Orin menelan. Jika dulu ia memang pernah tidur bersama lelaki ini, tapi masa lalu adalah masa lalu. Orin bertekad untuk melupakan dan meninggalkan masa kelam itu. Setiap orang punya masa lalu, setiap orang punya kesalahan, dan Orin memiliki niat untuk memperbaikinya. “Bapak mau apa?” Orin menatap tajam. “Mau apa?" Seringaian terbit di wajah Ikmal. "Tentu mau kamu!” Ikmal menunjuk Orin. Pria itu memasukkan kunci ke kantong kimono yang dia kenakan. “Aku sudah bilang, bahwa aku akan meninggalkan masa laluku. Maka jangan pernah berharap apa pun dariku! Apakah kamu tidak bisa menangkap apa yang aku katakan? Otakmu masi h normal kan?” tegas Orin tenang. Wajah Ikmal langsung berubah merah padam. “Jaga bicaramu, Orin. Kau bukan siapa-siapa! Kau hanyalah gadis miskin yang aku pun