Strawberry 4

1064 Kata
"Aku tidak memungut tasmu. Sudah kubilang aku menemukannya." Si pria melipat kedua tangannya di d**a dan menatap Clara dengan serius. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya lagi. "Menemukannya ? Kau menemukannya di tanah setelah ditinggalkan si jambret 'kan ?" kening Clara berkerut. Si pria menggeleng. "Awalnya karena aku merasa bersalah membuat seorang anak kecil menangis setelah kuenya hancur berantakan, aku menyuruh pengawalku mengejar si jambret dan mendapatkan tasmu kembali," jelas si pria. Mata Clara membesar seketika tapi kemudian ia memandangnya dengan sebal. "Berhentilah memanggilku anak kecil. Sudah kubilang umurku 27 tahun." Clara memanyunkan bibirnya kembali. Si pria menunduk ke arahnya dan mengamati gadis itu. "Apa... apa kau benar-benar berumur 27 tahun ? Kau yakin kau bukan anak umur 8 tahun ?" tanyanya dengan nada tidak percaya. Clara langsung mendelik padanya dan mengacungkan KTP-nya kembali. "Memangnya kau tidak baca tahun lahir yang tertera di KTP-ku ??? Apa anak kecil umur 8 tahun sudah punya KTP ???" suara Clara mulai meninggi dan urat-urat kekesalan mulai bertonjolan kembali. Lelaki itu membaca tahun lahir Clara dan matanya membesar kembali. Sewaktu ia melihat KTP Clara, pria itu tidak membaca tanggal lahir gadis itu dan hanya terfokus pada namanya saja. Ia memandang Clara kembali dengan ekspresi tidak percaya. Tangannya menunjuk KTP yang diacungkan Clara. "Adik kecil... kau tidak memalsukan KTP ini 'kan ? Paman tau kau sangat ingin tumbuh dewasa tapi kau tidak perlu melakukan hal seperti ini," kata si pria dengan tatapan iba. Urat-urat Clara yang bertonjolan pun rasanya hampir meledak saat mendengar pria di depannya berkata demikian. "K... kau ini minta dihajar ya ???" geram Clara sambil menahan dirinya. Si pria hanya melihatnya dengan ekspresi polos. Nampaknya ia masih belum bisa mempercayai Clara yang berumur 27 tahun. "Kenapa sih orang-orang jangkung seperti kau ini suka memperlakukan orang pendek seperti anak kecil ??? Bukan mauku juga kalau kakiku pendek, tau ??!" Clara menggerutu sebal. "Tapi, pita itu...?" si pria menunjuk pita merah yang dipakai Clara. "Memangnya orang pendek gak boleh pakai pita ??? Jangan hanya karena sebuah pita, kau langsung menyimpulkan orang itu anak-anak, bodoh !" Clara berbalik untuk meninggalkan rumah itu. Tapi, langkahnya terhenti kembali. Ia menengadahkan tangannya ke pria tadi. "Kau belum membayar kuemu. Cepat, aku tidak punya waktu untuk meladenimu mengejekku terus-terusan," kata Clara jutek. Si pria tersadar dan langsung merogoh saku mengambil dompetnya. Setelah membayar, Clara langsung berbalik pergi tanpa bicara apapun lagi padanya. Begitu tiba di depan pintu, Clara berbalik dan memandang si pria sesaat. "Siapa namamu ?" tanyanya. "Sebastian Julien." jawab si pria tanpa sadar. Ia terlalu sibuk memikirkan gadis pendek yang baru saja mengomelinya. Clara mengangguk kecil. "Aku berterima kasih sekali lagi karena kau sudah menemukan tasku, Sebastian." ucap Clara sebelum ia meninggalkan rumah itu. *** "Kau sepertinya akan punya kisah dongeng seperti Cinderella, Clara. Tasmu sebagai ganti sepatu kacanya. Bukankah begitu ?" Sam tersenyum saat mendengar cerita Clara yang baru saja kembali. "Cinderella tidak akan dihina habis-habisan oleh pangerannya, Sam. Ahh, aku benar-benar kesal sekali mendengarnya terus memanggilku adik kecil !" Clara duduk sambil memijit pundaknya. "Dia tidak menghinamu. Kau yang terlalu sensitif kalau mendengar kata 'pendek', Clara. Buktinya dia baik sekali mau mencari tasmu." Sam menyodorkan sepiring stroberi yang langsung disambut Clara. "Dia itu bukan baik. Dia itu lolicon," sahut Clara dengan mulut penuh stroberi. Samantha hanya menggeleng pasrah melihat temannya itu. "Jadi, gimana dengan kerjaanmu ? Sudah dapat yang baru ?" tanya Sam. Clara menggeleng lemas. "Susah mencari pekerjaan dengan tinggi yang tak seberapa ini," keluhnya. Sam pun ikut menghela napas kecewa seperti Clara, "Sepertinya masalahmu selalu tentang tinggi badan terus." Clara memejamkan matanya sesaat dan merenung. Tiba-tiba, ia membuka matanya dan memandang Sam yang sedang sibuk mengelap gelas-gelas kaca. "Sam ! Sam !" panggilnya cepat. Sam tidak menoleh dari aktivitasnya. "Ada apa ? Aku tidak tuli sampai kau harus berteriak. Jarak kita duduk pun tidak jauh," sahutnya. "Bagaimana kalau aku bekerja di kafemu saja ???" mata Clara berbinar-binar dan ia mencondongkan tubuhnya ke arah Samantha. Wanita itu membelalak mendengar kata-kata Clara. "Bukankah sangat disayangkan melihatku mondar-mandir di kafemu padahal kau sedang butuh orang ??? Aku bisa membantumu dalam banyak hal !" lanjut Clara antusias. "Membantuku ? Maksudmu membantuku rugi dalam mengganti kue ? Atau biaya taksi untuk delivery ? Mana ada delivery yang pake taksi kemana-mana, Clara. Kau pikir aku sudah terlalu kaya untuk membuang-buang uangku begitu saja ? Kalau bukan karena pelanggan tadi protes, aku pasti tidak mau menyuruhmu naik taksi." Sam langsung menolak mentah-mentah. "Ow, ayolah Sam. Aku bisa belajar naik motor kok ! Mengantar kue tadi 'kan hanya kesalahan karena aku belum berpengalaman. Kau tidak perlu menggajiku terlalu besar. Aku suka kok kerja di sini !" bujuk Clara sambil mengedipkan mata. "Ya tapi aku harus memberikanmu stroberi tiap hari. Apa kau pikir stroberi itu murah ?" Sam berkacak pinggang menatap Clara. "Muncul deh ilmu pelitmu." gerutu Clara. "Pernah dengar hemat pangkal kaya ? Nah, aku sedang menjalankan prinsip itu sekarang," alasan Sam. "Kau bukan hemat. Kau pelit seperti paman Gober. Apa jangan-jangan kau reinkarnasinya ?" Clara mengerutkan kening ke arah Sam. "Kalau iya, aku mau harta sebanyak dia," balas Sam cuek. "Jadi... maukah kau membantu teman kecilmu ini ? Aku sudah tidak tau harus melamar ke mana." Clara memasang wajah memelas ke arah Sam. Samantha memandangnya sesaat dan akhirnya menghela napas panjang. Diletakkannya gelas yang sedang dilapnya dan ia bertumpu pada meja di depannya menghadap Clara. "Baiklah. Kali ini aku mengizinkanmu bekerja di sini dengan tiga syarat." Sam memandangnya serius. Clara mengangguk cepat dan duduk tegap menunggu Sam berbicara lagi. Telunjuk Sam terangkat di depan gadis itu. "Pertama, kau tidak boleh menjerit-jerit marah jika ada yang mengataimu pendek atau semacamnya di kafe ini. Kalau ada yang mengejekmu di luar dari tempat ini, ya tidak masalah. Intinya kau jangan membuat keributan di sini." Tatapan Sam berubah menjadi sangat tajam hingga membuat Clara meneguk ludah. "Kedua, kau tidak boleh mengeluh kalau aku menyuruhmu mengantar pesanan. Intinya lakukan saja apa yang kusuruh," lanjut Sam. "Tidak masalah. Itu gampang kok," jawab Clara ringan. "Yang terakhir, aku tidak selalu memberimu stroberi. Kau bukan peliharaanku. Jadi, jangan protes dan beli sendiri stroberimu." Sam melipat kedua tangan di d**a. Clara langsung tersenyum lebar dan mengangguk cepat, "Sip bos !" "Persyaratanmu tidak susah kok. Aku bisa melakukan semuanya dengan baik." Clara nampaknya sedikit membanggakan diri. "Kita lihat saja apa kau benar-benar bisa melakukannya. Kau 'kan tipe gadis berdarah panas. Yang penting jika kau melanggar salah satunya, kupecat kau." Sam terkekeh dan pergi meninggalkan Clara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN