ENAM

2107 Kata
    Melihat turun salju di siang hari mungkin akan membuat mood ku kembali lagi, Matt memang keterlaluan segampang itukah meluapkan nafsunya? Aku malas berbicara pada Matt, meski dia menggodaku untuk berpose didepan kamera aku hanya pose memalingkan wajah.      Aku melirik kearah Matt yang merebahkan tubuhnya di atas ranjang, puas dengan apa yang telah ia lakukan. Jika Matt tidak terlihat aku selalu bingung__oh aku tidak mencintainya__, jika terlihat wajahnya pasti akan membuat akalku menjadi gila,      "Kau mau kemana Barbie, temani aku hingga petang!" Dengan intonasi yang sangat menyebalkan ia tak perduli dan tak tahu malu.      "Tidak Matt! Aku ada kelas hari ini!" aku mulai benar-benar tidak habis pikir.      "Jangan membentak ku Barbie, aku tidak suka!"      Terserah! Matt, kau sangat menyebalkan. Aku tidak memperdulikan ocehan Matt, kebiasaan buruk yang harus di temani setelah dia puas menikmati ku. Pria egois dan arogan yang menjadi suami dadakan ku, sungguh tidak bisa di percaya.      Tanpa menoleh ke arah Matt aku berlalu menuju kampus, aku harap salju tak turun siang ini karena aku akan kesulitan Sampai di sana.      Setibanya di teras depan, sopir baru yang siap mengantar ku menyambut dengan antusias, "selamat siang nona, perkenalkan aku Dominic Cooper. Panggil saja Dom!"      "Baiklah, terima kasih Dom senang bertemu dengan mu." ku sambut kehadirannya dengan melebarkan gerak tawa ekspresif ku.      Dom membukakan pintu untukku, dan aku melihat Matt dari balkon untuk mengatakan sesuatu kepada ku,      "Sampai jumpa nanti malam, Barbie!" Huh! Badanku masih terasa remuk Matt, kau membuatku semakin bersemangat membencimu. [...]      Jarak antara mansion dengan kampus hanya beberapa kilometer, sekitar 40 menit aku sampai di gerbang Universitas,      "Jemput petang nanti Dom!" Dominic menundukkan kepala tanda akan mengingat jadwalnya. Sarah telah menungguku di depan halaman, dia melambai penuh semangat.      Kita berdua menuju kelas masing-masing dan setelah kelas selesai, Sarah akan mengajakku ke Babbo Italian Restaurant yang berada tidak jauh dari kampus. Sarah anak yang asik dan santai, meski kadang dia menjadi introvert dia sangat nyambung dan care kepada temannya.      Kelas hampir saja selesai tapi aku masih ada satu jam tambahan lagi, aku merasa sangat lelah dan tidak enak badan. Tapi aku harus semangat demi pendidikan ku walau kadang mataku sulit untuk melihat karena pusing.      Sarah telah menungguku di halaman utama kampus, dan aku segera berlari kecil menghampirinya. Tanpa aku sengaja menabrak wanita cantik di depanku, dia menatapku dengan intonasinya yang langsung membuat bulu kudukku berdiri,      "Kau? Istri Matthew? Oh God, segampang itu dia cari pengganti?" Wanita itu berlalu meninggalkanku yang belum sempat bertanya apapun, dia berjalan layaknya model dan memiliki tubuh yang molek hingga membuat pria jatuh hati kepadanya.      Siapa dia? Istri Matt?     Apa selama ini dugaan ku benar adanya? Apa ini hanya imagine ku saja? Atau memang Matt pria b******k yang selalu mempermainkan wanita terutama tubuhnya?      "Can? Candice? Hello Can? What's going on with you?" Aku mengerjap-ngerjap kan mata, meneliti dibalik suara yang membuatku terbangun.      "Ya, ada apa Sarah? Ehm maaf, aku sedikit melamun" Sarah memperhatikan wajah ku yang mendadak berubah menjadi suram, banyak pertanyaan mengganjal difikiran ku tentang Matt.      Dia pria yang posesif, arogan dan juga egois. Ya, beberapa peran yang mendefinisikan seorang penghianat. Tapi bagaimana jika aku salah? f**k YOU MATT!!      "Can? Kau mencampakkan ku sekarang." kembali suara pelan Sarah seakan menggelegar.      "Oh...ya sorry Sarah, aku sedikit tidak enak badan" entah aku tidak selera menghabiskan pasta yang aku pesan ini, rasanya ingin muntah mengingat wajah Matt.      Aku ingin bertanya kepada Matt tapi secara keseluruhan aku tidak ada hak sama sekali, aku hanya pemuas hasrat suamiku saja.      Tanpa berfikir panjang aku meninggalkan Sarah dan pergi dari restaurant, ini belum waktunya Dom menjemput ku tapi aku tidak peduli dengan semua ini, aku lelah dan aku ingin mengakhiri semua ini__bagaimana dengan kuliahnya Can?__ Persetan!      Aku melangkah dengan cepat dari jalan Waverly PI untuk mencari taksi, aku rasa aku punya cukup uang. Tidak peduli dengan tatap mata yang memperhatikan langkahku, aku sudah muak meladeni permainan Matthew McConaughey Morgan.      Banyak paparazzi yang mengikuti ku tapi aku tidak peduli dengan pertanyaannya, "nyonya Morgan, kenapa anda terburu-buru?"      Sial!! Matt aku ingin menampar wajah mu! Aku mendapatkan taksi dan langsung__aku tidak tahu harus kemana sekarang__, ponselku berbunyi tapi aku abaikan dan aku anggap itu lantunan untuk mengiringi langkahku.      Aku ingin menangis tapi apa aku harus menangisi pria b***t seperti Matt? Ponselku berbunyi dan berbunyi, aku melihatnya dan... Matt? Banyak panggilan dari Matt yang tidak aku jawab.      Ya aku yakin dia sudah melihat di media, tapi aku tidak peduli Matt. Sudah cukup semua ini.      Taksi yang aku tumpangi sudah berada di E Houston St dan aku tidak tahu harus kemana, aku bingung. Kenapa hidupku hampa seperti ini? Aku tidak mampu menahan air mataku, sulit rasanya menyembunyikan segala sesuatu dengan Matt.      Aku tersentak mendengar suara rem dari taksi yang aku tumpangi, ada sesuatu yang menghalanginya. Siapa lagi? Matt!      Matt keluar dari mobil dan melangkah ke arah ku, Matt membuka paksa pintu taksi dan meraih lenganku tanpa perduli aku melepaskan diri. Matt menyuruhku masuk kedalam mobil namun dengan cepat aku mendorong d**a Matt, dan itu sama sekali tidak berpengaruh baginya.      Matt dengan kasar menarik pinggang ku lalu membawaku ke dalam mobil,      "Aku muak denganmu Matt, biarkan aku pergi!" Matt tidak peduli dengan semua umpatan yang aku berikan, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh dan meninggalkan kota New York. [...]      Sesekali Matt melihatku namun aku memalingkan badanku membelakangi Matt, aku tidak akan pernah bisa lepas dari jeratan pria licik seperti Matt. Sudah hampir tiga jam Matt membawaku pergi, entah kemana Matt akan mengajakku.      Aku tidak ingin tahu mengenai kehidupan Matthew, dan aku sudah tahu dia pria berengsek,      "Kau sudah berani melawanku Barbie?" Aku merasa hidupku berada di tengah-tengah hamparan pasir, kering, panas dan melelahkan untuk aku mencari seteguk air untuk menyejukkan hati ku pun tak bisa ku lakukan.      "Aku sedang berbicara dengan mu Barbie" tidak perduli! Ya, aku tidak ingin memperpanjang perbincangan ini.      "BARBIE!" Matt menghentikan mobil, tak lama ia melepaskan seatbelt nya, lalu Matt meraih pinggang ku menaiki tubuhnya.      Sekarang aku berada di atas pangkuannya sekarang, namun aku tidak memandang wajahnya. Matt memegang tubuhku dan menyusupkan kepalanya ke lekuk leher ku, aku muak dan sempat memukul wajah Matt. Tapi dia sama sekali tidak peduli dan membuka blazer ku,      "BERHENTI MATT! AKU MUAK! Lepaskan aku Matt! LEPASKAN!" Laki-laki yang telah membawaku pada dunia seperti ini tak perduli.      Matt memeluk tubuh ku dan mencium bibirku dengan lembut, seorang Matthew yang lihai dalam memainkan wanita.      Matt membawaku ke Easton, Fresno. California. Dia memberhentikan mobilnya dan membukakan pintu untukku, aku hanya keluar tanpa melihat wajahnya. Matt menatapku lekat dan kembali mencium bibirku, aku menahan dengan kedua tangan tapi itu tidak menyurutkan niatnya,      "Stop! Matt, aku lelah" Aku berlalu meninggalkan Matt, tapi dengan cepat Matt memelukku.      "Ada apa ini Barbie? Katakan sesuatu!" Tangis ku pecah, aku enggan untuk berbicara dengannya. Ya, aku bimbang dengan semua ini! Aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain.      Aku ingin kedamaian dalam hidupku, aku ingin menjadi wanita pada umumnya mencintai dan dicintai,      "Barbie? Jangan seperti ini" mata abu-abu itu menatapku tajam.      "Kembalilah kepada istrimu Matt!" Perkataan ku membuat Matt melepaskan pelukannya, dia menatapku dengan mata itu lagi. Dia tidak melepaskan pandangannya, entah Matt marah atau sekedar ingin bertanya__kau tahu dari mana Barbie__.      "You are my wife, Barbie." sekarang aku berani menatap mata itu, mata yang begitu menyeramkan. Mata yang memiliki maksud tertentu terhadapku, mata yang terus menerus membuatku takut.      Matt dengan lembut mencium bibirku lagi, mengecup semua bibirku dan melumatnya dengan lidah Matt. Dan... Aku membalas ciumannya. ***  Malam kedua di California, aku masih belum bicara dengan Matt. Aku tidak menjawab pertanyaan Matt mengenai kata-kata ku tentang menyuruhnya kembali kepada istrinya. Sulit untuk menjelaskan pada diri sendiri jika Matt memiliki banyak wanita untuk menjadi pemuas dirinya.      Matt tak terlihat seperti laki-laki berengsek jika berbaur dengan rekannya, dia hangat dan bersahabat. Tapi, bukankah penjahat juga pintar dalam menutupi jati dirinya?      Matt terus memandangiku ketika aku tidak mendampinginya saat berada diantara tamu yang menghadiri garden party di acara event perusahaan rekannya, aku malas bergabung dengan Matt. Aku malas jika harus meladeni permainan Matt yang agresif di depan publik.      Meski terkesan mesra dan romantis tapi aku muak dengan apa yang sedang terjadi. Selang beberapa menit Matt datang menemui ku dan mengajakku untuk bergabung, aku terpaksa menuruti keinginan Matt jika tidak dia akan berbuat kasar saat bercinta nanti.      Tatapan yang selalu mengintimidasi otakku, tatapan yang mengerikan. Tapi entah kenapa aku membalas ciuman Matt waktu itu, aku tidak bisa mengartikan apa-apa dan itu hanya karena aku terbawa suasana,      "Bertingkah manis lah Barbie, aku tidak suka melihat mu seperti itu!" Serasa sukar untuk menelan ludah, aku terdiam dan malas menjawab tuntutan perkataannya.      AKU BUKAN HEWAN PELIHARAAN MU MATT!      Matt tidak membiarkan aku melihat salju pertama di New York karena cuaca kali ini sangat ekstrim dan suhu di California lebih hangat. Aku masih memikirkan wanita sexi itu, apa dia benar Keira Swan? Si wanita yang sering Matt sebut saat sedang b******u dengan ku? Jika benar, aku akan meracuni mu Matt!      "Aku lelah Matt, biarkan aku masuk kedalam" Aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi meninggalkan Matt,      "Tunggu Barbie! Aku ada sesuatu untukmu." Matt merengkuh bahuku dengan cepat.      Dengan malas aku menoleh ke arah Matt, dia menggenggam tangan ku dan memakaikan sesuatu di jari manis ku,      "Apa yang sedang kau lakukan Matt, aku masih memakai cincin pernikahanmu" mata indah itu hanya menatapku singkat dan mencium bibirku, dia membisu dan berlalu.      Pria aneh, aku sulit memahami mu Matt. [...]      "Ayolah Baby, kau harus bangun sekarang! Istri Matthew McConaughey Morgan tidak boleh malas malasan!" Merasa terganggu dengan suara cempreng itu, aku bangun dan menilik sumbernya. Oh tidak! Ariel, kau mengusikku.      "Bangun baby! Jangan membuat suamimu marah dan aku datang jauh-jauh dari New York hanya untuk dirimu" dengan tubuh berlenggok Ariel mendatangi letak tubuhku di atas ranjang.      "Ini liburan musim dingin Ariel, jangan ganggu aku!" Tidak perduli dan Ariel menarik tanganku dan mendorong ku dengan paksa untuk masuk ke kamar mandi, ingin sekali rasanya aku menendang p****t banci bule itu.      Dengan muka yang masih malas aku menghampiri Ariel, dan ia sangat kaget melihat rambutku yang terurai ke depan dan Ariel menebarkan beberapa umpatan khas orang bule yang membuatku semakin puas.      Tanpa basa-basi Ariel mengeluarkan semua alat operasi untuk memoles wajahku,      "Memangnya bosmu itu akan membawa ku kemana Ariel?" Sembari meneliti tentang pertanyaan, aku gusar akan sesuatu yang selalu membuatku tak mengerti apapun.      "Hmmm, diam dan tenang saja baby. Aku yakin Matt akan terpana melihat kecantikan istrinya." Tak lama Ariel menyelesaikan tugasnya, dia sangat puas melihat hasilnya.      "Baiklah, akhirnya aku akan memakaikan gaunmu. Mari aku bantu, baby," lelaki lembut itu mengusap tangannya dan menatap gaun yang ia bawa.      "Biar aku yang membantu memakaikan nya!" Aku menoleh kearah sumber suara yang sangat aku kenal.      Matt? Sudah berapa lama dia ada di belakangku? Oh tidak! Aku belum pernah memakai gaun dengan bantuan Matt. [...]      Matt meletakkan tanganku disela lengannya, dan mendatangi beberapa tamu undangan yang hadir. Banyak sekali hiasan-hiasan lampu silver menyerupai gaun yang aku kenakan, beberapa hidangan mewah ala California. Tapi aku tidak mengerti ada acara apa di sini? Aku sama sekali tidak melihat pasangan pengantin atau event, Matt membawa ku ke tengah-tengah para tamu undangan.      Aku melihat beberapa pelayan berseragam hitam dan putih datang membawakan banyak bunga mawar merah dan bungkusan yang sangat besar,      "Ada apa ini Matt?" Aku tidak mengerti dengan semua ini.      "Ini semua untukmu Barbie, selamat ulang tahun" aku membuka mulutku tak percaya, seorang Matt tahu hari ulang tahunku? Apa aku sedang berkhayal lewat mimpi?      "Kau? Kau tahu ini.... Aku__" Matt hanya tersenyum datar melihatku gugup, dan ia memintaku untuk membuka bungkusan besar itu dengan senyuman yang sangat membuat ku bahagia.      Masih tetap tidak percaya dengan semua ini, aku pun membuka bungkusan besar pemberian Matt.      Dan...      Aku tidak bisa memalingkan pandangan dari semua ini, apa ini Matt??      Bungkusan itu berisi nightgown dress transparent yang sangat mengerikan bagiku terpasang di mannequin?      MATT..... KAU.......... KAU SUNGGUH SIALANN!!!!!!!      Aku memandang penuh malu kearah para tamu dan memandang marah Matt, dia hanya menatapku sinis dan menarik tubuhku lalu menciumku penuh nafsu. Aku mendorong tubuh Matt namun ia segera menarik tubuhku lagi agar mendekati tubuhnya,      "Jangan macam-macam dengan ku Barbie, jika kau tidak ingin aku berbuat lebih jauh lagi" aku tidak mengerti kenapa Matt berbuat demikian, dia sangat membenciku.      Pria licik ini tidak pernah memperlakukan aku layaknya seorang istri atau paling tidak perlakukan aku layaknya manusia. Apa karena aku telah menabrak mobil kesayangannya waktu itu? Tidak masuk akal.      Anehnya para tamu undangan bersorak mengagumi kemesraan aku dan Matt, aku merasa muak dengan diriku sendiri. Aku ingin memaki diriku,kenapa orang yang berkuasa ini memandang ku sangat rendah? Mengapa harus aku?      "Kalian sungguh romantis, aku kagum dengan pasangan ini" beberapa tamu mengatakan kagum dan iri, aku melihat mata Matt yang sangat puas akan hal ini. Mata itu benar-benar mematikan.      SEMUA ORANG DI SINI BENAR-BENAR GILA, I HATE YOU MORE MATT!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN