13 April 2016
Niel
“Aku tidak bisa memercayai ucapannya,” ucap petugas Jackson ketika mereka duduk di ruangan kosong yang biasanya digunakan sebagai ruang interogasi. Sementara itu, Niel duduk diam di kursinya sembari memandangi belasan kertas laporan yang tersebar di atas meja. Semua berisi analisa kasus yang dibuat oleh Jackson. Salah satu kertas itu juga menampilkan wajah Paul Manson dan catatan kejahatan yang pernah dilakukannya.
“Pria itu sakit jiwa,” lanjut Jackson dengan marah. “Tanda-tandanya sudah terlihat jelas. Dia juga beberapakali tertangkap karena melakukan pelanggaran lalu lintas, namun dibebaskan. Salah satu kejahatan terbesarnya yang terungkap adalah dia pernah sekali dilaporkan melakukan pelecehan pada anak di bawah umur. Jika dia mampu melakukannya pada anak berusia lima tahun, kenapa dia tidak melakukannya pada Amy? Dia pasti berbohong tentang pernyataan terakhirnya..”
Niel tidak segera menerima pernyataan itu alih-alih merenung selagi memikirkannya. Hari itu terasa amat panjang setelah penangkapan Paul. Sore sejak Niel dan Jackson membawa Paul ke kantor polisi, Paul terus memberontak sehingga petugas terpaksa menyuntikkan cairan bius ke tubuhnya. Hingga malam tiba, mereka belum juga mendapatkan keterangan langsung dari Paul. Tidak hanya menolak untuk memberikan keterangan, Paul juga terus memohon agar mereka mengizinkan Dorothy untuk menemuinya.
Jackson ingin memercayai bahwa kematian Amy murni karena aksi kekerasan yang dilakukan Paul. Sementara itu, pengakuan yang mereka dapatkan dari Paul, bahwa Amy terluka akibat kecelakaan terasa bertentangan dengan teori itu. Paul bersikeras mengatakan bahwa ia tidak terlibat dalam kematian Amy. Gadis itu masih dalam keadaan hidup setelah Paul menabraknya. Hanya saja, alasan Paul meninggalkan Amy di jalanan terdengar tidak masuk akal. Lantas apa yang terjadi setelah peristiwa tabrakan itu? Jackson dengan cepat menyimpulkan kalau Paul telah berbohong.
“Apa motifnya?” tanya sheriff O’Riley. “Kenapa dia menyakiti gadis yang merupakan putri dari teman kerjanya?”
“Dia tidak harus memiliki motif. Dia sudah melakukannya beberapa tahun yang lalu pada gadis berusia lima tahun..”
“Ini tidak sama,” tukas O’Riley dengan tenang. “Kenapa dia menabrak gadis itu, menyeretnya ke dalam hutan kemudian membunuhnya dan meninggalkan jasadnya untuk membusuk disana? Dia tidak memiliki masalah dengan Billy dan meskipun dia pernah melukai seorang anak dibawah umur, dia sudah tidak melakukannya lagi selama bertahun-tahun. Kenapa dia melakukannya sekarang? Untuk alasan apa? Dan kenapa tidak ditemukan jejak apapun yang mengaitkan kasus pembunuhan itu dengannya selain dari jejak ban mobil dan rekaman yang ditangkap kamera cctv itu? Aku tidak percaya kalau Paul-lah orang yang kita cari. Dia mungkin pernah menyakiti seorang anak – tapi membunuhnya?” sang sheriff menggeleng seraya memutar-mutar alat tulis di satu tangannya. “Kurasa dia tidak melakukan hal semacam itu. Kau lihat caranya memegang senapan tadi? Dia memiliki riwayat serangan panik, dia tidak bisa bertahan di bawah tekanan dan dia bisanya menjadi mudah diserang dalam kondisi itu. Paul Manson tidak akan membunuh Amy Rogers sekalipun dia ingin. Dia terlalu takut untuk melakukannya.”
Di seberang meja, Jackson menggelengkan kepalanya. Seolah kesulitan untuk memercayai peryataan itu. Setelah beberapa saat, sang petugas kembali membuka mulut.
“Sulit dipercaya. Siapa lagi yang memiliki keinginan untuk menyakiti gadis itu?”
“Siapapun. Siapapun bisa menjadi tersangka. Teman sekolahnya – keluarganya, atau bahkan orang yang sangat dia percayai. Tapi melihat dari luka di sekujur tubuhnya, aku cukup yakin kalau Amy berusaha menghindari sesuatu sebelum tewas dibunuh. Paul mengatakan kalau gadis itu muncul secara tiba-tiba di tengah jalan sehingga dia tidak sempat menghindar dan menabraknya. Tapi dia tidak punya jawaban tentang apa yang terjadi sebelum itu. Mengapa Amy bisa muncul disana, bertelanjang kaki dan tergesa-gesa. Apalagi kalau bukan menghindari suatu ancaman. Seseorang mungkin mengejarnya sampai ke hutan dan dia bersembunyi disana, tapi sialnya tertabrak oleh Paul. Bayangkan saja apa yang dikatakan Paul itu benar. Setelah dia menabrak Amy dan meninggalkannya, gadis itu masih bernyawa. Amy pergi ke suatu tempat untuk berlindung dan membawa luka bekas tabrakan itu bersamanya. Luka itu memperlambat pergerakannya sehingga seseorang yang mengejarnya dapat dengan mudah menemukan dia dan melakukan aksinya untuk membunuh gadis itu. Itu juga skenario yang masuk akal..”
“Lalu bagaimana dengan anjing itu? Jika Paul benar-benar meninggalkan Amy di tengah jalan, kenapa dia report-repot membunuh anjing itu dan menguburnya disana?”
“Kecuali orang itu bukan Paul..”
“Apa maksudmu?”
“Itu jelas. Seseorang yang menyakiti Amy juga orang yang sama yang mengubur anjingnya. Mungkin dia melakukannya untuk memberi sebuah tanda, atau dia hanya tidak ingin meninggalkan jejak. Siapa yang tahu?”