Tidak Tahu Diri

2161 Kata
Habis magrib, Citra berjalan ke kamar putrinya untuk membantu putrinya belajar. Suaminya juga belum menunjukkan tanda-tanda pulang. Bahkan jika suaminya tidak pulang malam ini, Citra benar-benar akan berterima kasih karena setidaknya dirinya bisa sedikit menenangkan hatinya lagi. Citra masuk ke dalam kamar putrinya dengan pelan, senyumnya mengembang saat melihat putrinya yang sudah ada di meja belajarnya dan tengah memilih-milih buku pelajarannya besok. "Mama sudah datang? Aku kira mama lupa." Tanya Ara saat melihat mamanya masuk dengan senyuman yang mengembang. "Tadi mama berdoa dulu mangkanya lama." Jawab Citra dengan pelan dan menghampiri putrinya itu. "Kita kerjakan PR Ara dulu ya, baru belajar pelajaran yang lain." Kata Citra lagi yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Tak terasa sudah setengah jam lebih Citra membantu putrinya mengerjakan PR dan juga belajar. "Mama, apa papa belum pulang?" Tanya Ara pelan seraya mendongakkan kepalanya menatap ke arah mamanya. "Sepertinya belum, Ara sudah lapar?" Jawab Citra sembari bertanya pada putrinya itu. Ara pun mengangguk pelan dan membuat Citra menatap ke arah jam dinding yang ada di kamar putrinya. Sudah hampir jam tujuh malam, tentu saja putrinya sudah sangat lapar. "Kalau gitu ayo makan malam dulu, mama tadi masak rendang dan ayam kecap." Ajak Citra seraya mengingat jika tadi sore dirinya memasak dua menu makanan untuk makan malam. Itupun juga tak sebanyak biasanya, karena bik Mar bilang mungkin saja suaminya akan makan malam di luar bersama kliennya. Entah itu benar-benar klien atau pacarnya, Citra benar-benar tak ingin peduli lagi. Saat ini yang penting untuknya adalah putrinya, biarkan saja hatinya mato dan lagi merasakan rasa sakit yang diberikan orang lain. Ara pun berdiri dengan semangat setelah menjadwal buku pelajarannya. "Mama Ara mau makan banyak pakai rendang." Kata Ara dengan antusias. "Ayo, mama juga mau makan banyak malam ini." Jawab Citra dengan senyuman lebar. Sesampainya di meja makan, Citra menyuruh putrinya duduk terlebih dahulu, sedangkan dirinya sendiri berjalan ke arah dapur untuk mencari keberadaan bik Mar dan mengajakku makan bersama. "Bik Mar ayo makan malam bersama." Ajak Citra saat melihat bik Mar sedang menata belanjaannya ke dalam kulkas. "Nanti aja mbak, mbak makan dulu. Makanannya sudah bibi letakkan di meja makan." Jawab Bik Mar yang langsung saja membuat Citra terdiam dan mengangguk pelan. "Saya sama Ara makan dulu ya bik." Kata Citra yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Bik Mar. Citra kembali ke meja makan setelah mencuci tangannya dengan bersih, baru saja Citra ingin keluar dari dapur, suara suaminya yang tengah berbincang dengan putrinya membuat Citra menghentikan langkahnya dan mengambil napasnya dalam. Bagaimanapun juga Citra masih belum siap jika harus beradu cakap dengan suaminya lagi. "Mama, papa sudah pulang." Teriakan Ara yang memberitahu Citra membuat Anand mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah istrinya yang baru saja keluar dari dapur itu. "Mas Anand sudah makan?" Tanya Citra pelan, tak berani menatap ke arah suaminya yang saat ini tengah menatapnya cukup intens itu. "Belum." Jawab Anand pelan. "Kalau gitu aku ambilkan piringnya dulu, Ara kamu belum cuci tangan kan? Ayo cuci tangan dulu bareng mama." Kata Citra lagi seraya mengingatkan putrinya. Ara pun mengangguk dan turun dari kursi untuk mengikuti langkah bundanya dengan semangat. Anand sendiri hanya menghela napasnya pelan dan ikut berjalan ke arah dapur, dirinya pun juga belum mencuci tangan setelah memegang setir cukup lama, karena jarak rumah dan pertemuan tadi cukup jauh. "Pak Anand sudah pulang." Kata Bik Mar yang langsung saja berdiri saat melihat ke arah Anand yang masuk ke dalam dapur. "Teruskan saja bik, saya cuma mau cuci tangan." Jawab Anand yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Bik Mar. Citra menurunkan putrinya setelah membantu putrinya untuk cuci tangan di wastafel yang cukup tinggi itu. Citra menggeser tubuhnya ke samping, membiarkan suaminya untuk mencuci tangannya. "Kamu tumben masak dikit." Kata Anand pelan seraya menatap ke arah istrinya yang masih tak mau menatap ke arahnya itu. "Aku kira kamu makan malam di luar, jadi aku kurangi jatah makan malamnya." Jawab Citra jujur. "Jadi nggak ada porsi untukku?" Tanya Anand lagi. "Ada, cukup kok asal kamu nggak nambah." Jawab Citra lagi dengan suara pelannya. "Besok pagi aku akan masak lebih banyak lagi kalau kamu mau nambah." Kata Citra lagi. Bik Mar sendiri hanya diam di depan kulkas dan mendengarkan percakapan dari dua orang manusia yang tak memiliki perasaan yang sama itu. Bik Mar sudah tahu jika bosnya itu menyukai wanita lain, dan Bik Mar benar-benar tak tahu kenapa bosnya malah menikahi Citra. Jika boleh bilang terus terang, bik Mar benar-benar kasihan pada Citra yang hanya dimanfaatkan oleh pemilik rumah yang ia ikuti ini. "Aku tadi juga sudah makan sedikit di luar, jadi nggak perlu nambah." Jawab Anand yang langsung saja pergi keluar dari dapur, meninggalkan Citra, Ara dan juga bik Mar yang masih terdiam di tempatnya. "Bagian saya biar di makan bapak saja mbak, nanti saya bisa masak lagi kok." Kata Bik Mar yang langsung saja membuat Citra berterima kasih pada bik Mar. "Ara keluar dulu ya, mama ambil piring buat papa dulu." Kata Citra yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Ara kembali dan menatap ke arah papanya yang tengah menatap ke arah kerupuk yang ada di dalam toples. "Kerupuknya enak loh pa, mama sendiri yang beli tadi sore." Kata Ara dengan antusias. "Iya? Papa juga sedikit heran saat melihat kerupuk di meja makan. Biasanya kan nggak pernah ada." Jawab Anand dengan senyuman lebarnya. "Aku nggak buat lauk apa-apa, cuma bikin rendang sama ayam kecap." Kata Citra pelan, setelah kembali dengan membawa piring untuk suaminya. "Itu ada kerupuk, kata Ara enak." Balas Anand seraya menunjuk toples yang berisi kerupuk. "Ah, iya. Tadi aku beli kerupuk." Kata Citra pelan. "Mama Ara nasinya banyak ya, tadi udah bilang kalau Ara makan banyak malam ini." Kata Ara seraya mengangkat piringnya dan diarahkan ke arah mamanya. Citra melirik ke arah suaminya yang masih menatapnya dengan tajam. Padahal jelas-jelas tadi dirinya meminta suaminya makan sedikit dan tidak nambah, tapi sekarang putrinya malah bilang seperti itu. "Ara, mama ambilkan buat papa dulu ya." Jawab Citra yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Ara. Citra pun mengambilkan nasi untuk suaminya, tentu saja porsinya seperti biasa, tidak kurang ataupun lebih, beda lagi kalau suaminya ingin nambah nantinya. "Kamu beneran cuma masak sedikit?" tanya Anand seraya menerima piring dari istrinya itu. "Iya, tapi bik Mar bilang kalau dia nanti masak sendiri nggak papa." Jawab Citra pelan. "Jadi aku juga boleh nambah?" Tanya Anand lagi. "Tadi katanya kamu udah makan di luar? Kasihan bik Mar kalau masak lagi, ini sudah malam, lagian dia udah kerja berat hari ini." Jawab Citra dengan cepat. Anand pun mengangguk pelan dan mengerti tentang apa yang diucapkan oleh istrinya itu. "Mama aku." Kata Ara lagi. Citra pun bergerak mengambilkan nasi untuk putrinya, tak lupa dengan rendang kesukaan putrinya itu. "Ara mau di buatin jus buah?" Tanya Citra pelan setelah memberikan piring putrinya. "Kamu sengaja nggak mau makan malam bersama bareng aku?" Tanya Anand tiba-tiba. Ara terdiam dan menatap ke arah mama dan papanya bergantian. Ara tahu mungkin saja mamanya mencoba menjauhi papanya, tapi Ara juga tak ingin menyalahkan mamanya. Karena kenyataannya, letak kesalahan itu ada pada ayahnya yang tak tahu diri itu. "Nggak usah ma, mama duduk aja. Ayo kita makan malam bersama." Jawab Ara yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Citra. Citra duduk setelah mengambil makanan untuk dirinya sendiri, Citra makan dengan sedikit tidak semangat. Ingatan bagaimana suaminya menuduhnya tadi benar-benar sangat membekas dan sulit untuk ia lupakan. Bagaimanapun juga, yang mengatakan semua itu dengan tega adalah orang yang ia cintai. "Di rumah ini ada pembantu, kecuali masak kamu bisa nyuruh bik Mar. Termasuk bikin jus atau sekedar mengupas buah." Kata Anand membuka suaranya, mengingatkan istrinya agar tak terlalu fokus pada pekerjaan rumah. "Aku tahu." Balas Citra pelan. Ketiganya makan dalam diam, Anand berdiri setelah makanannya habis terlebih dahulu. Soal makan di luar, dirinya benar-benar berbohong, karena nyatanya dia sengaja untuk pulang lebih cepat agar bisa makan masakan istrinya yang enak itu. "Itu nasinya masih cukup banyak, aku boleh minta dikit lagi?" Tanya Anand yang langsung saja membuat Citra menghela napasnya pelan. Suaminya selain tak memiliki hati, juga tak memiliki rasa malu. Jelas-jelas dirinya sudah paling banyak pembagian nadinya tapi masih saja mencoba untuk meminta lebih. "Boleh, sini." Jawab Citra pelan dan sedikit lelah untuk melayani suaminya yang tak tahu malu itu. Anand pun tersenyum dan menyerahkan piringnya ke arah istrinya. Setelah nasinya kembali terisi oleh nasi, Anand pun mengambil rendang dan juga ayam kecap dengan semangat. "Sisain buat bik Mar juga." Kata Citra pelan, mengingatkan suaminya yang sudah menghabiskan ayam kecap kesukaannya itu. "Rendangnya aja ya, udah terlanjur aku ambil semua ayamnya." Jawab Anand yang langsung saja membuat Citra mengangguk pelan. "Kerupuknya dua." Kata Anand lagi. Persis seperti anak kecil yang apa-apa selalu menyusahkan Citra. Jika di ingat-ingat, sejak kapan suaminya suka bersikap seperti ini? Bukankah sebelumnya tak seperti ini? Citra berdiri dan mengambilkan kerupuk untuk suaminya itu, meskipun Citra marah dan kesal pada suaminya, tapi dirinya benar-benar tak bisa mengabaikan suaminya begitu saja. Apalagi suaminya terlihat sangat lahap saat memakan masakannya. "Mama Ara juga mau." Kata Ara pelan. Citra pun tersenyum dan mengambilkan kerupuk untuk putrinya. Citra kembali duduk dan menghabiskan makanannya dengan cepat. Setelah itu Citra berdiri dan mengambil rendang dan juga nasi yang tersisa dan ia bawa ke belakang. "Bik, nasinya tinggal segini nanti kalau kurang masak lagi ya bi, maaf banget." Kata Citra pelan. "Cukup banget ini mbak, makasih ya mbak." Jawab Bik Mar yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Citra. "Kerupuknya ada di meja makan ya bi, ini aku bawa ke belakang karena mas Anand suka nggak ingat orang lain kalau makan." Kata Citra lagi setelah mencuci tangannya dengan sabun. Bik Mar pun langsung tersenyum dan mengangguk dengan cepat, ia juga baru tahu jika bosnya ternyata memiliki porsi makan yang banyak. Citra kembali ke meja makan dan menatap ke arah putrinya yang tengah menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan mengelus perutnya yang kenyang. "Mama masaknya enak, Ara sampai begah gini." Kata Ara pelan seraya membuka bajunya dan memperlihatkan perutnya yang penuh itu. "Itu mah Ara aja yang rakus, mangkanya mama suka bilang, kalau makan berlebihan itu nggak baik." Balas Citra dengan senyuman lebarnya. Anand sendiri hanya menatap ke arah interaksi istrinya dan juga putrinya yang semakin dekat setiap harinya. Anand jadi berpikir, jika nanti istrinya benar-benar mengajukan gugatan padanya, bagaimana nasib putrinya yang sudah sangat sayang pada istrinya itu? "Sambil nunggu makanannya turun, Ara bisa sambil nonton tv. Mama beresin ini dulu." Kata Citra pelan setelah melihat suaminya juga sudah menghabiskan makanannya dan tak menyisakan sedikitpun nasi di piringnya. "Biar bik Mar yang beresin." Kata Anand lagi. "Bik Mar biarkan makan dulu, nanti sisanya biar dibereskan sama bik Mar." Kata Citra membalas kata-kata suaminya yang apa-apa bik Mar dan bik Mar. Setelah membalas kata-kata suaminya, Citra lebih memilih untuk mengambil piring kotor dan membawanya ke belakang, tak lupa dengan mangkok ayam kecap yang sudah kosong itu. "Bik Mar makan aja dulu, biar saya yang bersihin ini." Kata Citra saat melihat bik Mar yang baru saja mengambil nasi dan ingin meletakkannya lagi. "Nggak papa bik." Kata Citra lagi, meyakinkan bik Mar yang terlihat ragu. Akhirnya bik Mar pun meneruskan kegiatannya dan makan dengan cepat, dalam hati dirinya lagi-lagi memuji masakan istri majikannya yang enak itu. Setelah menyelesaikan makanannya Bik Mar pun berdiri dan berjalan menuju ke arah cucian. "Biar saya saja yang cuci, bik Mar buatin jus buat Ara dan mas Anand ya, biar mereka bisa santai dulu di ruang keluarga sambil nonton tv. Selesai makan nggak baik kalau langsung tidur." Kata Citra dengan cepat sebelum bik Mar membuka suaranya. "Biasanya bapak minum kopi mbak." Kata Bik Mar mengingat kebiasaan Anand. "Sudah malam bik, nanti malah nggak bisa tidur. Besok kan harus kerja, buatin saja jus alpukat campur sussu coklat yang ada di dalam kulkas." Jawab Citra lagi. Bik Mar pun menurut dan meletakkan piringnya, setelah mencuci tangan, Bik Mar pun mengambil alpukat yang tersisa di dalam kulkas. "Mbak Citra juga?" Tanya Bik Mar pelan. "Saya mau jus jeruk bik kalau nggak keberatan." Jawab Citra pelan. Setelah menyelesaikan cucian piringnya, Citra pun mencuci tangannya dan mengeringkan tangannya. Setelah itu Citra membuka almari yang tak jauh dari rak piring dan mengambil sisa kue yang kemarin ia buat dan sudah ia simpan di dalam toples. Toples kue tadi siang sisa sedikit setelah di makan oleh putrinya, jadi Citra harus mengeluarkan yang baru untuk teman nonton putri dan suaminya itu. "Tolong nanti bawakan ke depan ya bik." Pinta Citra pelan. "Iya mbak." Jawab Bik Mar pelan. Citra berjalan ke arah ruang keluarga dengan toples kue yang ada di tangannya. Senyumannya mengembang saat melihat putrinya kembali memangku toples berisi kue yang sisa sedikit itu. "Katanya tadi kenyang, kok makan kue lagi." Kata Citra pelan seraya meletakkan toples baru di atas meja, lebih tepatnya di depan suaminya itu. "Ya abis kue buatan mama enak, sayang kalau nggak di makan." Jawab Ara yang langsung saja membuat Citra tertawa mendengarnya. "Padahal di makan besok juga bisa." Kata Citra lagi seraya menoleh ke arah suaminya yang juga memakan kue buatannya dengan mata yang fokus menatap ke arah televisi yang menampilkan berita pembunuhan yang marak terjadi akhir-akhir ini. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN