Di vila keluarga Zera, suasana terasa tenang dan hangat. Di ruang keluarga, Zera duduk bersama ayahnya, Bintang, sementara ibunya, Danisa, sudah lebih dulu beristirahat di kamar. Lampu-lampu ruangan memberikan nuansa lembut, sementara suara alam dari luar menyusup pelan-pelan melalui jendela yang sedikit terbuka. Bintang menatap Zera, memperhatikan putranya yang tampak tenggelam dalam pikirannya. Setelah beberapa saat, ia memecah keheningan. "Zera, kamu belum punya teman dekat perempuan, kan?" tanya Bintang dengan nada serius, namun tetap lembut. Zera menghela nafas pelan sebelum menjawab. "Belum, Ayah. Aku masih fokus pada klinik dan usaha rumah makan. Rasanya belum ada waktu untuk hal-hal lain." Bintang mengangguk, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Ayah paham, Zera. Tapi ing