Beberapa saat kemudian, Airin dan Sakha keluar berbarengan dari paviliun menuju rumah utama. "Saya tidak perlu dipaksa untuk sarapan seperti anak kecil saja!" ucap Airin mengomel di belakang Sakha. Sakha, dengan bahu lebar tegaknya terus melangkah tanpa menghiraukan gerutuan Airin, pura-pura tidak mendengar ucapan gadis itu. Saat mendekati rumah utama, Airin menatap pada tangannya yang digenggam Sakha. Seketika dia tersadar dan langsung menghempaskan tangan mereka. Saat itulah kemudian Sakha berbalik karena ikut tersulut emosi. "Sebenarnya mau kamu apa, Airin?!" katanya. Dia memang tidak sedang membentak, tapi suaranya yang rendah itu terdengar penuh penekanan. "Kalau kamu tidak mau diperlakukan seperti anak kecil, maka mulailah bersikap dewasa!" Airin balas menatapnya tajam, tidak t