Penantian

1035 Kata
Malam ini dengan berat hati Dhira terpaksa harus mengikuti kemauan orang tuanya untuk di jodohkan bersama Arjuna. Dhira sangat tahu betul acara makan malam yang berlangsung tak lain untuk membahas mengenai ketetapan waktu pelakasanaan pernikahan yang akan di langsungkan mereka. Dhira tampak enggan untuk keluar dari kamarnya, hatinya masih terasa nyeri untuk bertemu salah satu keluarga Permana itu, siapa lagi kalau bukan Elindra--putri bungsu dari Heru Permana. Bagaimana tidak? Kejadian yang tak di sengaja itu masih terbayang jelas di ingatannya, dengan kelembutannya Tama memberikan hatinya pada Elindra yang sepertinya sedang mengalami masalah saat itu. Dan di hari yang sama, Elindra juga memperkenalkan Tama di hadapan Arjuna juga Heru sebagai calon suaminya. Sakit sekali rasanya, di saat perasaan cinta itu mulai tumbuh namun layu seketika karena sebuah pengkhianatan. Tok tok tok... Terdengar suara ketokan sesorang dari luar pintu kamar Nadhira. "Masuk." Dhira mengedipkan matanya beberapa kali dengan kepala yang mengenadah ke atas untuk menyembunyikan perasaan sedih yang bergelayut di benaknya. "Bik Ati, ada apa bik?" sambungnya saat melihat tubuh Bik Ati di balik pintu kamar. "Non Dhira sudah di tunggu tuan dan nyonya di bawah," sahut bik Ati dengan senyum dan kepala yang sedikit menunduk sebagai rasa hormatnya. "Sebentar lagi aku turun, bibik duluan saja, ya." Ucapan sopan yang di lontarkan dari mulut Dhira di tanggapi dengan anggukan oleh Nik Ati dan meninggalkan Dhira kembali sendiri di dalam kamarnya. Dhira menarik nafas dalam, mengatur semua perasaannya dan menoba untuk menampilkan raut bahagia walau dengan terpaksa. Perlahan Dhira berdiri dari kursi riasnya, merapikan dres selutut dengan model lurus berlengan pendek dan hiasan make up tipis membuat Dhira terlihat cantik seperti biasanya. "Oke Dhira, cobalah tenagkan hatimu. Huh..." Dhira mengibas ngibaskan kedua tangan di depan wajahnya sambil menghela nafas. Tak lama Dhira keluar dari kamarnya dan menuruni satu persatu anak tangga menuju keruang makan di rumah mewah orang tuanya. "Ah, yang di tunggu tunggu akhirnya tiba juga." Suara bariton milik Adi menarik perhatian semua menghuni meja makan hingga memusatkan pandangan mereka pada Dhira yang baru saja tiba di meja makan. Dhira yang berdiri menjadi salah tingkah saat menjadi pusat perhatian, saat hendak melangkah untuk duduk dengan cepat tangan Arjuna menarik kursi dan mempersilahkan Dhira untuk duduk. "Oh, manis sekali," celetuk Elindra sambil mengulum senyum, ucapannya tentu membuat semua orang yang ada di sana tersenyum senang termasuk Bik Ati yang sedang menghidangkan makanan. Suasana makan malam saat itu terasa begitu hangat dan menyenangkan, sesekali mereka tertawa bersama menceritakan hal hal di luar lingkup pekerjaan. Setelah selesai menyantap hidangan yang lezat mereka beralih menuju ke taman belakang yang menampilkan pemandangan indah dengan beberapa tanaman hidup dengan lampu hias yang menyala serta kolam renang yang berada tepat di sampingnya. Kedua keluarga yang akan menjadi satu itu duduk di gazebo modern yang terbuat dari kayu di lengkapi dengan beberapa sofa panjang dan tunggal membuat suasana taman belakang begitu indah dan mempesona bagi siapa saja yang berada di dalamnya. "Arjuna, kira kira kapan kalian akan melangsungkan pernikahannya?" Renita bertanya langsung pada Arjuna yang sedang duduk bersebelahan dengan Dhira. Dhira menghela nafas lesu saat sang mama bersikap begitu tergesa gesa dalam menanyakan sesuatu. "Kalau aku terserah Dhira aja tan, aku bisa menyesuaikan aja." Arjuna menatap Dhira yang sedang meneguk jus mangga kesukaannya dengan senyuman hangat. "Ah, so sweet sekali sih mas aku ini." Elindra lagi lagi menimpa ucapan sang kakak hingga mendapat tatapan tajam dari sang pemilik. Seketika suasana menjadi penuh dengan tawa melihat tingkah Elindra yang senang sekali menggoda Arjuna sejak di meja makan tadi. "Elindra, apa kamu sudah mempunyai pasangan?" Kali ini Adi yang bertanya pada Elindra dengan alis yang ternagkat ke atas. "Emm, sudah dong om. Calon suami aku yang pastinya lebih tampan dan lebih romantis dari pada mas ku ini." Elindra menjulurkan sedikit lidah nya menatap dengan wajah mengejek pada Arjuna yang menatapnya sinis. "Oh ya? Siapa kah pria yang beruntung mendapatkan gadis cantik dan popoler ini?" Renita tampak penasaran dan menambah suasana semakin hangat, "Calon kakak iparku kenal kok, namanya Pratama. Lebih tampan kan kak?" Sambil menatap Dhira dengan senyuman yang lebar. "Uhuk... uhuk... uhuk..." Dhira yang sedang meneguk jus nya tersedak hingga membuatnya batuk batuk. "Pelan pelan Dhira." Jemari Arjuna menepuk pelan pundak wanita cantik yang sebentar lagi akan berstatus istrinya. Seketika senyuman merekah di wajah Adi sirna saat melihat gelagat sang anak yang tampak berbeda, Adi merasakan jika ada sesuatu yang tengah terjadi pada sang anak walaupun Dhira telah menutupinya. Adi dan Dhira mempunyai ikatan batin yang cukup kuat, terkadang hal hal kecil yang tidak di sadari oleh Renita mampu di rasakan oleh Adi sebagai papa Dhira. "Dhira, kamu ajak Juna sana biar kalian bisa saling mengenal." Adi menatap Dhira seolah memberi isyarat agar Dhira meninggalkan tempat itu. Dhira mengangguk perlahan, terpaksa Dhira mengikuti perkataan sang papa dikarenakan dia juga merasa jengah melihat wajah Elindra yang seperti sengaja menyebut nama pria yang telah menyakiti hatinya. **** Dhira dan Arjuna kini duduk di kursi santai kolam renang yang berseberangan dengan belakang gazebo hingga membuat mereka tak terlihat. Arjuna mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Dhira mengobrol santai, bahkan Arjuna dengan sikap lembutnya menanyakan kesungguhan Dhira yang menerima perjodohan kedua orang tua mereka. "Apa kamu sudah sungguh menerima perjodohan ini Dhira?" Dengan hati hati Arjuna bertanya, ia tak ingin wanita yang mencuri hati nya itu merasa tersinggung dengan perkataannya. Dhira terdiam sejenak seperti tengah berfikir keras sebelum menjawab pertanyaan Arjuna yang sungguh membuatnya dilanda kebingungan. "Ya, aku sudah memikirkannya mas." Seraya menganggukkan kepala menatap Arjuna dengan senyum tipis di wajahnya. "Apa kamu bisa mencintai mas?" Lagi, pertanyaan Arjuna seakan menimbulkan sesak yang begitu dalam untuknya. "Berikan aku waktu, aku akan belajar untuk mencintai mas Arjuna." Dhira tertunduk menyembunyikan wajah ragunya. Arjuna tersenyum hangat, ia tak ingin membuat Dhira merasa tertekan dengan pertanyaan pertanyaan yang ia lontarkan pada Dhira. Arjuna perlahan menarik lembut tangan Dhira, menautkan jemari nya dan menarik lembut wajah Dhira agar kembali menaikkan pandangannya. "Mas akan menunggu sampai kapanpun, sampai hanya ada mas di hati kamu. Berikan mas kesempatan untuk membuat kamu jatuh cinta pada mas." Arjuna mencium punggung tangan Dhira dengan hangat. Ucapan Arjuna mampu membuat Dhira merasa tenang dengan tatapan mata yang selalu memberikan rasa teduh untuknya, seutas senyuman perlahan terbit dari wajah sendu itu hingga membuat nya mengangguk dengan pasti. To be continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN