“Sudah! Lupakan masa lalu. Jangan dibahas lagi. Kamu tidak mau calon tunanganmu sampai tahu hubungan gelapmu kan? Maka lebih baik diam. Sebab saat kamu bertingkah macam-macam, aku bisa saja mengatakan semuanya. Bom. Calon istrimu terkejut, pernikahanmu gagal. Keluargamu malu. Hancur semuanya. Lebih baik cari aman saja. Okey?” Orin tersenyum puas. Dengan langkah tenang, ia meninggalkan ruangan. Bahkan sempat berhenti di pintu hanya untuk menoleh dan mengedipkan satu mata. “Good bye! Lupakan Orin Humaira. Fokuslah pada pernikahanmu yang hanya tinggal menghitung waktu.” Ikmal meninju udara. Kesal sekali. Dia merasa pusing seketika. Orin adalah gadis yang sempurna di matanya. Tidak ada gadis sesempurna Orin. Dan Ikmal merasa sangat kehilangan. Setelah memastikan asetn