Pagi hari Fani terbangun, ia Shalat shubuh terlebih dahulu sebelum turun ke dapur. Fani ingin memasak untuk Dave hari ini, tetapi ia tidak tahu apa makanan kesukaan Dave.
Fani berdiri di depan kulkas sedang memilih bahan makanan.
"Non Fani mau masak apa?" tanya Bi Imah.
Fani memegang dadanya terkejut saat mendengar suara Bi Imah dari belakang, Fani lalu menoleh ke arah Bi Imah.
"Masih bingung Bi, mau masak apa," jawab Fani tersenyum.
"Biasa Tuan Dave kalau sarapan makan nasi goreng dengan telur mata sapi Non," ucap Bi Imah.
"Ow, kalau begitu aku akan masak nasi goreng hari ini" ucap Fani.
Selesai memasak Fani kembali ke kamar untuk membangunkan Dave, Fani menggoyangkan pelan tubuh Dave.
"Dave, bangun sudah siang," ucap Fani.
Tetapi Dave tidak bergerak sama sekali.
"Dave, kau ini tidur atau pingsan," guman hati Fani.
Fani menggoyangkan lebih kuat tubuh Dave lagi.
"Dave, ayo bangun nanti kau bisa terlambat ke kantor!" teriak Fani.
Dave terbangun ia memegang tangan Fani, dengan mata yang masih tertutup.
"Berikan aku dulu morning kiss baru aku akan bangun," ucap Dave manja.
Fani menghela napasnya lalu mengecup pipi Dave.
"Bukan disitu tapi di disini," ucap Dave menunjuk bibirnya.
Fani lalu mengecup bibir Dave sekilas, tapi dengan cepat Dave menarik tengkuknya dan mencium bibir Fani. Fani sangat terkejut ia berusaha melepaskannya tetapi Dave menahannya dan terus melumat bibir Fani, Dave berhenti setelah ia kehabisan napasnya.
Dave lalu bergegas ke kamar mandi, sementara Fani terdiam sambil memegang bibirnya.
"Ada apa denganku, kenapa aku merasa senang berciuman dengan Dave," guman hati Fani.
Fani segera menyiapkan keperluan Dave dari kemeja, celana, jas, dasi, dan sepatu, Fani juga bersiap pergi ke kantor. Fani memoles wajahnya dengan make up tipis dan natural, setelah itu membantu Dave memakaikan Dasinya.
Dave dan Fani sarapan bersama, Dave memasukkan nasi goreng ke mulutnya.
"Bagaimana enak tidak?" tanya Fani ragu.
Dave hanya menganggukkan kepalanya sambil terus memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya sampai habis tak tersisa. Fani senang Dave menyukai masakannya.
Seperti biasa Dave mengantarkan Fani ke kantornya lebih dulu dan Fani mencium punggung tangan Dave sebelum ia turun, tapi kali ini Dave menahan tangan Fani.
"Ada apa Dave?" tanya Fani.
Dave mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Fani, Dave sedikit menggigit bibir Fani agar terbuka sehingga ia bisa masuk lebih dalam, Fani membalas ciuman Dave dan menikmatinya. setelah itu Fani turun dan melambaikan tangannya kepada Dave.
"Nanti siang aku jemput," ucap Dave sambil mengedipkan sebelah matanya.
Fani masuk ke dalam kantor dengan senyum mengembang di bibirnya, Siska yang memperhatikan Fani merasa ada yang aneh dengan sahabatnya.
"Fani, kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Siska curiga.
"Tidak, aku tidak tersenyum," jawab Fani.
"Aku sudah lama mengenalmu Fani, kau tidak bisa membohongiku,".
"Siska, aku hanya lagi merasa senang saja makanya aku tersenyum,".
"Ow ya, tapi aku lihat kau seperti orang yang sedang jatuh cinta," ucap Siska.
Fani merasa salah tingkah mendengar ucapan Siska, Fani segera pergi menjauh dari Siska agar ia tidak semakin banyak bertanya.
"Siska, aku duluan ya aku harus ke ruang Bos ada yang harus aku kerjakan," pamit Fani.
*******
Di dalam ruang kerjanya Dave duduk di Sofa sambil memegang tumpukan berkas di tangannya, saat ini ia sedang menunggu kedatangan Reyhan. Reyhan yang baru tiba di kantor langsung berjalan menemui Dave, setelah Dave meneleponnya.
"Dave, ada apa kau mencariku?" tanya Reyhan.
Dave menyerahkan setumpuk berkas kepada Reyhan.
"Itu hukumanmu," ucap Dave.
"Hukuman apa, Dave?" tanya Reyhan bingung.
"Hukuman karena kau sudah membelikan baju tidur yang salah," jawab Dave.
Reyhan tertawa mendengar ucapan Dave, Dave melempar bantal sofa ke wajah Reyhan yang sengaja menertawainya tetapi Reyhan menangkap bantal itu.
"Aku pikir kau akan menyukainya Dave," ucap Reyhan menggoda Dave.
"Iya, aku menyukainya kau puas," ucap Dave kesal.
"Aku sengaja memilih itu Dave, karena Aku tidak sabar menunggu hadirnya Dave kecil," ucap Reyhan terkekeh.
Dave semakin kesal, ia ingin memukul Reyhan karena terus menggodanya. Reyhan berlari kecil mengelilingi sofa saat Dave ingin memukulnya, sehingga mereka saling kejar-kejaran seperti anak kecil.
"Reyhan jangan lari, awas kau ya!" teriak Dave.
Reyhan terus berlari, ia mengambil semua berkas itu dan membawa ke ruangannya untuk menghindari Dave.
Dave dan Reyhan memang sangat dekat, mereka sudah seperti saudara meskipun sering sekali bertengkar tetapi mereka saling menyayangi dan hanya Reyhan yang dapat mengerti sifat Dave.
*********
Dave menyelesaikan sedikit pekerjaannya karena ia sudah memberikan sebagian pekerjaannya kepada Reyhan, Dave bersiap menjemput Fani untuk makan siang bersama.
Fani menyusun semua berkasnya di atas meja dan mematikan laptopnya saat melihat mobil Dave tiba, Fani lalu keluar menemui Dave.
Dave mengajak Fani makan siang di Cafe yang sedikit lebih jauh dari kantor Fani, Dave dan Fani memesan menu makanan yang sama, mereka makan dalam keadaan diam.
"Fani cepat habiskan makananmu, sebentar lagi kita akan pergi ke Mall," kata Dave.
"Untuk apa ke Mall?" tanya Fani.
"Aku ingin membelikanmu ponsel baru, agar aku mudah menghubungimu," jawab Dave.
"Itu tidak perlu Dave, ponselku masih bisa di gunakan aku pakai ini saja," ucap Fani.
Fani mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, sebuah ponsel Android lama dengan layarnya sedikit pecah dan banyak goresan. Fani memakai ponselnya hanya untuk menelepon dan via pesan saja, Fani tidak memiliki sosial media jadi ia tidak mengetahui siapa Dave sebenarnya.
Dave memegang ponsel Fani lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Dave, apa yang kau lakukan dengan ponselku?" tanya Fani marah.
"Bukankah aku sudah bilang, aku akan membelikanmu Ponsel yang baru," jawab Dave.
"Kau tidak tahu Dave, aku sudah lama memiliki ponsel itu, ada banyak kenangan di dalamnya kau tidak bisa membuangnya begitu saja," ucap Fani kesal.
Fani mengambil ponselnya dari tempat sampah, Dave benar-benar sudah membuatnya kesal.
"Baiklah, terserah kau saja sekarang ayo kita pergi ke Mall," kata Dave.
Dave menarik tangan Fani sampai ke mobil dan memaksanya masuk, Fani yang masih kesal membuang wajahnya tidak mau melihat Dave.
Tiba di Mall, Dave memegang tangan Fani dan mengajaknya ke lantai 2 Mall, di sana ada banyak ponsel terjajar rapi di dalam etalase dari berbagai macam merek ponsel Android terkenal.
"Pilihlah mana yang kau suka," kata Dave.
Fani tertarik melihat ponsel Android berwarna merah muda, ia lalu mendekatinya dan melihat harga ponsel tersebut. Fani membulatkan matanya saat melihat harga ponsel itu sangat mahal yang hampir sama dengan harga sepeda motor terbaru.
Fani beralih mencari harga ponsel yang tidak terlalu mahal tetapi ia tidak menemukannya, akhirnya Dave dan Fani hanya berputar-putar saja.
Dave mulai kesal karena Fani belum menentukan pilihannya, Dave tahu kalau tadi Fani melihat ponsel berwarna merah muda dan ia akhirnya membeli ponsel itu.
"Jangan Dave, itu terlalu mahal kita cari yang lain saja," ucap Fani menolak.
Dave menahan tawanya mendengar ucapan Fani.
"Kau pikir aku tidak sanggup membelikanmu ponsel itu?" tanya Dave.
"Bukan begitu Dave, untuk apa mengeluarkan uang banyak hanya untuk sebuah ponsel lebih baik uangnya di tabung saja," jawab Fani.
Tetapi Dave tetap membelikan Fani ponsel tersebut, Fani menerima ponsel itu karena Dave terus memaksanya.
"Ayo Dave kita pulang, aku sudah lama meninggalkan kantor nanti atasanku marah!" ajak Fani.
"Kita langsung pulang saja, aku akan menelepon atasanmu untuk meminta izin pulang," ucap Dave.
Dave mengambil ponselnya di dalam saku celananya lalu menelepon atasan Fani, Dave yang sudah mengenal atasan Fani dengan mudah mendapatkan izin darinya.
"Ayo pulang!" ajak Dave.
Fani masih terdiam, ia bingung bagaimana Dave bisa dengan mudah mendapatkan izin dari atasannya, sedangkan ia bisa mendapatkan izin hanya kalau sedang sakit saja.
Melihat Fani yang diam saja, Dave lalu menarik tangan Fani.
"Ayo pulang!" ajak Dave lagi.
Fani hanya menganggukkan kepalanya lalu mengikuti langkah Dave kembali ke Mobil dan pulang ke Rumah.