22.

1771 Kata

Mereka tetap berjalan menelusuri tepi jalan hingga berada cukup jauh dari sekolah dalam diam. Sia menghentikan langkahnya lalu berdiri dengan Aska di sebelahnya sambil menunggu mobil Gilang datang. Selama menunggu Gilang, Sia tidak henti memikirkan bagaimana kondisi rumahnya setelah pulang sekolah nanti. Bagaimana jika rumahnya sudah hancur dirusak oleh Aska? Sia gak tahu biaya perbaikannya akan semahal apa. Dalam kepala yang menunduk, gadis itu berusaha menyembunyikan tangisnya. Selain karena memikirkan biaya perbaikan rumahnya, Sia juga merasa tidak rela jika rumah peninggalan orang tuanya bisa dihancurkan begitu saja oleh Aska. "Rasya." panggil Aska. "Rasya?" panggil Aska sekali lagi. Sia tetap tidak menggubrisnya. "Rasya!" panggil Aska sambil menarik wajah Sia untuk menghadapnya. Ki

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN