10 April 2016
Ellary
Di balkon, El meneguk alkohol langsung dari botolnya. Saat itu hampir pukul sepuluh malam. Setelah memastikan Tyler sudah tertidur, El terjaga dan memutuskan untuk duduk di balkon atas selagi menatap langit gelap dan menikmati udara sejuk malam itu. Setelah kunjungan berakhir siang itu, pikiran El masih dirasuki oleh keberadaan Sharon. Menurut Nathan, perawat yang dibayar El untuk mengurus ibunya, Sharon sudah dua kali melakukan percobaan bunuh diri. Ibunya juga melakukan aksi mogok makan setidaknya sampai El datang dan memaksanya untuk makan. El tidak tahu apa yang direncanakan Sharon selanjutnya, namun cepat atau lambat kabar kematian Sharon akan tersebar di surat kabar. Orang-orang yang mengenal ibunya cukup baik akan berdatangan dan El mau tidak mau harus menghadapi mereka.
Mengurung Sharon di bangunan tua yang jauh dari kota adalah idenya. El sebisa mungkin menghindari perhatian publik terkait kondisi ibunya yang kian memburuk. Ia menjauhkan wanita itu dari kehidupan sosialnya dengan harapan kalau suatu saat mereka akan melupakan Sharon dan masa lalu keluarga Kenz. Meskipun gambaran akan kejadian hari itu masih teringat jelas dalam benak El; tiga orang petugas berbondong-bondong mengangkat jasad ayahnya dari danau. Sebagian pakaiannya sudah koyak dan satu kakinya terkoyak akibat terkena baling-baling perahu. Darah menutupi pakaian dan wajahnya yang pucat. Begitu banyak darah hingga air di danau berubah menjadi merah.
El juga mengingat reaksi Sharon ketika mendengar kabar kematian Willam Kenz. Ekspresinya kosong. Ibunya nyaris tidak mengatakan apa-apa hingga El berpikir kalau wanita itu sudah kehilangan akal sehatnya. Meskipun begitu, El lebih mempertanyakan kewarasannya. Terlepas dari apa yang dialami ayahnya, El mungkin menjadi satu-satunya orang dalam keluarga kecil mereka yang tidak menyesali kejadian itu sedikitpun. Bahkan ada suatu perasaan lega saat mengetahui bahwa ayahnya tidak akan pernah hadir lagi untuk mengintimidasi El.
El hanyut dalam pemikiran itu hingga ia mendengar suara pintu kamar mandi yang digeser terbuka. Mike baru saja keluar darisana, tampak cukup bersih setelah mandi dan bercukur. Ketika menyadari keberadaan El di balkon, Mike langsung menghampirinya. Mulanya laki-laki itu menatap El dengan heran, kemudian saat El tidak mengacuhkan keberadaannya, Mike berusaha memecahkan lamunannya dengan bertanya, “sejak kapan kau datang? Aku tidak melihatmu.”
“Jangan cemaskan hal itu, yang terpenting aku sudah di rumah sekarang.”
Keheningan sejenak menggantung di antara mereka. El melamun menatap ke bawah balkon selagi merasakan embusan angin malam membelai wajahnya. Tak lama kemudian ia mendengar suara langkah kaki Mike saat laki-laki itu bergerak mendekatinya.
“Hei bagaimana pertemuanmu dengan ibumu? Apa semuanya baik-baik saja?”
“Ya,” sahut El tanpa mengindahkan keberadaan Mike di sampingnya.
“Tidak ada yang ingin kau katakan? Tidak biasanya kau sediam ini.”
“Aku tidak peduli, Mike,” timpal El dengan ketus. Kini kedua matanya menatap Mike. “Memangnya aku harus bilang apa?”
Pada saat itulah El melihat rahang Mike mengeras. Laki-laki itu masih berdiri diam di tempatnya, kecuali karena kedua tangannya terkepal dengan kesal.
“Jadi kau tidak akan berbicara padaku?”
“Kenapa kau tidak tidur saja? Aku butuh waktu untuk menyendiri.”
“Bagaimana jika aku tidak mau pergi?”
Hening. El berbalik, meletakkan gelasnya di atas kursi kayu kemudian menatap Mike dan berkata, “kalau begitu biar aku saja yang pergi.”
El hendak berbalik, tapi tangan Mike mencengkram lengannya dengan kuat kemudian menarik tubuh El ke dinding. Rasa sakit yang tajam menusuk punggungnya saat membentur dinding. Wajah El seketika memerah. Ia berusaha melepaskan cengkraman Mike, namun laki-laki itu begitu kuat. Tubuhnya lebih besar dari El, dan kini mata biru itu menatapnya tajam. Seolah El baru saja mengatakan sesuatu yang menyinggungnya, tapi sudah terlambat untuk menarik ucapannya kembali. Mike sudah marah.
“Mike..” desis El ketika laki-laki itu mendesak tubuhnya ke dinding.
“Katakan itu sekali lagi! Aku tidak akan melepaskanmu.”
“Hentikan!” El berusaha membebaskan diri, tapi semakin jauh ia berusaha, semakin keras Mike mencengkramnya. “Mike..”
Tiba-tiba tangan Mike yang mencengkramnya dengan kuat terlepas. Tapi kemudian jari-jarinya menyusup ke dalam pakaian El, menelunsuri kulitnya yang terasa panas kemudian menjamah tubuhnya. El yang melawan perlahan menghentikan upaya itu. Kenikmatan yang diciptakan Mike di bawah pusarnya membuat El menginginkan lebih. Sensasinya terasa sama seperti kali pertama mereka b******u. Lengan El melingkari pundak Mike yang lebar, payudaranya menggesek d**a pria itu, sedangkan tubuhnya yang sudah basah mendambakan Mike untuk berada disana.
El berusaha mengembalikan ingatan itu. Disaat yang bersamaan Mike mengangkat tubuhnya dan membaringkan El di atas kasur. El sudah begitu hanyut sampai tidak sadar kalau Mike telah menanggalkan sisa pakaiannya. Laki-laki itu kemudian menunduk untuk mencumbu tubuhnya. Dengan erangan pelan, El terus menekan Mike lebih dekat untuk merasakan bibir laki-laki itu di tubuhnya, gigi Mike di atas payudaranya dan lidah Mike di dalam mulutnya.
El mengerang saat Mike mendesakkan tubuhnya yang keras di dalam tubuhnya. Laki-laki itu kemudian bergerak mengikuti irama gerakannya. Hawa panas telah melekat di atas kulit telanjang mereka yang basah oleh keringat. El bisa merasakan aroma mint di mulut Mike yang tercium menyegarkan dan bau alkohol dari mulutnya sendiri. Mike memiliki aroma yang menyenangkan. Setiap kali mereka bercinta, El bisa menghabiskan sepanjang malam untuk memeluk tubuh laki-laki itu dan menciumi kulitnya. Malam itu tidak jauh berbeda.
Seluruh kegelisahan dan amarah yang dirasakannya meluap. Seketika El kembali menjadi remaja kasmaran yang menghabiskan sepanjang malam bercinta dengan kekasihnya. Nafas Mike yang ringan merambat di pundak El. Laki-laki itu kemudian memutar tubuh El dalam posisi telungkup dan menunduk untuk menciumi pundaknya. Dari atas bahunya, El mendengar Mike berbisik pelan, “kau milikku, Ellary. Jangan lupakan itu! Jangan pernah berpikir sebaliknya.”
El dibutakan oleh rasa sakit ketika Mike menyusupkan bagian tubuhnya yang mengeras ke dalam tubuh El kemudian menyentak El dengan gerakan yang kasar. Mike tidak pernah menyetubuhi El sekasar itu, seolah-olah pria yang sudah dikenalnya selama puluhan tahun tiba-tiba berubah menjadi pria asing yang menyetubuhinya seperti orang kesetanan. Meskipun begitu El tidak berusaha menghentikan Mike. Al-hasil air matanya pun berderai. Beberapa bagian tubuhnya yang terasa sakit memperlihatkan banyak memar. Meskipun begitu, Mike tetap tidak menghentikan aksinya untuk menghukum El. Hingga ketika tubuh El ambruk dan meringkuk di atas kasur, laki-laki itu baru berhenti untuk menatapnya. Mike tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi El bisa merasakan laki-laki itu mengawasinya sepanjang malam, menyelimuti tubuhnya yang telanjang kemudian mencium bagian belakang kepalanya dengan lembut.