"Bibik nanti antarkan kekamarku ya."pintanya dia ingin segera menghindar dari Arsy untuk sementara ini. Gadis itu mengerti gelagat sang kekasih langsung menarik bajunya dari belakang hari ini pria itu tidak memakai baju kebesarannya dia hanya memakai baju biasah dan sederhana.
"Kau mau melarikan diri sayang? "tanyanya dengan nada mengancam. Perlahan pria itu membalikkan badannya dan tersenyum cengengesan pada sang calon istri sungguh kalau seperti ini dia tidak terlihat seperti seorang penguasa.
"Ehehehe ... ". Arst merengut melihat sikap cengengesan sang kekasih.
"Hentikan cengiran bodohmu itu! kau tidak terlihat seperti seorang raja kalau seperti itu."gerutunya.
"Itu hanya didepan kalian, orang-orang yang sudah kuanggap sebagai keluargaku."jelasnya. Gadis itu menjadi terharu dengan perkataan sang kekasih, dia langsung memeluk pria itu tanpa permisi.
"Aku sungguh terharu, aku senang kau tidak berubah dengan gelarmu itu Zein,"katanya masih dalam memeluk sang kekasih.
"Ada kalanya aku harus menunjukkan wibawahku, ada kalanya aku menunjukkan rasa sayangku dan masih banyak lagi yang lainnya."jelasnya. Arsy segera melepaskan pelukannya dan menatap sang kekasih penuh cinta namun detik berikutnya tatapannya berubah jadi seperti memohon.
"Apa? "tanya Zein yang memahami maksud tatapan gadis itu.
"Antarkan aku keluar istana,"pintanya dengan nada memohon.
"Untuk apa? "tanyanya heran.
"Aku ingin membeli hadiah ulang tahun untuk ibuku, besok dia ulang tahun dan aku ingin mengunjunginya hari ini, bolehkan Maharaja? " rengeknya. Zein mencebikkan bibirnya kalau sudah ada maunya gadis itu pasti akan bersikap seperti ini.
"Kenapa tidak pergi sendiri?"tanyanya.
"Kau taukan? aturan diistana ini seorang pelayan tidak boleh keluar masuk istana tanpa Izin."jelasnya.
"Baiklah ayo pergi "ajaknya.
"Tunggu!" intrupsinya.
"Apa lagi?,"pria itu mulai gusar.
"Kau tidak memakai jubah kebesaranmu?"tanyanya mengingatkan.
"Tidak, dengar!, para prajurit itu tidak akan menghentikanku hanya karena aku tidak memakai jubar kebesaranku,"jelasnya yang mulai jengkel.
"Baiklah, ayo!"ucap Arsy dan langsung menggandeng lengan sang kekasih.
Mereka berjalan menuju gerbang istana tanpa memperdulikan tatapan para pelayan istana.
"Che ... mereka tidak mengenali rajanya,"gadis itu mencibir.
"Ahahahaha ... kau ini terlalu sibuk memperhatikan mereka, Arsy ,"guraunya. Gadis itu memanyunkan bibirnya seharusnya kekasihnya itu memberi hukuman bagi mereka yang tak mengenali rajanya hanya karena tdak mengenkan jubah kebesarannya. Begitu sampai didepan pintu gerbang mereka berdua dihadang oleh penjaga gerbang.
"Kalian mau kemana? "tanyanya.
"Keluar,"jawab Zein.
"Apa kalian punya surat izin untuk keluar istana ini?,"tanyanya penuh selidik.
"Kami ada urusan sebentar penjaga,"jawabnya lagi.
"Kalian tidak boleh keluar sebelum menunjukkan surat izin kerajaan!."tegas penjaga itu. Zein menghela nafas pasrah, jika sudah begini maka dia harus menunjukkan siapa dirinya.
Zein mengluarkan tanda khusus yang hanya dimiliki oleh seorang raja dan tanda itu hanya dimiliki maharaja, penjaga gerbang itu langsung bersujud menyadari kesalahannya.
"Ampun Yang Mulia, saya tidak menyadari anda dengan pakean seperti ini,"katanya penuh sesal.
"Bangunlah! buka gerbangnya aku dan calon istriku akan keluar sebentar,"katanya.
"Baik Yang Mulia,"katanya patuh. Kemudian pintu gerbang segera dibuka dan mereka siap melangkah keluar sebelum sebuah suara mengintrupsi mereka.
"Kak Zulka,"panggilnya. Rasanya pria itu ingin langsung berlari dan mendekap tubuh ratu hatinya itu, dia melihat wanita itu tersenyum cerah kearahnya namun yang membuat hatinya sakit adalah pria yang disamping ratu hatinya. Zein hanya menampilkan raut wajah datar tanpa ekspresi karena dia tidak ingin ada yang tau kalau dia sedang cemburu.
Sekar bersama dengan suaminya berjalan menghampiri sang Maharaja.
"Salam Maharaja." Raja Warui memberi sapaan pada keponakannya.
"Ya paman"jawabnya.
"Kak, Zulka, mau kemana?"tanya Sekar.
"Mengantar Arsy kepasar"jawabnya.
"Kenapa berpenampilan sepeti itu?"tanya Sekar lagi.
"Tidak ada"jawabnya acuh. Sekar dapat merasakan raja hatinya itu seperti tidak senang.
"Apa aku boleh ikut?"tanyanya mencoba bersabar.
"Jika suamimu mengizinkan"jawabnya melirik kearah Raja Warui.
"Pergilah istriku! hati-hati dijalan"kata Raja Warui memberi izin. Dalam hati Zein ingin bersorak kegirangan namun dia tetap harus menjaga sikap sedangkan Arsy justru dilanda cemburu berat melihat Seiran akan ikut dalam perjalanan mereka.
"Baiklah paman kami berangkat"pamitnya. Dan diangguki oleh raja Warui.
Sesekali Zein memegangi kepalanya yang terasa semakin sakit padahal dia tidak demam dan jangan lupakan dari tadi dia yang ingin muntah.
"Kak Zulka kenapa?" Tanya Sekar khawatir.
"Tidak apa" jawabnya sambil terus berjalan.
"Kenapa tadi kita tidak naik kereta kuda saja, Zein? " keluh Ranze. Dia heran pada kekasihnya itu, dia seorang raja bukan, tapi lihatlah mereka berjalan kaki untuk pergi kepasar biasanya seorang warga kerajaan pakek kuda atau kereta kuda dan dikawal 1000 prajutit bukan seperti rakyat kecil begini.
"Untuk apa kereta kuda kalau kakimu saja masih bisa berjalan" balasnya membuat kekesalan Arsy meningkat sedangkan Sekar merasa iri melihat interaksi antara mereka yang tidak ada kecanggungan sama sekali.
"Tapi aku, kan lelah, Zein, berjalan terus." Gadis itu semakin mengeluh karena kakinya mulai lelah berjalan sudah hampir 1 km. Kadang dia berfikir kekasihnya itu sangat aneh, padahal diistana ada pasar yang lebih bagus didaerah ibu kota tapi pria itu justru membawanya kedesa yang cukupa jauh.
"Zein , seingatku didepan sana ada hutan" kata Arsy.
"Ya, kau benar dan kita akan bertamasya dihutan" jawabnya tanpa perasaan. Gadis itu mendelik tidak suka kearah sang kekasih sedangkan Sekar hanya tersipu membayangkan suasana romantis yang akan mereka berdua lakukan.
"Kau gila!, bagaimana kalau kita bertemu dengan perampok yang akan akan mengambil uang kita lalu membunuh kita aku tidak mau mati muda ,Zein. Aku ingin menikah denganmu dulu" raunganya tanpa koma. Zein menutup telinganya dengan kedua tangannya mendengar suara Arsy yang melengking membuat telinganya berdenging.
"Kenapa kau yang seorang pelayan sangat cerewet" keluhnya. Gadis itu memicingkan matanya pada sang kekasih lalu melirik Ratu Seiran yang berdiri disamping pria itu.
"Ya, ya Maharaja" katanya malas.
"Sst ... ."Sekar dan Arst langsung menoleh penuh khawatir pada Zein mendengar pria itu mendesis dan memegangi kepalanya terlihat sangat kesakitan.
"Kau kenapa Zein/kak Zulka? " tanya Sekar dan Arsy bersamaan. Zein melirik kedua wanita yang sama mencintainya itu.
"Tak apa, hanya sakit kepala" jawabnya.
"Kalau begitu kita istirahat dulu kak,Zulka," usul Sekar.
"Itu benar, Zein. Lihatlah! wajahmu terlihat pucat" kata Arsy membenarkan ucapan Sejar. Pria itu nampak berfikir sejujurnya tubuhnya memang tidak fit sama sekali, ah ... tapi bukankah memang sekarang tubuhnya tidak seperti manusia lain sangat lemah hanya jiwanya saja yang sangat kuat hingga dia tidak pernah menyerah dengan segala macam apapun yang terjadi dalam hidupnya.
"Baiklah -"ucapnya menggantung dia memperhatikan sekelilingnya, dia melihat sebuah warung makan tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Kita istirahat diwarung makan itu saja" katanya sambil menunjuk sebuah warung makan. Sontak kedua wanita berbeda usia itu mengarahkan pandangannya pada arah yang ditunjuk oleh pria yang mereka cintai.
"Tapi-"ucapan Arsy terpotong saat sebuah tangan kekar mnariknya, gadis itu melihat kearahnya ternyata kekasihnyalah yang menariknya tapi yang membuatnya sedikit kecewa adalah pria itu juga menarik tangan Sekar.
"Kau terlalu banyak mengeluh, Arsy," kata Zein sambil terus menarik tangan gadis itu.
Setelah sampai diwarung itu terlihat banyak sekali pengunjung, ada yang seperti mencumbui seorang wanita ada juga yang bermain judi ada juga yang makan dengan tenang.
"Sebenarnya ini rumah makan atau tempat manusia melakukan kemaksiatan" gumam Zein.
"Ada apa kak Zulka?" Tanya Sekar melihat raja hatinya hanya berdiam diri didepan warung makan tersebut tanpa niatan untuk masuk.
"Tempat ini sudah seperti pintu masuk neraka" katanya ambigu. Kedua wanita itu hanya mengerutkan keningnya mereka menelisik tempat ini dan tidak mendapati lubang besar atau api.
"Pintu neraka dimananya? "Gumam Arsy bingung.
"Kak Zulka benar, tapi menurut raja Warui tidak masalah selama tidak menganggu ketertiban" jawab Ratu Sekar.
"Hah ... ."Zein hanya mendesah lalu dia melangkahkan kakinya memasuki rumah makan tersebut diikuti oleh kedua wanita tadi, mereka menduduki meja kosong yang ada dipojokan. Matanya terus menelisik para pengunjung tempat ini tak lama kemudian seorang pria paruh baya datang menghampiri mereka dengan membawa nampan kosong.
"Mau pesan apa? "tanya pria itu ramah. Dia memperhatikan Zein yang terlihat memperhatikan pria dan wanita yang terlihat seperti suami istri atau sepasang kekasih tapi nyatanya mereka hanya wanita panggilan.
"Apa tuan ingin dilayani oleh mereka?" tanyanya lagi. Arsy dan Sekar mendelik tajam mendengar pertanyaan tak jelas dari pria itu.
"Kekasihku bukan p****************g" jawab mereka bersamaan. Pria tua itu terlihat seperti menahan tawa mendengar pembelaan dari dua wanita cantik yang menjawab secara bersamaan.
"Tapi kelihatannya tuan ini juga sama, buktinya kalian mengaku sebagai kekasihnya" goda pria paruh baya itu. Zein langsung menatap tajam pria itu membuat pria itu langsung bungkam dan menunduk hormat.
"Gadis disampingku ini adalah Arsy seorang pelayan istana, dia adalah istri keduaku dan wanita cantik ini adalah istri pertamaku" ungkapnya. Seketika Sekar dan Arsy langsung menoleh pada Zein yang bicara seenak hatinya seakan dia lupa bahwa dirinya adalah seorang Maharaja.