Mabuk

1039 Kata
"Merepotkan," ucap Tama pelan. "Berikan gelas itu padaku. Aku tidak akan mabuk hanya meminum dua gelas. Biar aku buktikan pada pria sombong itu, bahwa aku juga bisa menemani nya ke mana pun dia mau. Hahaha..." Dhira semakin terlihat kacau, entah apa saja yang dia katakan di alam bawah sadarnya, membuat Tama semakin menatap sinis padanya. Perlahan Tama menempelkan ibu jari Dhira pada finger apartemennya, lalu membawa Dhira masuk dan meletakkannya di atas kasur. "Lihat lah dia? pria itu mengencani perempuan sexi itu di saat dia sudah mengambil kesucian bibir ku ini. Sungguh brengsek... Hahaha..." Dhira menunjuk nunjuk jari nya kesembarang tempat sambil tertawa sendiri. Tama meletakkan Dhira di atas kasur empuk nya dengan posisi yang sangat nyaman. Saat akan melepaskan tangan nya dari kepala Dhira, tiba tiba tangan Dhira melingkar sempurna di leher Tama membuat kedua nya bertatapan sangat dekat. "Kenapa kamu melakukannya? Tidakkah kamu tahu mas jika aku terluka? Huh?" Dhira menatap dengan tatapan kosong, dirinya semakin meracau. Sementara Tama masih tak bersuara, membalas tatapan Dhira dengan aura dinginnya. Tiba tiba Dhira mendorong tubuh Tama dengan sisa tenaga nya hingga membuat nya terpelanting ke belakang. Dhira turun dari kasur nya dengan tubuh oleng nya, berdiri di hadapan Tama dan berlenggak lenggok bagaikan model yang tengah beraksi di atas catwalk. "Coba lihat, apa aku kurang cantik? atau kurang sexi? ah, atau bagian d**a ku kurang besar seperti Elindra sialan itu? huh? katakan brengksek..." Dhira mengguncang tubuh Tama yang masih duduk di tepi kasur dengan suara tawa nya uang terlihat menyedihkan. Tak lama Dhira menjatuhkan diri nya di lantai akibat kehilangan keseimbangan "Aku membencimu... aku membenci mu Tamaaaa... kenapa kau selalu menyakitiku..." Dhir berteriak hingga meneteskan air mata. "hiks... hiks... hiks..." Dhira menangisi diri nya yang sangat bodoh hingga bisa di permainkan begitu saja oleh Tama. Tama mengangkat tubuh Dhira, meletakkan nya kembali di kasur tak perduli dengan caci maki serta pukulan yang ditujukan Dhira pada nya. Ia membuka sepatu Dhira merapikan rambut nya lalu menutupi tubuh nya dengan selimut hingga bagian d**a nya, kemudian ia pergi untuk mengambil air bersih dan hendak membersihkan wajah Dhira yang berantakan. Saat ia telah kembali di kamar, ia melihat Dhira telah memejamkan mata nya menikmati dunia mimpi nya. Saat itu lah Tama membersihkan wajah Dhira dengan air bersih. "Dasar bodoh, untuk apa kamu melakukan ini semua?" Tama berkata dalam hati sambil menatap wajah perempuan cantik di hadapan nya. Setelah dirasa cukup Tama berniat akan kembali ke apartemen nya, sebelum nya ia mengecup lembut kening Dhira. "Aku adalah bidadari kecil ku, selama nya." bisik Tama tepat di samping telinga Dhira. Tama berdiri dan melangkah kan kaki nya keluar. Tapi baru dua langkah ia kembali di kejutkan oleh suara racauan Dhira. "Dasar brengsek... kamu bilang mencintaiku, tapi kamu memeluk mesra perempuan itu di depan mata ku. Brengsek..." Dhira berteriak dengan mata yang terpejam, berulang kali ia mengatakan itu hingga membuat Tama kembali mendekati nya. "Hei... tenanglah!" Tama menyentuh pipi Dhira. "Aku membenci mu, aku membencimu Tama. Aku akan menghapus perasaan ini..." Dhira kembali meracau hingga tubuh nya bergerak. Cup... Tama mendaratkat bibir nya melumat dengan lembut bibir Dhira, memberikan rasa nyaman pada Dhira hingga ia kembali tenang dan tertidur dengan lelap. Kini Tama menunggu hingga tiga puluh menit, setelah memastikan Dhira benar benar tenang barulah Tama kembali ke apartemen nya. ***** 00:19 wib. "Kau dari mana saja sayang? aku menunggu mu sejak dua jam yang lalu." Dengan wajah yang cemberut wanita berambut gelombang itu menyandarkan tubuh nya di kepala ranjang. "Jangan tanya kan itu, aku sudah lelah berpura pura hari ini," sahut si pria sambil membuka jas dan melempar kesembarang tempat. "Apa perempuan itu melakukan hal konyol hingga membuat mu terlambat menemui ku di ranjang?" Desak si wanita. "Sudah lah, aku akan melakukan nya sekarang. Tubuh ku tak sanggup lagi menahannya." Si pria membuka dasi dan kemeja nya di teruskan membuka ikat pinggang serta celana panjangnya hanya menyisakan celana dalam untuk menutupi keperkasaannya. "Kau memang tak pernah sabar sayang." Memasang wajah genit di hadapan si pria yang telah lapar, dan ingin segera menyantapnya. Dengan cepat si pria melumat habis bibir wanitanya, memainkan lidahnya dengan lihai, lalu turun ke leher wanita melahap habis hingga terhenti di bagian d**a dengan dua buah kembar yang sangat besar, kembali memainkan lidah nya di puncak d**a wanitanya membuat si wanita mengerang nikmat. Desahan si wanita terdengar sembari menggeliatkan tubuhnya yang kini telah polos tanpa sehelai benang pun. "Kau sungguh nikmat, honey!" Ucap si pria sembari memainkan jemari nya di paha mulus wanita nya. "Apa kau siap?" Lanjut si pria. "Selalu sayang. Lakukan sekarang." Dengan suara yang terdengar parau. Dengan satu hentakan si pria berhasil memasukkan batangannya ke dalam inti si wanita, membuat kedua nya menjerit nikmat. "Sayang." "Lakukan dengan cepat sayang." "Apa kau belum puas?" "Bisakah lebih besar dari ini sayang?" "Kau benar benar membuat hasrat ku semakin naik sayang, akan ku buat kau tak berteriak nikmat." Si pria menaikkan ritme permainan nya, tangan nya kembali mendarat di kedua puncak d**a wanita, membuat wanita ikut menghentakkan pinggul nya mengikuti pergerakan si pria. "Oh... Sayang oh sungguh kau sangat luar biasa sayang..." Desahan pria dan wanita menjadi satu, peluh mereka mulai bercucuran akibat permainan panas mereka yang cukup lama. Merasa telah mencapai klimaks si pria menarik batangan nya dan melumat bibir si wanita sebelum menjatuhkan diri nya di kasur. Mereka bahkan mampu melakukan nya hingga dua ronde dalam dua jam, luar biasa. "Hah... Hah... Hah..." Terdengar nafas keduanya yang tak beraturan. "Apa kau akan pergi lagi?" Tanya si wanita sekenanya. Si pria hanya mengangkat kedua alisnya secara bersamaan tanpa berkata apapun. "Kau tidak kasihan pada ku? kau selalu meninggalkan ku seperti ini." Suara si wanita terdengar lirih. "Bukan kah kau hanya pemuasku saja? jadi kau tidak berhak menahan ku di sini dalam alasan apapun." si pria memiringkan badan nya santai sambil memainkan rambut wanita nya. "Tapi aku selalu setia pada mu, bahkan hanya kau yang bebas pada tubuh ku ini." Menatap dengan wajah iba. "Aku tidak pernah memintamu untuk setia pada ku. Kau juga tahu, bahwa aku bisa membeli wanita manapun untuk memuaskan hasrat ku ini, jadi jangan pernah merasa memiliki ku, honey!" Sambil berdiri menuju kamar mandi tanpa memeperdulikan perasaan si wanita. 'Kau memang pria b******k, lihat saja aku berjanji akan menghancurkan mu hingga saat itu tiba,' batin si wanita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN