“Aku yakin kau adalah wnaita berhati lembut. Aku tahu kau wanita yang mulia. Aku yakin kau bisa memahami ini,” bujuk Osman lembut. “Kau lakukan ini karena aku tidak bisa memberikanmu anak, bukan?” Naomi terus terisak. “Tidak, Naomi. Apa pun yang terjadi padamu, itu tidak akan mengubah pandanganku terhadapmu.” Osman mengecup pucuk kerudung Naomi. “Aku tahu ini sakit untukmu, tapi aku yakin hatimu itu mulia, sayang. Kamu pasti bisa memahami situasi ini.” Osman melepas pelukan, memberi jarak pandang. Menatap lekat wajah sembab Naomi. Naomi mendorong d**a Osman, menghambur lari masuk kamar dan menutup pintu. Osman mengejar, berdiri di depan pintu kamar, mengguncang handle. Ternyata dikunci dari dalam. Tangis Naomi amsih terdengar dari luar. Osman paham dengan kesedihan Naomi.