Tatapan itu, tatapan gelap yang selalu ku terima. Sentuhan yang berbeda itu sulit di artikan. Kau selalu membuat hatiku terbakar.
Aku membanting kan tubuhku di atas tempat tidur, sekedar memperbaiki asa ku yang sedikit berantakan dan menyakitkan. Mendapatkan hadiah untuk hari lahir yang tak terlupakan dari suamiku sendiri, Matt kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kesalahan yang membuat naluri mu hilang?
Aku meringkuk dan menyelimuti seluruh perasaanku saat ini, awalnya aku berpikir bahwa Matt akan berubah. Tapi sayang itu hanya sebuah penerawangan ku saja, dan Matt akan selalu seperti itu.
Darius Gilbert calling...
"Hai Gill, bisakah kau ajak aku jalan-jalan? Aku berada di California sekarang. Aku tunggu Gill" tanpa mendengar apa yang akan Gill katakan, aku yakin Gill mampu membuat hatiku kembali menemukan kecerahan.
Tanpa pikir berkali kali aku mengganti gaunku dengan dress warna moccha yang simpel mengingat California saat ini cukup panas seperti di Indonesia. Dan aku akan tunggu Gill datang menjemput, aku tau perjalanan antara New York dan California sangat jauh dan pasti sangat merepotkan Gill.
Gill pria yang sangat baik, aku berharap bisa menemukan pria seperti Gill di masa tuaku nanti.
11.00 am waktu California
Terlihat mobil Gill dengan pelan menuju halaman villa, aku memastikan agar Matt tak melihatnya. Dengan mengambil ponsel dan tas jinjing aku segera keluar menghampiri Gill, perasaanku berubah warna ketika melihat kehadiran Gill,
"Hai Gill, bisakah kita pergi sekarang?" Langkah pasti ku tak bisa terhalang dan aku menuju pintu mobil.
"Tunggu nona, apa tuan..."
"Tenang saja Gill, Matt sudah tau dan dia masih sibuk dengan tamu-tamunya." Belum sempat pertanyaan Gill mencekal batinku, aku menjawabnya pasti.
Dengan senyum semangat aku duduk dan berharap sejenak melupakan pria licik itu. Gill yang tampan dan memiliki wajah tenang membuat mood ku agak lighter kembali,
"Kita pergi ke mana nona Candice?" Gill menoleh sekedar ingin mengetahui kemauanku.
"Ayolah Gill, jangan berbicara formal kepada ku!" Rasanya tidak pantas dengan pembicaraan seperti ini. Ya, benar-benar membuatku risih.
"OK Can, where are w'e going now?" Senyuman manis itu begitu meneduhkan.
"Terserah kau saja Gill!" Aku melihat sekeliling jalan yang asing namun terlihat begitu indah.
Udara yang terasa menyentuh wajahku memberikan sensasi untuk perasaanku. Terkadang Gill sedikit melirik kearah ku, mobil yang membawa ku akan menuju ke Kings river, Fresno, California.
Aku memilih Gill untuk membuat hatiku membaik sangatlah tepat, aku disuguhkan panorama alam yang spektakuler dan so beauty and amazing,
"Kalau kau mau, aku bisa memotret mu disini" aku menanggapi hal itu biasa.
"Ah jangan Gill aku bosan dengan kamera." Gill tertawa melihat raut wajah ku yang sedikit innocent dan naif.
Kemudian aku melangkah memperlihatkan pada sarafku sendiri bahwa masih ada sesuatu yang indah.
Kau harus tetap semangat Can, masih ada hal yang indah menantimu.
Gill tersenyum melihat ku seperti anak kecil yang melihat mainan barunya, dia terus menatapku secara intens yang membuatku sedikit agak canggung,
"Terima kasih Gill, aku bahagia hari ini" Gill hanya membalas dengan senyum yang menawan.
"Apa Matt memecat mu Gill?" Aku tidak tahu kenapa bertanya secara tiba-tiba tak sadar membuat otakku mengeluarkan efek tak mengenakan.
"Tidak! Asal dengan satu syarat," Gill menatapku singkat.
Syarat?? Kehidupan Matt memang dipenuhi dengan orang yang ia jerat, belum sempat aku bertanya kenapa, Gill sudah menjawabnya,
"Tidak membawa mu ke jurang lagi Can" Otakku berhenti berfikir mendengar Gill berkata demikian, apa hubungannya dengan jurang? Apa Matt takut aku akan__come on Matt aku tidak memiliki otak sependek itu__bunuh diri?
Masa bodoh dengan Matt aku masih ingin menikmati keindahan didepan ku, lupakan tentang pria licik dan misterius itu. Gill terus memperhatikan kondisi ku yang sangat bahagia, tak ter elak kan tatapan Gill membuat jantungku malas untuk berdenyut.
Tatapan dari seorang pria yang penuh kelembutan, tidak seperti tatapan Matt yang gelap mata jika melihat ku.
Dengan gerakan tak beraturan aku memandang mata Gill yang sangat menggoda, dia pria lembut yang pernah aku kenal. Pengaruh dari tatapan itu sangat luar biasa bukan tatapan liar yang membunuh melainkan cara pandang dari seorang pria untuk wanitanya.
Gill memegang tanganku yang mulai berkeringat akibat pengaruhnya, Gill mencoba untuk mencapai wajah ku dan dengan gerakan pelan dia mencium bibirku. Aku menahan kakiku agar tak jatuh karena getaran yang Gill beri untukku, jantungku seakan ingin berhenti tanpa sebab.
Apa yang sedang aku lakukan? Apa aku sedang menjadi wanita yang berkhianat kepada suaminya?
Aku melepaskan tangan Gill dan melepaskan kecupannya di bibirku, pandanganku tak mengarah pada titik manapun dan aku berlalu meninggalkan Gill,
"Tunggu Can! Maafkan aku, itu... Aku benar-benar minta maaf Can!' aku melangkah bukan karena menyalahkannya atau terlalu munafik, tapi aku bingung dengan situasi ini. Oh God, satu masalah akan timbul lagi menyertai hidupku.
Gill hanya diam dan mengajakku untuk kembali ke villa, aku tidak berani menatap lebih jauh lagi dari pancaran mata Gill. Aku tidak bisa menata hatiku saat ini, dan rasanya aku ingin menghilang dari semua orang yang ada di dunia ini.
[...]
"Biar aku mengantar mu untuk menjelaskan ke tuan Matthew." Permintaan Gill terkesan memaksa dan aku tidak menginginkan hal itu.
Aku tak mengerti akan maksud perkataannya dan memutuskan untuk menanyakan hal itu, "menjelaskan apa Gill?"
"Menjelaskan jika aku yang mengajakmu keluar hari ini." raut wajah yang tak menandakan sesuatu namun begitu mengerikan.
"Emh... Tidak! Biar aku yang mengatakannya. Lagipula Matt sudah tahu jika aku bersamamu" jawabanku terkesan gugup namun aku tak perduli dan hanya melepaskan seatbelt ku.
Tak ingin berlama lama dalam keadaan canggung ini aku pun keluar dan berlari kecil menuju pintu utama villa Matt. Terlihat dari luar pesta menyebalkan itu sudah berakhir dan aku memutar pandanganku mencari titik keberadaan Matt, aku tidak menemukannya. Kemana Matt pergi? Apa dia sudah kembali ke New York? Atau dia ada urusan lainnya?
Kalau memang benar adanya, aku akan sedikit lega dan nyaman tanpa melihat pria licik itu.
Aku masuk menuju kamar atas untuk melepaskan segala penat yang terlalu lama menempel di jiwaku.
Coklat panas sepertinya cocok untuk menambah energi ku yang berkurang. Gumam ku dalam hati seraya memijat tengkuk leherku yang sedikit nyeri karena penat,
"Kenapa kau mematikan ponselnya Barbie? Apa kau sudah bosan melihat aku memperlakukan mu dengan lembut?" Aku terlonjak mendengar suara itu.
"Matt? Kau.... Eemmmhhh kau..." Langkahku sedikit menjauh saat menatap mata itu.
Matt beranjak dari duduknya dan menghampiri, dengan langkah mundur aku menjauhi tubuh Matt kembali. Mata indahnya terus menatapku dengan tatapan yang menajam, Matt meraih tanganku dan memutar tubuhku menyudut ke dinding. Matt membuka ikatan dress yang aku kenakan, lalu menciumi punggungku dan meremas perutku,
"Katakan padaku Barbie, hukuman apa yang pantas aku berikan kepada mu?" Matt memegangi tangan ku kebelakang, dan tetap mencium punggungku tak beraturan.
"Hentikan Matt! Kau menyakitiku. Lepaskan aku Matt!" Meski aku meringis kesakitan, ia tak perduli.
"Aku akan tentukan kapan kau akan menepati janjimu yang kedua Barbie, dan aku harap kau tidak lupa dengan nightgown itu!" Cengkeraman tangannya terlepas dan Matt musnah begitu saja.
Kenapa kau selalu seperti itu Matt, kenapa kelembutan mu itu justru membuat ku jera?
[...]
Desahan janji yang kau jeratkan padaku telah menjalar ke seluruh bagian sel darah ku,
Sentuhan mu merambat ke seluruh tubuh telah mengakar dalam ingatanku.
N Abby St, Fresno. California, di mana aku telah menempatkan satu titik gagasan dalam hidupku namun sangat sulit mengikutinya. Meskipun aku telah mengitari seluruh alur cerita dalam takdirku, mengapa sangat rumit untuk aku jelaskan.
Berilah warna pada lukisanmu Can, maka kau akan melihat hasilnya lebih hidup. Hatiku memang bijaksana, tapi sayang itu titik terlemah ku.
Haruskah aku menentukan pilihan? Gill pria yang baik dan memiliki tutur kata yang baik, tapi aku tidak bisa lari dari virus yang Matt tebarkan. Aku tidak mengenal sosok suami yang sesungguhnya dalam diri Matt, dia hanya mengusikku saat ia ingin melumati seluruh tubuhku.
Ok, secara keseluruhan mengenai fisik Matt memang menggoda. Dia kaya dan tampan, memiliki banyak akses didalam dunia ini. Bisa menempatkan dirinya di mata kalangan atas bahwa ia seseorang yang hebat.
Tapi aku tidak bisa menyeruak masuk kedalam hidup Matt yang sesungguhnya, dia menunjukkan karakteristik tersendiri di depanku. Andai Matt sebaik kehidupannya mungkin aku akan memiliki perasaan yang berarti untuknya.
AAAAAARRRRGGGHHHH!!!
Aku membenamkan seluruh wajahku ke dalam bantal dan berteriak sekeras mungkin, tapi nyatanya beban ku tak terbawa oleh teriakan yang keluar.
Mengapa takdir harus menempatkan aku di New York? Aku merindukan keluarga ku, tapi Matt sialan itu selalu menghalangi dan menutup semua akses ku ke Indonesia termasuk signal telephone. Aku harus fokus dengan kuliahku, jika aku telah mendapat kesuksesan akan aku ganti Bugatti Veyron milik Matt__no Can, mobil itu seharga USD 2,5 juta atau 33 miliar__. Fine, lupakan!
Calling Sarah...
Tak ada sahutan tapi hanya voicemail yang ramah terdengar di telinga,
Hai Sarah, bagaimana libur musim dingin mu? Telpon aku lagi ya, mmuuuaacchh...
Aku membutuhkanmu Sarah, tapi kenapa hanya voice mail yang menerima?
"Nona Can, ada telepon masuk. Saya akan sambungkan ke kamar nona" suara pelayan yang selalu membuat lamunanku tersentak, terdengar parau.
Telpon untukku? Tak lama kemudian aku menerima panggilan itu.
Betapa bahagianya aku,itu dari keluargaku, dan aku berbicara langsung kepada ibu. Hatiku bersorak gembira mendengar suara ibu. Tolonglah aku ibu, aku terlantar oleh kebenaran yang kau ketahui. Aku bukan orang yang baik-baik saja sekarang, perasaanku sudah terkoyak oleh permainannya. Tolonglah aku jiwa ini tersesat masuk ke lorong yang sangat menyiksa dan membuat ku kelam.
Andaikan aku berkata jujur, ya aku tidak akan pernah bisa. Aku tidak mampu menyiksa perasaan mereka menjadi seperti ku. Aku menyembunyikan fakta tentang semua ini, aku berkeja pada sebuah restoran mewah paling besar di New York dan mendapatkan tunjangan untuk pendidikan ku.
Pembohong macam apa aku ini? Naluri seorang ibu akan selalu percaya kepada anaknya, meski kebohongan sering didapatkan namun mereka selalu menerima kekurangan anaknya menjadi sebuah tantangan untuknya.
***
Libur musim dingin tersisa beberapa hari lagi, dan aku akan disibukan kembali dengan aktivitas luar yang membuat diriku seperti wanita normal pada umumnya. Matt jarang mengajakku berbicara, dia hanya memelukku erat saat dia memejamkan matanya seolah tak terjadi apa-apa. Sikap Matt selalu membuat ku terapung, ketika aku sedikit menatap kelopak matanya yang terpejam aku menemukan kedamaian pada dirinya.
Perasaan tenangnya berasal dari ketika Matt memelukku, aku merasa ada sedikit kelembutan di dalam hati Matthew. Tapi emosi menjadikan nya berkhianat kepada dirinya sendiri dan akan gelap mata jika melihat tubuhku. Matthew McConaughey Morgan, siapa kamu sebenarnya?
Aku melihat Matt tergesa gesa menghabiskan sarapannya, aku hanya melirik kearah Matt namun bimbang untuk bertanya. Dia mencium bibirku dan berlalu tanpa kata sedikitpun. entahlah, pria licik itu semoga bukan psikopat atau pengikut klan yang menyesatkan.
Hari ini aku masih bahagia dapat mengetahui kabar keluarga ku. What? Keluarga? Ibu? Oh my God... Matt sudah memenuhi janjinya, kini giliran aku. No no no no, beri aku sedikit udara di sini sangat panas.
Matt... Kau sungguh merepotkan.
Aku melihat sekeliling halaman depan villa, aku sedikit berjalan ke arah Dom yang sedang asik dengan tangannya sedang membersihkan mobil Matt,
"Hai Dom? Matt tidak membawa mobil sendiri hari ini?" Suaraku menyentak lamunan Dominic Cooper si supir pribadi ku sekarang.
"Oh selamat pagi nona Candice, tuan memakai mobil anda nona" aku hanya mengangguk tanda mengerti apa yang dikatakan Dom.
Saat aku memperhatikan wajah Dom lebih seksama dan dari postur tubuh Dom aku merasa sangatlah tidak asing. Tapi wajah itu__wajah seorang pria yang melakukan transplantasi wajah__ seperti usia yang sudah tidak muda lagi.
Aku mengusir rasa penasaran agar Dom tidak curiga dan membuatnya tersinggung,
"Saya pernah mengalami kecelakaan fatal sepuluh tahun yang lalu nona, dan tuan Matt lah yang menolong saya" penjelasan Dom membuat ku sedikit tidak enak hati karena sudah membuatnya tersinggung.
"Maaf Dom, saya tidak pernah memandangmu yang macam-macam" mungkin aku sedikit menyinggung perasaannya.
"Oh tidak nona! Saya hanya berbagi pengalaman saya. Tapi maaf jika saya terlalu terbuka seperti ini" aku menepuk pundak Dom, untuk membuatnya sedikit lebih rileks.
"Aku sudah bekerja dengan tuan Matt sekitar sepuluh tahun lamanya, dimulai saat aku mengalami kecelakaan yang mengakibatkan seluruh wajah dan rahangku terluka parah," Dom menghela nafasnya, "aku diharuskan melakukan operasi transplantasi wajah."
Sungguh, itu sebuah tragedi menyeramkan bagiku. Aku terdiam tak sanggup memberikan suatu perkataan apapun, hatiku merasa tersayat,
"Aku adalah pria asal Asia yang memiliki keluarga di Columbia, di kota Bogotá. Tuan Matthew orang pertama yang menemukan aku dalam keadaan sekarat di kawasan hotel di Manhattan," Dom mengusap rahangnya sekedar menetralkan suasana.
"Aku mengalami kecelakaan dalam baku tembak. Ya, aku adalah korban salah sasaran yang mengenai bagian zigomatik atau tulang pipi dari amukan amunisi seorang mafia." Aku terkejut namun berupaya menenangkan diri.
Ya tuhan! Liku kehidupan pria ini sangat menyeramkan, keluarganya tidak ada yang mau menerima Dom kembali dengan alasan karena wajahnya tidak bisa membuktikan bahwa dia adalah Dominic Cooper,
"Tapi saya baru kali pertama melihatmu Dom, apa kau ditugaskan Matt ditempat lain?" Pertanyaan ku hanya di sambut senyuman kecil oleh Dom.
"Saya pemimpin semua bodyguard tuan Matthew. Dan sekarang saya ditugaskan khusus untuk nona Candice" wajah dengan kerutan tipis itu menatapku dalam-dalam.
"Baiklah, senang rasanya bisa mengenal mu Dom. Dan kau harus mentraktirku makanan khas Fresno nanti malam" Dom tertawa dengan menunjukkan jari telunjuk dan jempol yang melingkar.
Masih banyak misteri dari jati diri seseorang yang belum aku ketahui, mereka selalu memberikan cover yang menarik agar mereka di kenal sebagai manusia yang sempurna. Tapi Matt, menunjukkan isi dari cover kehidupannya. Aku tidak tahu persis bagian cover yang sesungguhnya dari seorang Matthew McConaughey Morgan.