"Tuan, sajikan makanan terbaikmu" kata Zein lagi merasakan aura tidak menyenangkan mengeruar dari para wanita yang bersamanya.
"Baik tuan" katanya mengangguk, lalu pria paruh baya tersebut pergi meninggalkan mereka.
"Huff." Zein menghembuskan nafas berat, dia mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajahnya sejujurnya dia merasa tidak enak berada ditengah kedua wanita itu. Tak tahan lagi dia segera bangkit.
"Mau kemana?!" tanya Arsy jutek. Pria itu kembali mendudukkan dirinya lagi dengan wajah takut yang dibuat-buat. Gadis itu berusaha meredam amarahnya.
"Hmm, lebih enak berada dimedan perang menggunakan pedangku dari pada berurusan dengan wanita yang sakit hati" sindirnya dengan sok bodoh.
Brak...
Zein langsung terkejut mendengar suara gebrakan meja yang begitu kuat tapi itu bukan dari Arsy ataupun Sekar tapi dari 5 orang pria yang bertubuh besar dan terlihat menyeramkan, mereka juga membawa pedang.
Arsy merasa ketakutan melihat para pria itu dia menggenggam lengan sang kekasih meminta perlindungan sedangkan Sekar, dia sudah sering menjumpai kejadian semacam itu hingga dia terlihat tenang tapi tetap waspada kalau Zein tidak usah ditanya lagi pria itu sama sekali tidak merasa terganggu.
"Jangan takut Arsy, bersikaplah biasa aku akan melindungiku" katanya sambil membalas genggaman tangan tunangannya.
Dari ekor matanya Zein terus mengamati ke 5 pria itu sesekali dia memprhatikan para pengunjung dan pelayan yang terlihat ketakutan, dia sungguh tidak suka pemandangan ini dia sudah bisa membaca isi pikiran mereka dan niat jahat dihati mereka.
Tak lama kemudian seorang pria tampan mengenakan pakean sutra merah dan ikat kepala hitam mengkilat menghampiri mereka lalu berjalan hingga didepan mereka.
Mata Zein membulat melihat siapa pria itu. Katakiof pimpinan perguruan Elang terbang musuh bebuyutannya pria itu selalu menghiasi otak dan hatinya dengan hal yang buruk dan suka menindas rakyat kecil.
Deg ...
"Egh ... ."Zein mengerang tertahan saat lagi-lagi rasa nyeri didadanya kembali terasa rasanya seperti mendapat tusukan pedang dari dalam, dia menundukkan kepalanya dan merabah pelan d**a kirinya.
"Kak Zulka, kau baik-baik saja?" tanya Sekar khawatir dia memegang tangan pria itu yang berada diatas meja. Pria itu membalas genggaman tangan ratu hatinya agar dia tidak begitu khawatir walau nyatanya dia jauh dari keadaan baik-baik saja.
"Sudah lama aku tidak mendatangi tempat ini ... "kata Katakiof sambil mengamati rumah makan itu.
"Benar pimpinan" sahut pria kekar yang memakai ikat kepala biru.
"Wanitanya semakin cantik-cantik" katanya lagi.
"Benar pimpinan." kali ini pria yang menggunkan ikat kepala merah yang berbicara.
"Kalian pilihlah wanita yang tercantik yang kalian suka, aku mau makan dulu ... pelayan" katanya lalu memanggil pelayan. Kata Kiof melangkahkan kakinya menuju meja kosong di pojok didepan meja Zein, dia tak memperdulikan para anak buahnya yang sibuk menggoda wanita. Pria itu terus memandangi Sekar lalu mengalihkan perhatiannya pada Zein yang menundukkan kepalanya.
"Hei kau!" serunya. Sekar mendongakkan wajahnya menatap Kata Kiof.
"Siapa pria disampingmu itu?, rasanya tidak asing untukku" katanya sambil menuangkan minuman dalam gelasnya.
"Suamiku" jawab Sekar sudah tanggung dengan kebohongan yang mereka buat. Zein hanya diam dia tidak mungkin menghadapi pria itu dengan kondisi begini disaat jantungnya seakan terus dihajar dari dalam. Sedangkan Arsy semakin bersembunyi dibelakang bahu sang kekasih.
"A, a, a. Tidak, aku yakin aku pernah bertemu dengannya ... tapi aku lupa dimana" katanya lagi dengan ekspresi seakan mencoba memutar ingatannya.
"Kau!." Sekar mengalihkan perhatiannya pada pria yang berseru sambil menunjuknya. Pria itu berjalan menghampirinya.
"Kau sangat cantik nona, bagaimana kalau kau hari ini denganku, dan tinggalkan saja pria penyakitan itu" katanya sambil mengerling pada Zein . Ingin rasanya Zein membungkam mulutnya dengan Raiton Soranya.
Kata Kiof menyipitkan matanya menatap Zein.
"Penyakitan?" tanyanya memastikan.
"Ya. Pimpinan, lihat saja dia terus memegangi dadanya dan terlihat menahan sakit" jawabnya. Pria berikat kepala merah itu memang hebat dalam mengenali kondisi seseorang hanya dengan sekali lihat meski lawannya menyembunyikannya.
Sekar mengalihkan perhatiannya pada Zein begitu juga Arsy, ternyata apa yang dikatakan pria berikat kepala merah itu memang benar adanya. Pria yang dicintainya terlihat menahan sakit yang teramat sangat.
Saat pria berikat kepala merah itu ingin menyentuh Sekar mendadak dia langsung terpental. Zein sudah berdiri tegak dengan tatapan mata membunuh pada pria itu.
"Sekali kau sentuh ratuku, namamu hanya akan tinggal kenangan" ancamnya. Seketika nyali pria itu menciut melihat rekannya terpantal ke-4 tamannya langsung menghampirinya seakan mereka siap membalas dendam.
"Sial, siapa kau berani melawan kami" katanya tak terima.
"Kau tak perlu tau siapa aku, tapi jangan berani mengganggu kami" kata Zein memperingatkan.
"b******k, serang dia!" Seru pria memakai ikat kepala biru. Serempat mereka langsung menyerang Zein, pria itu melompat keluar untuk menghindari kerusakan yang akan ditimbulkan akibat pertempuran mereka. Dia segera mengeluarkan pedang naga langitnya. Mengabaikan rasa sakit dijantungnya yang terus menyakitkan seiring jurus yang dia keluarkan dia menyerang ke-5 orang itu tanpa membiarkan mereka bisa membalas serangannya.
Trang
Trang
Duag
Bruk
Dentingan pedang tendangan dan suara orang terlempar menjadi hiasan diudara dan pemandangannya pun serupa.
Mereka merasa terpojok dia tau kekauatan lawannya setara dengan pimpinannya tapi sebagai seorang pendekar mereka tidak boleh pengecut.
"Zein Zulkarnain, perguruan raja wali" gumam Kata Kiof saat ingatnya tentang pria itu telah kembali.
Zein menatap ke-5 orang itu bengis dia mengeluarkan jurus elemen petirnya.
"Elemene petir Tombak halilintar" teriaknya diarahkan pukulannya langsung pada ke-5 orang itu.
Blarr ...
Tapi sayangnya mereka baik-baik saja karena tombak petir milinya bertabrakan dengan cambuk petir milik Kata Kiof.
Kata Kiof berdiri angkuh menatap pria itu begtupun Zein tak pernah gentar dengan apapun walaupun sekarangnya jantungnya terasa dirobek-robek dari dalam. Dia menutup mulutnya lalu memejamkan matanya darah segar keluar dari mulutnya.
Setelah itu dengan tenang dia mengelap darah itu dan matanya terbuka seketika penampilannya juga berubah.
Zein mengenakan baju kebesaran sebagai pimpinan perguruan Rajawali. Ikat kepalanya berwarna putih mengkilat dengan permata biru ditengahnya, pakeannya mengenkan putih bersih dilehernya ada garis warna biru tua disisis-sisinya bersinar seperti berlian. Pakeannya panjangnya sampai mata kaki tapi mulai pinggang bajunya bukaan hingga seperti selendang bahasa jawanya(blean) hingga mata kaki. Baju itu dilapisi pemata kecil-kecil hingga membuatnya terlihat bersinar. Celananya juga puth bersih. Genzo menggenggam sebuah pedang yang disebut pedang pelangi.
Chapter depan pertarungan menegangkan antara Zein dan Kiof