“Diantarkannya sampai rumah ya, Ka. Bahkan belum terlalu malam dil, masih sore ini jam sembilan untuk terima tamu.” Ucap Sea saat kami pamit pulang. Aku melotot padanya, Sea menyengir langsung memelukku, “apaan sih kamu, Sea?!” bisikku saat memeluknya. Sea balik berbisik, “aku serius, ajak masuk dulu nanti. Kamu akan bisa menilainya sendiri, Ka Dzaki tidak pernah memandang latar belakang sebagai perbedaan yang jadi standar pilihannya.” Aku siap menjawab, Sea justru mendorongku untuk melerai pelukan, “sana.” Aku menghela napas dalam-dalam, bagaimana aku menjelaskan pada Sea jika ada rasa tidak percaya diri untuk mengajak seorang seperti Dzaki mampir kontrakan sempitku meski tempatku tentu bersih? Jangankan Dzaki, misal Sea dan Sky mau mampir saja, aku rasanya akan tetap berat melaku