Dika merasa prihatin dengan keadaan Rini sekarang, hati kecilnya merasa sedikit bersalah karena telah menolak Rini dan membuat Rini bertemu Hiro. Dika akan selalu menjaga Rini demi aibunya yang minta tolong ke Dika untuk menjaga Rini. Namun Rini sama sekali tak mau dikekang dengan berani ia malah kabur dari rumah.
Saat itu pula Dika yang sedang kasmaran dengan anak baru pindahan bernama, Naysilla membuatnya lengah menjaga Rini. Cinta pertamanya dengan Naysilla membuat Rini semakin menaruh dendam.
'Kau telah membunuh kedua orang yang aku cintai, ayah juga Hiro. Suatu saat kau akan membalasnya Dika' Bathin Rini berucap melihat kemesraan Dika dan Naysilla.
Rini kemudian kembali kerumahnya, bersikap seolah seperti biasa, namun semua telah berubah kini Rini memiliki dendam dengan Dika, penolakan Dika harus dibayar mahal oleh Nesa anaknya kini. Secara sembunyi- sembunyi Rini masih dengan ulahnya mencari kesenangan dengan beberapa pria. sampai ia hamil dan terpaksa menggugurkan anaknya ditoilet sekolah. Beberapa orang dari pihak sekolah merasa curiga pasalnya ditemukan janin berusia 6 minggu disampah sekolah. dan Rini yang sudah tak masuk 3 hari karena sakit perut.
Dibantu Naysilla, Dika yang curiga janin itu punya Rini mendatangi Rini dirumahnya. Dika sungguh prihatin dengan Rini. bagaimana bisa Rini semudah itu membunuh janinnya.
"Rini, aku dengar kau sakit. Apa sakitmu ada hubungannya dengan janin yang ditemukan ditoilet sekolah ?" Tanya Dika yang sudah menganggap Rini adiknya.
"Haa.. haa.. haaa.. jadi kau fikir aku tega menyingkirkan anakku sendiri dalam hidupku" Jawab Rini yang lebih terlihat frustasi dengan rambut acak acakan dan lisptik yang menor kemana mana.
"Huhuhuhu.... dia ninggalin aku" Kini Rini menangis tak jelas. Siapa yang meninggalkan Rini.
"Beritahu aku siapa orang yang ninggalin kamu?" Tanya Dika khawatir. sesekali ia melirik Naysilla yang berusaha menenangkan Rini.
"Hiro.. Hiro.. ninggalin gue. Dan itu gara-gara lo!" Bentak Rini marah, ia bahkan mencengkram kerah baju Dika dengan kuat. Matanya melotot bagai orang kesurupan.
"Rin.. Rin.... gwue.. hwue mina maaf, Rin" Pinta Dika susah payah karena cengkraman tangan Rini yang begitu kuat. Sekuat apapun Naysilla melerai, Rini tetap saja mencekal kuat kerah Dika.
"Rini... Plak....." Bentak Naysilla emosi ia memukul Rini dari belakang karena kalap. Mendapat pukulan Naysilla, Rini akhirnya jatuh pingsan. dan Naysilla segera membantu Dika menenangkan deru nafasnya.
"Kamu baik baik saja kan?" Tanya Naysilla kuatir sambil mengurut pundak Dika.
"Nta.. ngga papa" Jawab Dika sambil mengatur deru nafasnya. Dan sejak saat itu keluarga besar Rini memutuskan memasukkan Rini ke tempat rehabilitasi. Rini diketahui sudah terbiasa memakan narkob* sehingga ia sering sekali berhayal hal aneh.
2 tahun waktu yang dihabiskan Rini didalam panti rehabilitasi, kehilangan dan jauh dari keluarga dan para temannya. Rini yang telah dinyatakan dapat kembali kelingkungan masyarakat karena sikap dan emosinya yang sudah normal. Tapi tak ada yang tahu jika gadis itu telah menjadi psikopat, ia sama sekali tak melupakan dendamnya dengan Dika. Rini terus mencari cara membalas dendam ke Dika.
Sampai pada kesempatan Rini berkenalan dengan Roy, laki laki yang Rini anggap bodoh. Roy begitu saja percaya jika anak yang Rini kandung adalah anaknya, padahal saat itu Rini masih menjalin hubungan dengan Reno kekasihnya. Rini pikir suatu saat ia bisa memanfaatkan kebodohan Roy, dan inilah sekarang Rini yang "memetik" hasil dari buah kesabarannya. Sabar ingin membalas dendam ke Dika. Ia telah berhasil membunuh Naysilla yang juga ia benci. Tinggal selangkah baginya menyakiti Nesa anak Dika. Rini akan menyiksa semua orang yang Dika sayangi, meski laki laki itu sudah tiada.
Flashback Off..
"Aku mau jemput Rian dari sekolah dulu" ucap Reno bosan menghadapi sikap keras kepala Rini. Rini hanya melirik kepunggung Reno yang telah pergi jauh.
'Kau.. tak mengerti Reno, aku memang mencintaimu, kau Ayah dari anakku. tetapi aku tak bisa melupakan begitu saja cinta pertamaku Hiro' Bathin Rini.
----
"saya mau masuk" Perintah Pak Agus yang sengaja datang kekantor Roy demi membicarakan Nesa kembali.
"Tapi.. anda sudah tak bekerja disini lagi, dan Pak Roy meminta saya untuk tak mengijinkan anda masuk" Ucap security yang menghalangi pak Agus.
Agus hanya diam. Ia tak ingin dinilai orang tak sopan, Agus memutuskan menunggu Roy yang keluar sendiri.
"Baik aku akan tunggu Pak Roy keluar. tolong bilang aku menunggunya" Titah Agus ke security yang telah lama ia kenal. Sesuai perintah security melaporkan jika ada Pak Agus ingin menemui Roy dibawah.
"Maaf Pak.. ada Pak Agus, katanya mau ketemu sama Bapak. Penting" Ucap security lewat intercall.
"Hemmm.. biarkan ia menunggu" Balas Roy dingin. Setelah memutus panggilannya Roy nampak gelisah.
'aku harus berbuat apa' Pikirnya sendiri. dipandangi Agus yang berada dibawah dari balik jendela.
'Agus sial*n.. bisa bisanya dia berniat mengadopsi Nesa. tidak, itu tak boleh' Gumamnya sendiri.
tiba-tiba saja ia terpikirkan ide saat melihat secarik surat dimejanya.
'Kali ini aku akan memakai kartuku untuk menyingkirkan siapa saja yang ingin mengambil Nesa dariku' Ucapnya sambil mengeluarkan kertas yang telah ditanda tangani Dika.
Dengan cepat Roy mengetik surat wasiat seolah-olah Dikalah yang menulis, berteman lama dengan Dika membuat Roy mengerti cara dan bahasa Dika.
'Dengan surat ini tak akan ada lagi orang yang akan mengganggu aku juga Rini, kita akan hidup bahagia bersama.' Bathin Roy berangan-angan.
Roy yang keluar kantor langsung disambut oleh Agus.
"Saya mau bicara tentang Nesa" Ucap Agus sambil menghadang jalan Roy.
"Kau ingin bicara tentang apa? Nesa ? Ia sudah aku pindahkan kerumah sakit Singapur" Jawab Roy dengan pandangan merendahkan. Bahkan sudut bibirnya naik keatas melihat tampilan Agus yang sederhana.
"Bohong. beritahu saya dimana Nesa dirawat?" Tanya Agus emosi.
"Hahahaa... orang miskin seperti kamu tak akan mengerti rumah sakit yang ada disingapur, lagipula jika aku memberitahumu apa kau sanggup membeli tiket kesana?" Kini Roy kembali menghina Agus bertubi tubi, dan nampak Agus yang menghela nafasnya kasar. Ia tak menyangka Roy yang telah ia kenal lama menjadi sangat angkuh.
Mungkin Roy lupa jika Agus adalah lulusan luar negeri, Kairo. Ia terbiasa mengetahui kehidupan diluar negeri. Dan karna itu juga ia dinobatkan menjadi manager pengembangan karyawan baru, Ia juga mempunyai beberapa teman dari negara berbeda yang bisa ia mintai tolong.
"Kau tak perlu mencemaskan tiketku kesana, kau cukup memberitahu aku rumah sakit disana" Jawab Agus mantap. Roy yang emosi segera membuka tasnya dan mengeluarkan surat wasiat Dika yang baru saja tadi ia buat.
"Kau lihat. Dika menjatuhkan penuh hak adopsi Nesa kepadaku" Jawab Roy bangga saat melihat Agus yang terbelalak tak percaya dengan surat wasiat yang ia pegang.
'Apa ini benar wasiat dari Dika? ' Bathinnya berucap. Ingin sekali Agus tak percaya, tetapi melihat cara dan bahasa yang mirip Dika juga tanda tangan Dika membuat Agus ragu melontarkan ketidak setujuannya.
"tak perlu kau pandangi terus, kemarikan surat itu. Aku akan melegalkan ini ke pengacaraku" Ucap Roy buru buru menarik kertas tersebut tak ingin Agus merasa curiga.
Bersambung.