Bab 3. Identitas Rahasia

1306 Kata
"Kamu ... baik-baik saja?" tanya Agam menoleh ke arah Berlian yang duduk di dalam mobilnya. Agam yang dari tadi menyetir mengantar Berlian pulang itu, memperhatikan Berlian yang hanya terus terdiam. Agam merasa khawatir pada Berlian setelah pertemuan Berlian dengan mantan suaminya. Berlian pun menoleh ke arah Agam. "Ya. Aku baik-baik saja," jawab Berlian sembari bernafas panjang. "Kita sudah sampai." Mobil yang dikendarai Agam terhenti di depan rumah megah Berlian. "Terima kasih sudah menjemput dan mengantarku pulang. Aku jadi merepotkanmu." "Aku memang berinisitif untuk menjemputmu. Jujur saja, aku khawatir kalau terjadi apa-apa saat kamu bertemu mantan suamimu," ujar Agam. Berlian tersenyum getir. "Apa yang akan terjadi padaku? Aku sudah mengalami hal-hal yang jauh lebih buruk dari ini sebelumnya," kata Berlian menundukkan pandangan. Agam semakin cemas mendengarnya. "Kita sudah berteman sangat lama. Aku tahu kebiasaanmu. Kamu pasti selalu overthinking dan stress sendirian. Itulah yang menyebabkan kamu insomnia selama ini. Apa kamu mau aku menemanimu sebentar?" "Tidak apa-apa. Kenapa kamu terlalu mencemaskanku? Aku hanya perlu minum obat dari dokter dan aku akan tidur nyenyak," jawab Berlian sembari tersenyum. Berlian kemudian melepaskan jas dari Agam dan memberikannya kembali pada Agam. "Sekali lagi terima kasih. Aku akan masuk ke rumah dulu," ujarnya sembari membuka pintu mobil Agam. Berlian yang sudah di luar mobil berjalan menuju ke gerbang rumahnya. Dari dalam mobil, Agam terus memperhatikannya. Rasanya ia tidak rela melihat Berlian sendirian dalam keadaan seperti itu. Agam pun menghela nafas beratnya. "Apa kamu tidak tahu kenapa aku terus mencemaskanmu? Karena dari dulu aku menyukaimu," gumam Agam berbicara pelan. *** Agam berada di dalam mobil dan terdiam merenung. Sejak satu jam yang lalu, setelah mengantar Berlian pulang, Agam masih belum beranjak pergi dari depan rumah Berlian. Ia ada di sana memandangi jendela kamar Berlian dari luar. Lampu kamar Berlian menyala, tandanya Berlian masih belum tidur. Membuat Agam mencemaskannya. Melihat kejadian Berlian bertemu dengan mantan suaminya tadi, Agam yakin jika saat ini pasti Berlian sedang memikirkannya. Syukurlah Berlian sudah bercerai. Tapi pasti kenangan menyakitkan di dalam pernikahan yang ia alami selama lima tahun, terulang kembali. Sama seperti reaksi Berlian ketika di dalam mobil tadi. Sejujurnya Agam sudah menyukai Berlian sudah sangat lama sekali. Agam dan Berlian adalah sahabat kuliah dari universitas yang sama. Mereka juga satu jurusan. Sayangnya ia masih belum memiliki keberanian untuk menyatakan perasaan pada Berlian. Selama ini, Agam hanya menyukai Berlian dalam diam. Lima setengah tahun yang lalu, diadakan acara reuni fakultas dari universitas alumni Agam. Agam menghadiri reuni tersebut. Reuni ini, adalah satu kesempatan bagi Agam untuk menyatakan perasaannya pada Berlian. Bahkan Agam sudah menyiapkan cincin untuk diberikan pada Berlian. Berlian memang datang. Sayangnya saat itu Berlian membagikan undangan pernikahan pada semua temannya. Termasuk Agam. Saat itu, Agam merasa ia kehilangan kesempatan untuk selamanya. Agam tidak datang ke acara pernikahan Berlian. Terlalu menyakitkan baginya. Setelah itu, ia tidak pernah bertemu dengan Berlian lagi sampai waktu sekitar dua tahun, Agam kembali dipertemukan secara tidak sengaja dengan Berlian di sebuah swalayan. Agam bertemu dengan Berlian lagi ketika Berlian sudah berstatus istri orang. Agam pikir Berlian sudah hidup bahagia bersama suaminya, sayangnya tidak. Membuat Agam mengingat kejadian tersebut sekitar dua tahun lalu. "Kenapa lama sekali, sih?! Belanja begitu saja lelet!" bentak Satya pada Berlian di depan orang banyak. "Tadi aku mencarikan barang pesanan Mama." "Ya sudah cepat bayar! Dasar tidak becus!" pinta Satya. Berlian membayar ke kasir. "Lain kali kalau mau berbelanja datang saja sendiri! Belanja begini saja minta antar! Manja sekali!" Satya berjalan lebih dulu. Berlian pun membawa belanjaannya yang berjumlah beberapa kantung plastik sendirian. Satya sama sekali tidak membantu membawakannya. Satya berjalan cepat menuju keluar swalayan. Berlian menyusul Satya dengan membawa kantung plastik yang banyak dan terlihat kesusahan itu. Sedangkan Agam, hanya terdiam memperhatikan mereka keluar swalayan. Begitulah lintasan memori yang pernah Agam. Sejak saat itu, Agam jadi tahu kalau mantan suami Berlian adalah orang yang kasar, egois dan tidak bisa diandalkan. Justru membuat Agam semakin memikirkan Berlian dan menyesal, kenapa Berlian harus jatuh pada tangan orang yang salah? Rupanya takdir masih mendengar harapannya. Ia kembali dipertemukan dengan Berlian pada sebuah acara. Saat itu, ia baru tahu kalau Berlian adalah CEO dari sebuah perusahaan ternama. Dari pertemuan itu, Agam baru mendengar perceraian Berlian dengan suaminya yang terjadi baru saja. Berlian yang dari kuliah memang sudah dekat dengan Agam, menceritakan masa lalu pernikahannya. Rupanya Satya memang suami yang b******k. Agam senang dan lega mendengar Berlian bercerai. Berlian yang baik hati dan berbakat, harus mendapatkan laki-laki yang setara dan mencintainya. Pertemuan dengan Berlian setelah beberapa tahun, membuat Agam memiliki sebuah kesempatan lagi. Kali ini, Agam tidak akan melepaskan Berlian lagi. Agam menoleh ke arah jendela Berlian yang lampunya baru saja dimatikan. Membuat Agam menautkan kedua alis. Sepertinya, Berlian sudah tidur. Membuat Agam cukup lega. Begitu Berlian tidur, Agam barulah menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan mobilnya untuk meninggalkan rumah Berlian. *** Satya memasuki rumah dengan langkah kaki lemas. Ia melewati pintu dengan menyeret kakinya. Chika yang sedang bersantai di ruang tengah melihat Satya yang sudah kembali. Ia pun segera berjalan menyambutnya. "Sayang?! Kamu sudah datang?!" sambut Chika dengan wajah berbinar penuh harap. "Hm!" jawab Satya sekedarnya dan nampak lemas. Ia berjalan menuju ke sofa ruang tamu. "Bagaimana?! Apa kamu sudah bertemu dengan pimpinan Glory Garment?! Kamu sudah bertanya padanya kenapa tiba-tiba mengambil sahamnya dari perusahaanmu?" tanya Chika terlihat tidak sabar. Satya hanya diam saja. Bagaimana ia menjelaskan kalau ternyata CEO Glory Garment adalah Berlian?! Membuatnya kebingungan mau cerita ke istrinya atau tidak? "Besok saja dibahas. Malam ini aku benar-benar lelah!" ujar Satya yang berjalan ke arah kamar. "Tunggu!" Chika segera berjalan cepat dan menghadang jalan Satya. "Hari ini kamu sudah janji memberiku uang lima belas juta untukku membeli tas! Sekarang, mana uangnya?!" "Sayang, kita sudah memiliki anak. Kebutuhan kita semakin banyak. Kenapa kamu masih mementingkan soal tas? Lagi pula, bukankah tasmu sudah sangat banyak?" "Dua hari lagi aku akan menghadiri undangan pesta makan malam. Di sana banyak istri-istri para pengusaha! Tentu saja aku harus memakai barang baru yang bagus! Di sana nanti pasti banyak sekali perempuan-perempuan berkelas yang juga hadir. Aku tidak mau kalah dengan mereka. Aku harus tampil yang terbaik! Lagi pula, selama ini aku juga selalu menjadi yang tercantik." Chika menerangkan keinginan pada suaminya. Namun, Satya justru setengah melamun dan nampak tidak menghiraukan kalimat Chika. Membuat Chika heran melihat Satya. "Sayang?! Kamu mendengarku tidak?!" Chika menggoncangkan lengan Satya. "Ah! I ... iya! Aku dengar, kok," jawab Satya salah tingkah. Chika semakin heran melihat tingkah aneh suaminya. "Kenapa kamu jadi bersikap tidak tenang begini?! Apa yang terjadi di acaramu tadi?" Satya menghela nafas berat. "Sebenarnya, tadi di acara aku sempat bertemu dengan Berlian." "Berlian?! Mantan istrimu, perempuan udik itu?!" tanya Chika yang mulutnya sama sekali tidak terkontrol. "Kenapa perempuan seperti dia bisa ke acara megah seperti tadi?!" Satya kembali diam. Jika saat ini Satya menjelaskan, pasti Chika tidak percaya. Bahkan, dirinya sendiri saja sulit percaya kalau rupanya mantan istri yang ia anggap lusuh itu, kini benar-benar berubah secara drastis?! Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar. Membuat Satya dan Chika mengalihkan fokus ke arah tangisan tersebut. Chika pun menghela nafas beratnya. "Aduuuh! Padahal dia baru tidur satu jam yang lalu. Kenapa sudah bangun lagi?" keluh Chika. "Ke sanalah dan tidurkan dia! Aku sangat lelah seharian di rumah mengurus bayi itu!" pinta Chika pada Satya. Satya pun menghela nafas berat sebentar. Karena perintah istrinya, ia yang sebenarnya juga lelah itu pun terpaksa ke kamar dan menolong bayinya yang menangis. Ketika sudah sampai di kamar, Satya menggendong bayinya dan berusaha menidurkan kembali. Selama menidurkan bayi, Satya memikirkan sesuatu. "Tujuanku ke pesta itu adalah karena penasaran siapa CEO Glory Garment yang misterius selama ini. Dan kalau bisa, aku hanya ingin tahu kenapa dia mencabut semua sahamnya dari perusahaanku. Ternyata itu adalah kamu, Berlian. Tapi bukankah dukungan dana dari PT. Glory Garment sudah sejak saat aku menikahimu? Kenapa aku baru tahu sekarang? Kenapa kamu menyembunyikan identitasmu selama ini dariku?" gumam Satya dalam hati kebingungan sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN