BAB 5.
Meet Aji dan Kokom yang Unik
Aji berjalan beriringan dengan sang istri tercinta. Dengan lembut dia memeluk tubuh sexy sang istri sebagai pengingat lelaki yang sedari turun dari pesawat selalu mencuri-curi lihat sang istri.
Apa mereka tak melihatnya yang sudah memeluk istrinya dengan begitu erat. Apa dia tak terlihat? Umpat Aji dalam hati.
Dia rasanya ingin mencongkel semua mata yang dengan kurang ajar memandang tubuh istrinya dengan penuh minat. Ingin rasanya mengarungi sang istri biar tak ada mata yang menatapnya penuh minat.
“Ck, ingin rasanya aku colok mata mereka pake kunci mobil ini,” gerutu Aji lirih tetapi masih bisa terdengar oleh Kokom.
“Mata siapa, Pi?” tanya Kokom lembut membuat hati Aji ikut melembut.
“Itu loh, Sayang. Lelaki yang sedari tadi melotot memujamu. Sudah tahu di sebelahmu ada suami masih saja berani melotot, dasar!” gerutu Aji lagi kian gerah kala ada satu lelaki yang sengaja melempar senyum m***m ke arah Kokom yang memang melihat ke sekitar karena perkataan sang suami. Lelaki nggak ada otak, batin Kokom jengkel melihat lelaki yang tidak menghargai hubungan. Sudah tau ada yang memeluknya dengan posessif masih saja berani menggodanya. Untung Aji sekarang sudah jinak. Kalau nggak, bisa habis lelaki itu kena bogem Aji. Suaminya memang sekeren itu, bangga Kokom sembari melirik sang suami yang masih cemberut. Suamiku, cemberut aja masih sekeren itu apalagi kalau senyum. Malah kian rupawan. Untung saja, suaminya cinta mati padanya.
“Alah … Papi nggak usah menghiraukan mereka. Yang ada di sebelah Kokom kan cuma Papi seorang. Mereka nggak ada seujung kuku Papi,” rayu sang istri membuat Aji melayang ke awan. Senyuman kembali menghiasi wajah tampannya. Ya, semurahan itu seorang Aji jika menyangkut sang bidadari syurganya.
“Gantengan papi kemana-mana,” tambah Kokom lagi kian membuat hati Aji bertabur bunga syurga. Senyuman kian merekah di wajah tampannya. Dan Kokom sangat mencintai suaminya ini.
“Ah … sayangnya aku,” ucap Aji tersipu malu dan menyurukkan wajahnya di ceruk leher sang istri yang selalu menjadi tempat ternyamannya. Dia menghirup dengan rakus aroma kesukaannya. Menghadiahi istrinya dengan kecupan yang membuat siapa saja iri melihatnya.
“Ehhmmm,” sela suara menganggu kemesraan keduanya.
“Aku nggak nyangka Mas Aji bisa bermesraan di tempat umum begini, bikin iri aja,” gerutu seseorang di belakang Aji. Aji dan Kokom menoleh ke arah sumber suara. Di sana berdiri seorang wanita cantik dengan rambut tergerai indah.
“Hai Bel, lama tak jumpa,” sapa Aji ramah kala melihat siapa yang sudah berani mengganggu keintimannya dengan sang istri tercinta. Kalau orang lain pasti sudah dapat pelototan tajam dari Aji.
“Sayang, kenalin ini Bella. Tetanggaku di rumah lama. Dia ini anak satu-satunya teman dekat Mami. Sudah aku anggap adik sendiri,” ucap Aji memperkenalkan sosok Bella ke arah sang istri. Lelaki itu terlihat lebih bahagia dibanding dulu saat masih menikah dengan Karina.
Kokom menjabat tangan Bella dengan senyuman mengembang di wajah ayunya.
“Bella,” sahut Bella tak kalah ramah.
“Aku manggilnya Mbak Bella atau Bella aja, Pi?” tanya Kokom ke arah Aji membuat Bella tergelitik dengan sikap Kokom yang begitu menghargai sang suami. Mungkin tampak sepele tetapi begitu mengena di hati Bella. Apa dulu dia pernah bertanya hal sepele itu ke mantan suaminya itu? Tidak. Tentu saja.
“Tanya Bella aja, Sayang,” sahut Aji lembut. Baru kali ini Bella mendengar Aji bertutur kata begitu manis. Bahkan kala berkata dengan Mami Ratna, Aji tak berkata semanis itu.
“Bella aja, Kom. Aku boleh manggil kamu Kokom aja kan? Atau harus Nyonya Aji?” goda Bella. Kokom tersipu malu mendengar panggilan Nyonya Aji. Batinnya menghangat mendengarnya.
“Nyonya Aji juga boleh,” tantang Kokom balas menggoda Bella. Ketiganyapun terkekeh geli dengan percakapan yang kemudian mengalir dengan ringan, seakan mereka sudah mengenal lumayan lama. Bella menceritakan kehidupannya begitu pindah ke Bandung begitu juga perjalanan cintanya yang harus berakhir menjadi Nyonya Benjamin Fox. Yang sayangnya hanya bisa bertahan dua tahun saja. Begitupun dengan Aji dan Kokom. Mereka berbagi cerita sembari berjalan menuju mobil yang akan membawa mereka bertiga ke apartemen Bella.
***
“Wow, kau tinggal di apartemen mewah rupanya,” puji Aji kala menginjak lobbi apartemen.
“Bukan punyaku kok Mas, dari kantor,” jawab Bella apa adanya.
Aji tak sengaja melihat sesosok yang begitu dia kenal. Lelaki yang sudah membuatnya nyaris gila karena kehilangan sang istri. Dan dia tak mau lagi bersinggungan dengan lelaki berbahaya itu. Kenapa lelaki itu ada di sini? Tubuhnya menegang. Seketika dia menjadi gelisah. Dia mengeratkan pelukannya ke tubuh sang istri. Kokom yang menyadari pelukan sang suami kian mengerat menatap wajah Aji yang berubah. Ada Kakhawatiran di sana. Dan Kokom tak suka melihatnya.
“Ada apa?” tanya Kokom lirih. Aji menatapnya lembut dan menggeleng ragu.
“Jangan sembunyikan apapun dariku,” sahut Kokom tak suka.
“Aku akan memastikannya dulu, kalau apa yang kulihat benar, aku pasti akan bercerita padamu,” jawab Aji lembut dan berusaha meyakinkan sang istri.
“Ada yang salah?” tanya Bella kala melihat pasangan di depannya hanya berbisik-bisik dengan wajah yang terlihat khawatir. Pasangan itu langsung memasang wajah penuh senyum. Akan tetapi, Bella menyadari ada yang mereka berdua sembunyikan darinya.
“Ah, tidak. Ini aku sudah tak tahan untuk bisa meresmikan kamar tamu kamu,” jawab Aji terdengar vulgar di telinga Bella. Kokom menyikut perut sang suami yang selalu berbicara m***m tanpa melihat situasi.
“Sakit, Sayang,” ucap Aji dengan wajah memelas andalannya.
“Habisnya Papi m***m,” gerutu Kokom dengan wajah merona.
“Hanya padamu, Sayang,” goda Aji membuat wajah Kokom kian merona.
“Aisss, derita jomblo,” gerutu Bella kemudian berjalan mendahului pasangan yang dimabuk cinta itu dengan rasa jengkel yang tak bisa dia sembunyikan. Dia berjalan dengan menghentak sepatu hingga menimbulkan bunyi nyaring. Semoga saja ujung runcing sepatunya tidak patah.
Aji hanya mengedikkan bahu tak perduli.
“Makanya cepat cari pasangan,” teriaknya.
Bella membalas dengan mengacungkan jari tengahnya tanpa perlu berbalik badan. Aji dan Kokom pun ikut menyusul langkah Bella memasuki lift menuju unit apartemennya. Keduanya terkekeh dengan kemarahan yang diperlihatkan jomblo di depannya itu.
"Kamu beneran butuh asupan Bel," goda Aji kian jadi.
>>Bersambung>>