Seminggu kemudian..
Malam itu Andi dan Rina menghadiri acara perkenalan atasan baru andi di kantor, Pak Frans Wenda baru saja diangkat menjadi kepala cabang bumn tempat andi bertugas, dalam hirarki pekerjaan, Andi adalah bawahan langsung Pak Frans Wenda. Pak Frans Wenda sendiri adalah seorang pria dari maumere, papua, usianya saat ini sudah 52 tahun, sebelumnya beliau bertugas di Kalimantan, postur pak Frans Wenda sendiri seperti orang papua pada umumnya, tinggi besar dengan kulit kehitaman, karakternya sangat ramah, murah senyum.
Andi menghampiri Pak Frans Wenda yang sedang menerima ucapan selamat dari beberapa koleganya “selamat malam pak Frans Wenda, saya andi dan ini istri saya Rina, selamat ya pak atas promosinya.” Ujar andi, “ohh anda pak andi ya, terima kasih pak andi, dan terima kasih buat bu Andi yang sudah hadir” kata Frans Wenda sambal bersalaman dengan andi dan Rina, mata Frans Wenda melekat ke Rina yang saat itu tampil anggun dengan gamis hitam yang kontras dengan bagian pergelangan tangan yang tidak tertutup gamis “pak andi pria beruntung, istri bapak sangat anggun sekali dan cantik” ujar Frans Wenda sambil tersenyum.
Rina merasa tidak nyaman berhadapan dengan atasan baru suaminya ini, ada kilatan aneh dimata Frans Wenda saat bertatapan dengannya, Rina hanya tersenyum menanggapi ucapan pak Frans Wenda, “ah bapak bisa saja, oh ya istri bapak mana” tanya Andi kemudian, Frans Wenda lalu menjawab “istri saya sudah meninggal pak andi, anak anak juga sudah besar, mereka bersekolah di luar kota semua”, “ohh maaf pak saya tidak tahu” timpal andi merasa canggung, “gak apa2 pak andi” jawab Frans Wenda kemudian, “jadi bapak disolo ini tinggal sendiri?” kata andi. “ya pak andi, saya juga kan sebentar lagi memasuki masa pensiun” jawab Frans Wenda. “oh ya maaf pak andi saya mau menelpon Jakarta dulu, silahkan pak andi nikmati hidangan yang saya suguhkan, silahkan bu andi” ujar Frans Wenda kemudian mengakhiri perbincangan mereka, andi dan Rina kemudian menuju tempat suguhan makanan, sambil nelpon Frans Wenda memperhatikan punggung kedua pasangan tersebut terutama Rina, dia sempat melihat pergelangan kaki Rina yang tak tertutup gamis, terlihat putih bersih. Perlahan ada desiran di hati Frans Wenda.
Spoiler: frans memandangi rina
“Yah kok aku merasa aneh ya dengan atasan ayah yang baru itu” kata Rina saat dalam mobil di perjalanan pulang dari acara syukuran tadi. “maksud bunda apanya yang aneh, ada ada aja perasaan bunda ini, apa karena dia dari papua, jadi keliatan serem” timpal andi sambil tersenyum, “gak lah bukan fisiknya, tapi entahlah aku canggung aja dekat dia tadi” ujar Rina kemudian, “sudahlah jangan berpikiran aneh2, edwin cerita katanya pak Frans Wenda itu bos yang baik” ujar andi kemudian sambil fokus menyetir. “ohh ya mas Edwin sekarang dimana yah” tanya Rina, dia tau Edwin adalah kawan suaminya satu Angkatan saat masuk jadi pns dulu. “Edwin sekarang ada di bandung bun, dia jadi kasub di kantor cabang utama” jawab andi. Rina yang saat itu menyender di kursi, kemudian bangun dan kemudian melihat suaminya yang sedang fokus mengemudi, “yah maaf ya, kok karier ayah beda sih dengan Edwin, walaupun golongan ayah sama, tapi Edwin udah dapat jabatan kasub.” Tanya Rina agak sedikit takut kalau suaminya tersinggung, sejenak andi menoleh ke istrinya, lalu Kembali fokus ke depan “kata si edwin sih,kariernya sekarang banyak dibantu pak Frans Wenda bun, makanya Edwin bilang ayah beruntung bisa dapat atasan kaya pak Frans Wenda, soalnya beliau pernah jadi atasan si Edwin, ya mudah2an aja nanti karier ayah juga bakalan dibantu ya bun” jawab andi. “aamiin semoga ya yah” timpal Rina.
Spoiler: Rina
***
Satu bulan kemudian..
Andi menghadiri lokakarya di kantor pusat di Jakarta, disana dia kemudian memanfaatkan waktunya untuk bertemu akbar buah hatinya, tanpa lupa dia bervideo call dengan istrinya yang telah rindu dengan akbar. Dalam lokakarya itu ternyata Edwin juga hadir.
“Hai bro dah lama gak jumpa kita, gimana kabar lu bro?” kata Edwin saat coffe break, mereka ngobrol di taman depan kantor pusat.”baik2 aja win, sehat2 seperti yang lu liat, hebat win karier lu sekarang, selamat ya” jawab andi, “makasih bro, oh ya gimana bos yang baru itu pak Frans Wenda, lu beruntung bro dapet bos kaya dia, jujur aja klo gak ada dia gw gak bakalan bisa dapet jabatan kaya sekarang ini” ujar Edwin, “baru sebulan sih dia jadi atasan di kantor, jadi gw gak tau beruntungnya hehe” jawab andi. “di dunia hirarki gini, lu musti bisa ngertiin kemauan bos, klo lu dah ngerti kemauan bos, kemauan lu juga bakalan lu dapetin, kaya karier lu, contohnya gw nih.” Lanjut Edwin. “gw gak paham win” kata andi bingung, “ yailah di, pantesan karier lu mandeg, sori to say bro jangan tersinggung..” ujar Edwin kemudian, namun saat akan melanjutkan ucapannya, hp Edwin berbunyi, “bntar bro gw terima telpon dulu, dari bos gw” pamit Edwin.
Tak lama Edwin Kembali “gini bro abis lokakarya kita ngobrol lagi, kayaknya lu musti gw latih nih biar peka” ucap Edwin, “latih lu kira gw artis sirkus” jawab andi sambl tertawa, "nah mungkin biar lu bisa jadi artis sirkus, makanya perlu dilatih, karena dunia kita ini sirkus hahaha” kata Edwin kemudian terbahak2, andi hanya mengernyitkan dahi bingung dengan perkataan temannya ini. Akhirnya mereka berpisah.
***
Malamnya di sebuah cafe
“Ah yang bener lu win?” ucap andi agak sedikit kaget mendengar cerita Edwin tentang pak Frans Wenda. “gw ngomong apa adanya di, tapi walau m***m kaya gt, pak Frans Wenda itu koneksinya luas ke bos2 pusat, lu tau gak koneksinya bisa luas, karena pak Frans Wenda megang kartu matinya bos2 itu, makanya rekomendasi dari pak Frans Wenda lgsg di acc aja, kaya gw nih contohnya, pak Frans Wenda rekomendasiin gw ke bos2 pusat untuk jadi kasubag di kantor cabang utama bandung, gak lama sk gw nongol” ujar Edwin sambal meghisap rokoknya dalam2. Andi hanya tercenung saja, dia bingung mau ngomong apa, “pak Frans Wenda lu liat sendiri kan bersahaja, berwibawa, pasti orang2 gak bakalan nyangka ya kan, tapi kalau kita tau sebenernya itu benefit buat kita di, kita tau dan kita bisa memberi apa yang dia pengen, maka apa yang kita pengen juga bisa dia wujudkan.” Lanjut Edwin lagi. Malam semakin larut..obrolan mereka terus berlanjut.
Di pesawat garuda yang membawanya pulang ke solo, andi tercenung mengingat cerita Edwin malam itu “pak Frans Wenda itu suka cewek di, tapi juga yang eksklusif, bukan p***k, dia dulu naksir karyawan yang kebetulan asisten gw, pas gw tau kemauan dia, gw pepet terus tuh asisten gw, emang sih asisten gw itu dah punya suami, tapi ya gitulah, pak Frans Wenda maunya cewek itu, akhirnya singkat kata gw berhasil meyakinkan tuh cewek, jadilah affair, dan suami si cwek itu tau tapi ya gak bisa apa2, karena suaminya juga lagi nganggur mau gimana lagi. Tapi kemudian pak Frans Wenda dipindah ke Kalimantan, dan affair itu juga berakhir, cewek itu juga baik2 aja rumah tangganya. Terakhir2 ini gw juga gak tau apa mereka masih berhubungan atau nggak”,
Frans teringat ucapan Rina saat di mobil dulu yang mengatakan pak Frans Wenda aneh memandangi dia, kadang andi juga merasa aneh sejak pertemuan di acara penyambutan, pak frans semakin rajin mengundang dia dan Rina dengan alasan menemani makan malam, namun andi tak pernah berpikir hal lain, mungkin pak Frans Wenda kesepian di solo dan juga kan dia baru di solo.
Namun setelah mendengar cerita Edwin, semua itu terlihat puzzle yang menyatu menjadi prasangka yang sungguh jelas “apakah pak Frans Wenda menyukai Rina?”, perlahan ada sesuatu yang membangunkan fantasinya, andi sendiri juga bingung, kenapa perasaan ketika laki2 lain menyukai istrinya membuat hatinya berdesir, bukan berdesir geram, tapi desiran yang merangsang kelelakiannya.
Membayangkan pak Frans Wenda yang tinggi besar hitam legam itu menyukai istrinya yang cantik putih mulus, istri cantiknya yang memiliki putting dan v****a kemerahan pucat..oohh .. membuat p***s andi menegang. Tubuhnya agak hangat. “ah sialan..” tak lama pesawat garuda tersebut mendarat di bandara adi sumarmo solo.