Bapak Kok Aneh? (2)

1009 Kata
Jam belum menunjukkan jam masuk kerja saat Karina sedang mengaduk kopinya di pantry, pantry tempat paling asyik buat ngerumpi. Tak lama Tomi masuk sembari membawa gelas kopinya. "Ngopi Kar?" panggilnya yang langsung membuat Karina tersenyum senang, yah hari ini dia sedang dalam kondisi yang amat sangat segar setelah puas tidur siang dan semalam dia tidur dengan damai tanpa gangguan dari manusia bernama Bara. "Lo mau bikin kopi juga?" tanya Karina basa basi saat melihat Tomi mengambil wadah kopi hitam. "Biasa begadang, riweh punya anak kembar mana nangisnya udah kayak paduan suara." Tomi memejamkan matanya kemudian menengadah ke atas, kepalanya agak pusing karena kurang tidur. "Sabar ya Bang. Semangat. Jangan mau begadang bikinnya doang," canda Karina. "Tahu apa Lo anak perawan." "Apalah guna Gue yang belajar biologi ini." Tomi tertawa sambil menyesap kopi buatannya. Di kantornya ini memang ada office boy dan office girl hanya saja mereka hanya bertugas bersih-bersih tidak sampai membuat minuman untuk karyawannya, jadilah mereka harus ke pantry sendiri untuk membuat minuman. "Lo sendiri kenapa? Tumben ngopi?" tanya Tomi karena kopinya Karina minum sendiri tidak seperti biasanya dia membuat kopi dan langsung dibawa ke ruang bosnya. "Lagi pengen aja. Sapa tahu Gue begadangkan nanti malam." "Kayaknya Gue gitu juga deh, ini aja Gue mau siap-siap ngurus masalah sekretaris big boss." Tomi menuangkan air hangat sembari menghela napas panjang, yah dia akan dibuat repot untuk mengurus masalah ini, belum lagi dia harus mencari pengganti Norma. "Udahlah ngurus anak kembar, sekarang kudu ngurus masalah beginian, capek bener." "Semangat ya." Karina memberi semangat kemudian berjalan kembali ke meja kerjanya sebelum sang bos mencarinya. Benar saja saat dia baru mendudukan dirinya di kursi intercom nya berbunyi, dengan cepat Karina mengangkatnya. "Minta data penjualan dan toko yang di pegang sales Herman, dan data piutang dagang, dalam setengah jam bawa ke ruangan Saya," ucap Bara cepat bahkan Karina belum menjawab saat panggilan itu berakhir. "Ah masalah baru," keluh Karina mulai menghubungi bagian SC dan bagian AR, bersiap akan badai amukan Bara yang akan melanda. Karina memeriksa data sales Herman yang baru tadi pagi dikabarkan melarikan diri sambil membawa uang tagihan yang nominalnya dapat membuat Karina mengelus d**a. Yang mereka tahu saja paling tidak tiga ratus jutaan sebelum audit, bisa jadi nominal bertambah, dan yang repot di sini bukan saja kedua bagian itu tapi juga HRD dan Karina tentunya. Karina menghela napas dalam saat melihat SC yang memegang sales itu adalah Stevi yang notabene sering membuat masalah. "Welcome to the jungle," ucap Karina sembari menunggu panggilannya di angkat. Setelah itu ia menghubungi bagian AR. Semua mulai panik, tak terkecuali Karina yang harus bersiap mengatur ulang jadwal Bara, karena bisa dipastikan semua jadwal yang ia jadwalkan akan berantakan, belum lagi tugas administrasinya dan proposal-proposal yang mengantre minta dikerjakan. "Karina ke ruangan Saya." Satu kalimat pendek yang ia dengar dari intercom seketika membuat bulu kuduknya terasa merinding. Kayaknya bakal kena semburan magma ni gue, pikir Karina sembari membaca basmallah sebelum mengetuk pintu ruangan Bara, dan benar saja saat ia masuk Bara sudah menatapnya dengan tatapan tajam bahkan wajahnya terlihat tanpa ekspresi. "Ada apa Pak?" tanya Karina takut-takut, walau sudah lebih dari empat tahun ia bekerja dengan Bara tapi tetap saja ia merasa gugup dan takut saat melihat Bara dalam mode marah seperti ini. Prakkk Bara melemparkan sesuatu ke atas meja sembari memberikan tatapan membunuh ke sekretarisnya itu. "Sayakan sudah bilang, lebih teliti lagi kenapa proposal kamu masih banyak typonya? Revisi dulu sebelum Kamu berikan kepada Saya." Walaupun dalam keadaan kesal Bara masih bisa menahan nada biacaranya, walaupun terkesan dingin paling tidak ia tidak sampai membentak Karina. "Maaf Pak, tapi itu sudah Saya revisi maaf kalau masih ada yang typo akan saya perbaiki lagi," ucap Karina dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Ia tahu betul Bara sangat teliti dan nyaris perfeksionis dalam hal pekerjaan tapi mau bagaimana lagi dia hanya manusia biasa bisa typo juga. "Kamu sengaja?" tanya Bara membuat Karina mendongak memberanikan diri menatap mata Bara yang penuh kilat kemarahan. Karina lekas menggeleng, "Enggak Pak, Ya kali Saya nyusahin diri sendiri." "Kalau begitu kenapa gambarnya terbolak balik begitu?" "Maksudnya Pak?" tanya Karina bingung. "Revisi lagi, satu kali lagi Kamu salah, gaji Kamu saya potong." Karina melongo, dia paling tidak suka dengan kata gaji kamu akan dipotong. "Sekarang Keluar." Karina yang mendengar itu tanpa bicara buru - buru mengambil proposal di atas meja kemudian berjalan cepat keluar sambil memaki di dalam hati. "Ahhh." Kaget Karina begitu ia membuka pintu sudah ada Stevi, Sesil dan pak Aries selaku Chief Accounting di depan pintu memasang wajah cemas. "Tutup pintunya," ucap Aries memberi instruksi. "Ngamuk bos?" Karina mengangguk menjawab pertanyaan Sesil dan ketiga orang itu menatap cemas. Bagaimana tidak sebentar lagi mereka yang akan menjadi korban berikutnya. "Masuk gih, bakal lebih ngamuk dia kalau kalian sampai telat," ucap Karina kemudian memberi semangat kepada ketiga temannya itu. mereka sudah masuk dan anehnya Bara tidak memanggil Karina untuk ikut meeting internal, tidak seperti biasanya. Ini bukan pertama kalinya sales membawa kabur uang tagihan dan biasanya Karina selalu ikut meeting walau hanya menjadi pendengar tapi kali ini berbeda. Karina melihat ke jendela kaca ruangan Bara yang kerainya terbuka, menampakkan Bara yang sedang berdiri menatap ketiga manusia yang sekarang terlihat seperti kelinci yang siap dimangsa oleh singa. Stevi bahkan terlihat mengusap matanya, walau samar suara Bara masih terdengar yang menandakan bahwa saat ini Bara berbicara dengan volume suara yang tidak biasa. "Wah gila Gue berikutnya." Karina menoleh ke sumber suara, Tomi sedang menggigit bibir bawahnya dengan gugup sembari membawa sebuah berkas di dalam pelukannya. "Lo dipanggil juga?" Tomi mengangguk tegang. "Disuruh Bu Irda Gue, ada masalah gini kok gue sih yang disuruh nyelesain, belum siap gue dijadiin HRD manager," jelasnya lagi. Tomi yang sudah bekerja hampir delapan tahun dibagian HR ini rencananya akan dipromosikan sebagai HRD Manager menggantikan Bu Irda yang akan resign karena ikut suaminya pindah ke benua tetangga. "Semangat demi masa depan," Karina memberi semangat, sama halnya seperti dirinya, Tomi walau sudah jauh lebih lama bekerja darinya, pasti juga akan gugup kalau masuk ke kandang singa yang sedang mengamuk di ruang sebelah. Tomi mengepalkan tangannya membuat gerakan semangat kemudian menghilang dibalik pintu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN