Sinar matahari pagi yang menembus sela sela jendela, membuat Dhira terbangun dari tidurnya yang lumayan nyenyak.
Dhira melihat sekeliling kamar, rasanya malam tadi kamarnya masih sedikit berantakan sebelum mbak Dina meninggalkan apartemen ini.
"Ah... mbak Dina memang yang terbaik," ucap Dhira menyadari bahwa mbak Dina yang telah membersihkan kamarnya sebelum kembali ke rumahnya.
Hari telah menunjukkan pukul 07.15 wib. Ia bergegas menuju kamar mandi untuk melakukan ritualnya setelah bangun pagi. Dhira berendam di bathup dengan lilin aroma terapi yang menyala selama lebih kurang dua puluh menit. Ia selalu melakukan ritual ini saat merasakan kelelahan yang luar biasa yang sudah tak dapat ia tahan.
Setelah selesai mandi Dhira segera melangkah kan kaki menuju dapur dengan handuk yang masih membelit di rambutnya, ia mencoba memasak sendiri walaupun ia sendiri tak yakin hasilnya akan senikmat jajanan di luar sana.
Dhira membuka kulkas melihat apa saja isi yang ada di dalamnya.
"Eemm... Masak apa ya enaknya," tanya Dhira pada diri sendiri dengan jari telunjuk yang bergerak maju mundur di depan bibirnya.
Mata indah nya menjalar ke seluruh bagian kulkas, dan tak ia dapati bahan bahan apa pun selain buah buahan dan minuman kaleng yang sengaja ia stok.
Kembali di edarkan matanya mencari cari sesuatu yang bisa ia jadikan bahan masakan saat itu juga. Mata nya begitu berbinar saat melihat sebuah mie instant goreng yang terletak di ujung pantry.
"Wiiihh mantap nih mie instan pedas ala ala korea... Di goreng pakai telor ceplok enak kali ya, atau... Di tumis aja nih sama telor plus kecap dan saos pedas sedikit... Hmmm.. Yummy...," ucap Dhira sendiri sambil menelan saliva yang rasanya ingin menetes dari mulutnya.
Setelah memakai apron, jemari lentik Dhira mulai menari nari indah di atas pantry, dengan santai ia menyiapkan semua bahan yang di perlukan, yaa... Walaupun tak begitu rumit untuk menghasilkan mie yang menurutnya menggugah selera ini.
Tahap demi tahap ia lakukan mulai dari merebus mie, menuangkan bumbunya ke dalam piring, lalu meniriskan mie yang telah matang dan di aduk ke dalam piring yang telah berisikan bumbu. Kemudian ia menuangkan sedikit minyak goreng ke dalam teflon setelah minyaknya panas ia masuk kan telor yang telah di keluarkan dari cangkangnya, di aduk aduk sebentar lalu ia campurkan mie yang telah teraduk rata bersama bumbunya, masukkan sedikit saos sambal dan kecap, daun bawang, cek rasa lalu angkat sajikan ke piring terakhir taburkan bawang goreng... Daaaannn jaaaaddddiiiii...
"Hhhmmm... Aromanya menggugah seleraku, aroma maskulin mas Tama lewat deh," ucap Dhira sembari menarik nafas dan memejamkan matanya menikmati aroma yang keluar hasil masakannya.
Di lepasnya apron yang terpasang di tubuh nya perlahan ia menikmati makanan yang telah ia buat sendiri.
"Cowok ganteng mah nggak kelirik lagi karena enaknya keterlaluan ini, menurut ku sih. Nggak ada salahnya kan memuji hasil karya sendiri," ucap Dhira dengan mulut yang termangap mangap dan air yang mulai membasahi dahi, ia terus menikmati suapan demi suapan mie ala ala korea tersebut.
ting tong...
ting tong...
ting tong...
Bel rumah yang sengaja ia pasang berbunyi, menghentikan nya untuk kembali mengunyah. Dhira berjalan menuju pintu dan membukanya tanpa melihat terlebih dahulu siap yang akan bertamu
"Ya... " mata Dhira tak berkedip saat melihat dua orang yang ia kenali datang ke apartemennya.
"Mami Cinderella kenapa nangis?" tanya anak perempuan yang menatapnya dengan penuh khawatir sembari memegang tangan Dhira.
Dhira hanya menggeleng pelan menghapus air mata yang telah meleleh karena mie pedas yang ia makan.
"Kamu kenapa? Ada apa?" Tama menatapnya dalam.
"Nggak kok aku nggak nangis. Tadi mami cinderella makan mie instan pedas banget makanya sampai ngeluarin air mata gini," ucap Dhira sambil berjongkok di hadapan Jasmin.
"Kamu... Cepat ganti pakaian mu, jangan salahkan aku jika iman ku goyah," ucap Tama yang tak menatap Dhira.
Dhira yang mendengar ucapan Tama baru tersadar bahwa saat ini ia hanya menggunakan dres mini di atas paha tanpa lengan dengan kerah rendah hingga menunjukkab belahan dadanya yang sexi serta handuk yang masih membelit rambutnya membuat siapa saja pria yang melihatnya akan tergoda. Dhira segera berhambur ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya.
'Bisa bisanya dia berpakaian seperti itu saat menerima tamu, untung saja aku dan jasmin yang melihatnya jika pria lain mungkin saat ini dia sudah di terkam.' Batin Tama yang tampak kesal.
"Duduk dulu ya Princess Jasmin, mami mau ganti pakaian bentar," teriak Dhira pada Jasmin saat berlari .
Di dalam kamar, tak henti hentinya Dhira mengumpati dirinya sendiri, batapa bodohnya dia berpenampilan seperti ini saat menerima tamu bahkan handuk yang membelit rambutnya pun belum terlepas.
Dhira berdiri di depan walk in closet, mencari cari pakaian yang akan ia kenakan, entah kenapa perasaannya semua baju tak ada yang tampak bagus ia kenakan.
Akhirnya ia mengambil jampsuit berlengan pendek motif abstrak sepanjang lutut, dengan rambut terurai yang belum terlalu kering menjadikan penampilannya tampak santai.
"Maafin mami cinderella ya ninggalin princess Jasmin agak lama," ucap Dhira sembari berjalan ke arah sofa tempat Jasmin duduk dengan membawa Jus kemasan dua buah gelas kaca di atas nampan transparan.
"Mmm... It's ok..." sahut Jasmin melemparkan senyuman manisnya pada Dhira.
"Oh iya, katanya mami cinderella sakit ya?" tanya Jasmin memegang tangan Dhira.
"Princess Jasmin tau dari mana mami cinderella sakit?" ucap Dhira menatap Jasmin kembali.
"Papi yang bilang, kata papi semalam mami pingsan waktu mau masuk lift," ucap Jasmin dengan wajah yang serius.
Dhira membelai lembut rambut Jasmin yang masih menatapnya.
"Mami tau nggak? Papi cemas banget sama mami, papi bilang sama Jasmin kalau papi sayang banget sama mami cinderella, papi takut terjadi sesuatu sama mami cinderella. Jadi Jasmin ajakin deh papinya ke sini buat liat mami cinderella." Jasmin menjelaskan dengan wajah polosnya tanpa ada kebohongan sedikit pun di matanya.
Dhira menatap Tama yang memalingkan wajahnya dengan senyuman mengejek. Ia bisa melihat jelas rona merah di wajah Tama yang tak bisa di sembunyikan.
"Oh ya? Tapi Jasmin tau nggak kalau papi Jasmin itu suka maksa mami cinderella? Mami kan jadi sedih," ucap Dhira memanyunkan wajah nya sedikit drama agar Jasmin percaya ucapannya.
"Benarkah papi?" Jasmin bertanya dengan wajah kesalnya pada Tama.
"Enggak. Mana mungkin papi kasar sama mami cinderella," sahut Tama datar.
Dhira terkekeh pelan saat melihat ekspresi Tama yang tampak takut pada Jasmin, tepatnya ia tak ingin jika Jasmin merajuk padanya.
"Papi bohong kan? Jasmin mau papi minta maaf sama mami cinderella. Sekarang!" perintah Jasmin pada Tama.
Dhira menahan tawanya saat melihat Jasmin menggertak Tama, dan tak di jawab apa pun oleh pemilik wajah sejuta pesona itu.