia memamerkan kekuasaannya. Dia pun tertawa canggung dan merasa malu sendiri. "Errr ... Kamu wanita yang sangat cerdas. Selain cantik kamu juga sangatlah cerdas. Sepertinya kamu bukanlah orang yang biasa, apakah kamu juga seorang bangsawan?" Tanya pria tampan itu dan dia mendekati Adhisti namun Adhisti berjalan untuk menjauhinya. "Saya hanya orang biasa dan saya hanya orang yang baru pindah di desa ini. Anda terlalu berlebihan Yang Mulia," ucap Adhisti dengan senyuman canggung dan dia berusaha agar identitas aslinya tidak terbongkar didepan pria tampan yang ternyata adalah Yang Mulia Raja Ekawirya. Raja dari kerajaan sebelah dari Adyamanunggal. Dia juga baru saja naik tahta dan kebetulan umurnya seumuran dengan Aryasetya. "Hahaha … kamu wanita yang benar-benar sangat menarik. Saya beruntung bisa bertemu dengan kamu," ucap Ekawirya dan dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Perkenalkan,. Saya Ekawirya dari kerajaan Nishada, saya adalah penguasa dari kerajaan itu," ucap Ekawirya dengan penuh kebanggaan dan dia berharap jika wanita cantik didepannya langsung melemparkan dirinya, dia memintanya untuk menjadikan dirinya untuk menjadi selir kerajaannya. Namun, harapannya ternyata sia-sia. Karena Adhisti tidak tertarik kepadanya sama sekali. "Oh, jadi anda adalah Yang Mulia dari kerajaan Nishada. Salam hormat dari saya Yang Mulia," ucap Adhisti dan dia memberi hormat dengan berlutut kepadanya dengan sopan namun, Adhisti tidak terlihat menginginkan Ekawirya. Sehingga, Ekawirya merasa jika dirinya benar-benar merasa sangat kecewa. "Kenapa kamu berlutut, ayo bangun! Kamu wanita yang sangat cantik dan kamu sangatlah tidak cocok untuk berlutut diatas tanah yang kotor ini," ucap Ekawirya dan dia membantu Adhisti untuk bangun. Namun, sekali lagi Adhisti langsung menghindari sentuhannya karena Adhisti tidak suka disentuh oleh pria lain selain Aryasetya. "Terima kasih Yang Mulia. Anda tidak perlu repot-repot membantu rakyat biasa seperti saya," ucap Adhisti dan secepatnya dia menjauhi Ekawirya. Dia tidak mau terlibat lebih jauh dengan Ekawirya dan juga, Adhisti sudah muak berhubungan dengan anggota kerajaan. Entah kerajaan manapun, dia tidak menginginkan dirinya terjebak lagi dalam kehidupan Istana yang rumit itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN