ARWAH POCONG PENASARAN

912 Kata
Kisah ini di alami oleh seorang lelaki berusia 30 an. Tentunya dia sudah memiliki istri dan satu anak laki laki yang terbilang masih kecil tentunya. Sebut saja Rony namanya. Dia adalah seorang penjaga kolam renang di sebuah taman hiburan water park. Di sore itu. Rony pulang lebih awal dari biasanya. Karena sedari pagi Rony memang sudah terlihat tidak enak badan. "Ya sudah, Ron. Lebih kau pulang dan beristirahat saja di rumah. Biar temanmu yang lain yang akan mengganti tugasmu." ucap si Mandor pada Rony. "Terima kasih, ndor." ucap Rony yang kemudian ia bangkit dark duduk dan melangkah pergi meninggalkan ruanganya. Sepanjang perjalanan pulangnya. Rony terus memegangi perutnya yang terasa kencang seperti batu. "Masuk angin apa ya?" gumam Rony di dalam hatinya. Sesampai di rumah. Rony langsung memparkirkan motor dan masuk ke dalam rumahnya. "Bu ..." Rony memanggilnya istrinya. Tak ada jawaban terdengar di telinga Rony. "Kemana? tumben, sepi amat rumah." Rony mengedarkan pandanganya mencari cari anak dan istrinya. Hingga tak sengaja pandanganya mengarah ke sebuah catatan yang berada di atas meja yang di tindih sebuah gelas, dan sengaja istri Rony tinggalkan sebagai pesan. Maaf mas, aku sekarang lagi bantuin hajatan di tempat ibu sama bapak dan mengharuskanku nginep. Kalau mas lapar, ada rendang di lemari pendingin tinggal angetin aja. by istrimu ?. Rony menghela nafasnya dengan malas sambil memegang kepala. "Nasib ... nasib. Ya udah ntar malam gue minta tolong kerokan sama tetangga aja deh pos kamling." keluhnya. Beberapa jam berlalu. Kini waktu telah menunjukan jam 9 malam. Rony keluar dari rumahnya membawa minyak ganda pura. "Ron kenapa loh, kusut amat?" tanya Budi yang tiada lain tetangga sekaligus temanya. "Kayaknya gue masuk anjing bud, eh masuk angin. Sorry salah." ucap Rony yang kini duduk di samping Budi dan 2 tetangga lainya. "Emang bini sama anak loh kemana, Ron?" tanya Budi. "Mereka pergi bantuin mertua yang lagi ada acara hajatan." jelas Budi. Sebagai teman dan tetangga dekat. Jelas, Budi merasa kasihan dan tega melihat temanya yang masuk angin. "Ya udah, lepas baju loh. Mana minyak sama coinya, biar gua yang kerikin." pinta Budi. "Makasih, Bud. Lo emang Sohib kental gue yang the best deh pokoknya." puji Roni sambil memberikan minyak beserta coin pada Budi. Selesai dengan mengeriknya. Budi juga membuatkan teh tawar panas yang sudah ia campuri dengan tolak anjing, eh tolak angin. Dan kemudian memberikanya pada Roni untuk di minum. "Ini apa, Bud?" tanya Rony "Oh, itu. Itu teh panas yang sengaja gua kasih tolak angin biar lo cepat sembuh." jelas Budi. Obrolan demi obrolan mereka lalui. Dan tidak terasa malam pun semakin larut. "Ron, bangun! dah malam nih, gua cabut duluan ya." Budi meninggalkan Roni yang sangat sulit di bangunkanya. Dengan hanya berselimutkan sarung. Rony kini tertidur pulas sendiri di pos kamlingnya. Rony terlihat mengelus ngelus perutnya dengan mata yang masih terpejam. Sepertinya ramuan teh panas yang di campuri tolak angin yang di racik Budi, kini telah bereaksi di dalam perutnya. Dutttt ... Suara gas yang keluar dari p****t Rony, dan Sukses membuat Rony bisa tersenyum lega walau matanya masih terpejam. Di lain tempat. Seorang arwah pocong penasaran terlihat sedang terdiam menangisi nasibnya yang sangat malang. Dut ... Protttt Suara kentut Rony kini terdengar jelas dan mengusik ketenangan sang pocong penasaran. "Suara apa itu? Boom apa ban truck yang kempes?" tanya si pocong pada dirinya sendiri. Dengan rasa penasaran yang tinggi, sang pocong kini meloncat loncat menuju pos kamling tempat dimana Roni masih tertidur dengan pulas. Sang pocong kini telah berdiri di hadapan Rony dengan wajah dan tatapan yang menyeramkan dan tidak bersahabat. Rony yang tertidur miring kini merubah posisinya menjadi membelakangi sang pocong yang sudah berdiri menatapnya. Protttt .... Rony kenbali membuang gas beracunya dan tepat mengenai wajah si pocong. "Busettt ..., masih hidup aja udah bau, apalagi sudah mati nanti." sang pocong mendecih kesal sambil menahan nafasnya. Dengan kejahilanya. Si pocong kini berbaring di sebelah Rony. Berharap Rony akan bangun dan membuka mata dan kemudian menjerit ketakutan setelah melihat dirinya. Namun rencana tak sesuai dengan apa yang di perkirakan. Kini Rony bangun dengan mata terpejam. "Eh mo kemana, Loh?" tanya si pocong pada Rony yang sedang melantur. Rony bangkit, namun kakinya yang lemas tak mampu menyangganga tubuhnya. Hingga membuat Rony oleng dan kembali tumbang, dan tak sengaja jatuh menimpa tubuh si pocong dengan posisi menungging dan p****t mengenai wajah si pocong yang kini berbaring menghadap pantatnya. "Oh ... tidak, sialan banget ini orang." si pocong terus menggerak gerakan tubuhnya yang terikat kain kafan agar bisa lepas dari tindihan Rony yang mengunci wajah dengan kedua pahanya. Proootttt ... Rony kembali mengeluarkan gas beracunya dan tepat mengenai hidung si pocong. "Ohhh ... tidakkk. Lepaskan aku!" si pocong yang sudah merasa tidak tahan. Alih alih mendengar permohonan si pocong. Rony malah dengan asiknya menindih dan membuang gas di dalam perutnya hingga longsom(terasa lega) tak bersisa. Sungguh malang nasib sang pocong. Mau tidak mau dirinya kini harus menikmati, dan menyesap aroma gas beracun yang di keluarkan Rony secara tidak sadar padanya. Perut Roni kini bergemuruh hebat. Ternyata rendang yang di buat istrinya sangat pedas, dan kini telah membuat perut Rony mules dan ingin BAB. Rony tidak menyadari bahwa wajah sang pocong kini sudah terlihat pucat biru akibat gas beracun yang ia buang ke arah mukanya. Dengan posisi yang belum berubah. Rony langsung membuka celana dan membuang segala isi perutnya ketika itu juga. SORRRRR .... BRELLLL Semua kotoran kini keluar dari p****t Rony dan tepat mengenai wajah sang pocong penasaran, Hingga memenuhi bagian wajah dan lehernya. TAP LOVE AND FOLLOW AUTHORNYA KALAU KALIAN SUKA.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN