Catisha Axera Daxon. Ia merupakan sosok gadis sempurna yang sangat dibanggakan oleh keluarga Daxon. Kepintaran dan kecantkan yang dimilikinya sangat bersinar diantara saudarinya yang lain. Xera dibesarkan dengan sepenuh hati oleh keluarganya sendiri dan tumbuh menjadi sosok gadis yang begitu sempurna.
“Xera!” seru seseorang memanggilnya. Mata biru khas milik keluarga Daxon itu terlihat mencari-cari siapa sosok yang memanggilnya di saat ia sedang sangat sibuk seperti ini.
“Ada apa George?” Xera menatap George dengan pandangan bertanya-tanya, entah hal apa yang membuat George berlari dengan tergesa-gesa untuk menemuinya.
“Lo ... anak Edward Imazuel Daxon kan?”
‘Deg...’
Xera menatap tidak percaya dengan apa yang sedang didengarnya, “Ma-maksud lo apa George?” Xera bertanya untuk ia bisa memastikan suatu hal, ini sangat mendadak dan membuat Xera kebingungan.
“Ngaku aja deh lo, beritanya udah nyebar di seluruh penjuru sekolah, yang buat berita itu tim jurnalis di sekolah kita,” ucapan dari George membuat Xera melemas seketika. Kakinya ntah kenapa serasa tidak memiliki tenaga untuk menopang berat tubuhya. Ia khwatir bahwa rencana yang selama ini ia lakukan akan gagal karena celah itu.
“Lo kenapa Xer?” George kebingungan melihat Xera yang seperti orang sudah tidak berdaya.
“Gue ada salah omong ya?” tanya George yang membuat Xera menggelengkan kuat kepalanya. “Tidak, tidak apa kok. Gue hanya sedikit kaget saja, soalnya hal itu sengaja dirahasiakan bair gue bisa sekolah dengan tenang disini.” Xera sudah dapat mengontrol emosinya dan menjadi lebih santai menghadapi George.
“Seriusan? Emang apa salahnya menjadi anak pemilik dan penemu sekolah? Menuru gue itu hal yang tidak buruk.” Setelah menyelesaikan perkatannya, George mendekat ke Xera dan ingin membantunya berdiri,. “Sudah! Gue bisa sendiri kok.” Sera dengan cepat menepis tangan George dan berdiri, lalu meninggalkan George dengan pandangan bertanya.
***
Xera berlari dengan cepat keluar sekolah dan menaiki bus yang kebetulan singga di halte sekolah. Xera memasukinya dan menekan tujuan bahwa ia ingin pergi ke Kingdom, ia ingin merehatkan dirinya dahulu an mengubah rencana yang akan ia lakukan nantinya. Selama perjalanan ke Kingdom Xera tertidur dan bus itu hanya mengantarkan dia sendirian tanpa penumpang lain. Karena emang Xera membolos di jam pelajaran sekolah berlangsung.
“Zazer sudah sampai di pemberhentian Kingdom.” Xera yang mendengarkan pemberitahuan itu langsung membuka matanya dan tersadar dengan cepat. Xera segera bangkit dan ke luar dari bus mini tersebut, “Terima kasih tumpangannya Zazer.” Ucapnya seraya berjalan menjauhi Zazer. Ya, Zazer merupakan nama bus kecil di Starlight School yang beroperasi menggunakan kecerdasan buatan.
Setelahnya, Xera langsung tergesa-gesa berjalan menuju kamar miliknya di Kingdom. Ia sungguh tidak tahan dengan semua ini, dan setelah sampai lantai tiga Xera segera memasuki kamarnya, lalu menenggelamkan tubuhnya di kasur empuknya.
“Dasar s****n! Siapa coba yang membeberkan hal seperti itu? Pasti ini karena kecerobohan dia! Apa tidak bisa ia mengatur semuanya dengan baik, dasar pria tidak bisa diandalkan!” Xera mengambil gelas kaca di mejanya dan melemparkannya ke dinding ruangan tersebut hingga kaca tersebut pecah dan pecahannya berserakan di mana-mana.
“Apa yah yang nanti akan dipikirkan ayah...” Xera menghadap ke langit langit kamarnya dan memandangi langit-langit kamarnya yang putih berkilat karena kilauan serbuk berlian pada dekorasinya.
‘Drrrtt...’ terdengar sebuah notifikasi pesan dari ponsel pintar Xera masuk ke telinganya.
“Siapa...” Xera merogoh sakunya dan melihat notifikasinya.
Halo, salam kenal dengan pembencimu!
Bagaimana hadah kejutan dariku Xera? Apa kau menyukainya?
Ah, tentu saja aku sangat tidak sabar untuk menggagalkan rencanamu itu.
Dasar makhluk biadab! Kau sama saja seperti kedua orang tuamu.
Selamat menikmatinya!
-CodeName010
Xera menatap tidak percaya dengan apa yang dibacanya, ia dengan segera duduk dari tidurnya dan menghela napas kasar. Semua rencananya sudah ketahuan, ia sudah gagal untuk misi penting yang dijalankan oleh ayahnya.
“s**l! s**l! s**l!” Xera memukul-mukul kasurnya dengan sekuat tenaganya, siapa yang dengan sangat beraninya mencoba bermain dengannya? Apakah orang tersebut memiliki kualifikasi hebat?
“Ayo Xera, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal yang tidak-tidak, sekarang kau harus fokus pada tujuan sedari awal dan mencari siapa yang membuat kekacauan ini.” Xera berpikir dalam diam, ia mengingat banyak kejadian belakangan ini, tetapi tidak ada yang membuatnya curiga.
“Ah.... gue nggak bisa memikirkan siapapun, tidak ada yang mencurigakan ... kecuali..” Xera menjeda perkataannya, ia teringat sesuatu pada beberapa waktu lalu.
“Jangan bilang ... Ini ulah Rei dan Xander? Ah s**l mereka berdua!” seru Sera dan terus terusan merutuki dirinya bodoh seraya memukul kepalanya.
“Baiklah, akan kuurus mereka berdua sekarang juga.”
***
“Gimana? Masih nggak percaya lo berdua tentang Xera?” sindir Stella pada Rei dan Xander yang sedang membaca buku di perpustakaan khusus.
“Gimana ya... sepertinya kalian emang membutuhkan kami untuk turut membantu dalam rencana itu. Semakin banyak orang semakin bagus bukan?” Perkataan dari Sera membuat Rei menghela napas.
“Iya tau, kami kemarin cuma mengetes Xera saja.” Ucapan Rei membuat Stella dan Sera menatap Rei menuntut jawaban.
“Nggak mungkin kami sebodoh itu memasukkan Xera sembarangan ke kelompok kami, waktu itu kami hanya mengiyakan saja perkataannya, kalau iya dia emang ingin serius membantu, berarti ia nantinya berinisiatif dalam memberi ide. Nyatanya sampai sekarang ia hanya bungkam,” ujar Rei dan itu membuat Sera dan Stella mengangguk paham.
“Jujur, Xera sangat bodoh dalam menyamar, gerak geriknya sangat mudah diketahui. Meski begitu, ia tetap mencurigakan, karena sangat tidak mungkin mereka merencanakan suatu hal seceroboh itu sampai menumbalkan Xera.” Xander menutup buku bacaannya, “Lagipula, Xera lebih terlihat seperti sosok manusia yang membutuhkan pertolongan daripada sosok buronan dunia.” Ucapan terakhir Xander membuat ketiga temannya yang lain terdiam.
“Benar, ia terlihat sangat tersiksa, tapi aku masih meragukannya. Bisa jadi itu akting dia untuk mempermainkan kita bukan?” ujar Sera.
“Ya, gue lebih setuju dengan Sera, akan lebih baik jika kita secara perlahan saja untuk mendekatinya, kita harus melihat perkembangannya dahulu.” Stella merogoh sakunya dan mengambil ponselnya dan ia seakan ingin menunjukkan suatu hal kepada tiga temannya tersebut, “Ini, gue kemarin sempat pasang pelacak dan menanamkannya pada tubuh Xera, kalian harus hati-hati terhadapnya sekarang, karena gue yakin Xera sekarang sedang mengincar lo berdua!” seru Stella seraya menunjuk Xander lalu Rei.
“Lo gila ya Stel? Gimana kalau nanti ketahuan?” tanya Sera was-was.
“Tidak akan, ini sudah teruji keamanannya, karena tidak bisa dideteksi. Sudah dirancang khusus dapat merusak gelombang energi oleh alat keamanan. Dan nih gue kasih kalian alat navigasinya, untuk berjaga-jaga saja.” Stella melemparkan tiga buah alat naviasi ke tengah meja mereka.
“Dan gue sangat yakin setelah ini akan lebih banyak kejutan lagi, sebaiknya kalian lebih bersiap-siap, lawan yang sekarang kita hadapi sangatlah tidak mudah,” ujar Stella menutup pertemuan mereka pada hari ini. Setelahnya mereka berpisah dan pergi dengan kesibukan masing-masing.