Godaan Istri Kedua

661 Kata
Orin menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Bingung harus bilang apa. namun kemudian ia kembali tersenyum dan berkata, "Setelah pernikahan ini, aku sudah putuskan bahwa perselingkuhan itu hanyalah masa lalu dan tidak akan mungkin terjadi lagi. Aku akan tinggalkan masa lalu yang buruk itu. Aku hanya milikmu. Seutuhnya. Aku sudah mengakhiri semuanya dengan Ikmal. Dia lelaki yang buruk." Ya ampun, wanita ini benar-benar sangat polos sekali. Dia tidak menutupi keburukan yang seharusnya dia sembunyikan. Dia tidak munafik, tidak perlu pura-pura baik untuk dapat terlihat bagus di mata Osman. "Sudah seharusnya kamu tahu sekarang, dari pada kamu tahu belakangan dan akhirnya hidup kita malah jadi kacau. Ya, aku ini gadis yang buruk. Tidak ada bagus-bagusnya. Jadi jangan berharap lebih dariku. He heee…" Orin kembali mengalungkan lengannya ke leher Osman. Menatap lekat wajah tampan itu. Dan kini, ia baru kenyadari betapa wajah itu sangat menawan. Ternyata benar, Orin sedang merasa jatuh cinta. Cepat sekali perasaan itu tumbuh. Benar-benar misteri. Telapak tangan Orin mengelus d**a bidang yang menyuguhkan lekukan kokoh di balik kemeja putih. "Apa aku tidak menarik?" bisik Orin. Osman hanya diam, lalu berusaha melepas lengan Orin dari lehernya. Namun gagal. Wanita itu memperkuat pegangannya. "Kamu tidak mau menyentuhku? Aku jelek, ya?" Orin mengangkat alis tinggi. Ia mendorong badan gagah itu hingga berjalan mundur. Bruk. Tubuh Osman jatuh di atas kasur, bersama dengan Orin di atasnya. Osman sungguh ingin menolak. Namun sialnya dia masih merasa normal. Wanita di hadapannya itu ternyata sangat memikat dengan gayanya yang ganas, juga begitu dahsyat. Sangat menggoda. Tba-tiba saja sosok Naomi menghilang dari otak Osman. Pria itu terbuai dan lupa. Terhanyut dalam situasi. Sekali lagi, Osman mengembalikan kesadaran supaya jangan tergoda, hatinya sangat ingin menolak, namun fisiknya bertolak belakang, justru mendamba. Ia kelepasan, tidak kuasa menahan diri. Godaan seorang Orin berhasil meruntuhkan dinding kekuatannya yang sejak tadi merasa tidak tertarik. Tanpa sadar mereka telah bertukar segalanya, semuanya berjalan seperti di bawah alam sadar. Orin benar-benar dahsyat dalam hal menggoda. Selain cantik dan memiliki fisik yang ideal seperti miss universe, dia juga punya bakat dalam hal ini. Osman kalah telak. Gejolak dalam raganya menggelegak. Dia mereguk kenikmatan dalam pelepasan. Dan saat menyadari diri sudah menyelesaikan hajat, ia meraih pakaian dan mengenakannya dengan ekspresi penuh penyesalan. Dalam hati mengutuki diri. Kenapa harus lengah dan kalah? Dia sudah mengkhianati istrinya. Kini Osman sudah mengenakan pakaian lengkap, menatap Orin yang duduk di kasur dengan selimut menutup sampai ke leher. "Satu hal yang perlu kamu ingat baik-baik, rahasiakan pernikahan ini!" titah Osman mendominasi. "Hm?" Orin mengangkat alis, bingung. "Jangan sampai istriku tahu soal ini. Sebab saat kamu membuka rahasia ini, tentu infonya akan terdengar sampai ke telinga istriku. Tidak boleh ada seorang pun di kantor yang tahu hal ini." “Jadi… kamu sudah punya istri?” Orin seperti kesambet. Kenapa ia baru tahu bahwa sekarang ia menjadi madu wanita lain? Ini tidak ada dalam pembicaraan awal. “Apakah Pak Ikmal tidak mengatakan hal itu?” "Tidak. Ya sudahlah. Semuanya sudah terjadi.” Orin mengibaskan tangan ke depan wajah. “Ingat, rahasiakan pernikahan ini dari siapa pun!” “Oke, oke. Baiklah. Aku paham." Orin mengangguk dengan senyum. "Huh, buruk sekali nasibku. Awalnya jadi selingkuhan, alias kekasih yang disembunyikan. Sekarang sudah punya suami pun tetap jadi istri yang dirahasiakan. Ck ck ck." Osman melenggang pergi. "Hei, kamu mau kemana?" teriak Orin. "Pulang pada istriku. Jangan pernah menghubungiku selagi aku di rumah," jawab Osman sambil terus berjalan menuju ke luar. Orin mengedikkan pundak. Membanting tubuhnya ke kasur. Tersneyum mengingat momen manis yang baru saja tercipta. Ah, mukanya memanas. Betapa indah. Dan inilah pertama kalinya Orin merasa sangat bahagia. Namun senyum itu kemudian menghilang saat teringat Ikmal. Orin menyesal sudah melakukan kesalahan besar. Menyerahkan mahkota berharga pada lelaki brings*k itu hanya demi uang. Setelah ini, dia berjanji tidak akan pernah berhubungan lagi dnegan Ikmal, kecuali untuk urusan pekerjaan. Andai saja ia bertemu dengan Osman lebih cepat, pasti ia akan jatuh cinta pada pria itu dan tidak akan keblinger pada Ikmal yang hanya mengandalkan uang dan jabatan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN