Hingga hari beranjak sore, nyatanya Lily tetap enggan untuk membuka pintu kamarnya dan mau tidak mau Faiz harus kembali merendahkan egonya di hadapan Lily, wanita yang sangat dia cintai, mengalah hanya agar Lily mau bicara dan keputusan akhirnya Lily akan tetap melakukan penerbangan lusa namun setelah itu Lily berjanji akan mengambil resign dan mengatakan jika ini adalah penerbangan dia yang terakhir,
"Maaf jika aku terus memaksakan kehendak ku atas mu." Lirih Faiz yang akhirnya mau tidak mau meminta maaf pada Lily atas egonya yang terus meminta Lily untuk resign padahal sejatinya Faiz tau bagaimana perjuangan Lily untuk mewujudkan mimpinya itu. Bukan perkara muda menjadi pramugari dengan karier cemerlang seperti Lily. Selain harus menguasai berbagai bahasa, dia juga harus memiliki tingkat ketenangan yang tinggi setiap kali menghadapi penumpang dengan trauma dan phobia nya, hanya saja masalahnya di sini Faiz adalah seorang pebisnis cukup populer, dan CEO tiga perusahaan besar, Faiz merasa Lily bisa mendapatkan kedudukan lebih dari sekedar pramugari, yang di mata Faiz hanya seorang pelayan, Lily bisa menjadi pemimpin dan duduk manis di kursi pesawat dan di layani dengan pelayanan mewah, karena Faiz bisa melakukan itu untuk Lily, tapi herannya Lily tetap tidak mengerti keinginan Faiz itu dan tetap memilih menjadi pramugari atau bahasa kasarnya pelayan pesawat dari pada menjadi penumpang yang memerintah para pramugari atau bahkan pilotnya. Ini seperti sikap Faiz yang berbanding terbalik pada Yasmin. Saat Lily yang melakukan kesalahan, maka Faiz yang akan meminta maaf, tapi ajaibnya Faiz masih saja tidak mengerti bagaimana cara menghargai arti sebuah perasaan.
"Temukan Yasmin dan bawa dia pulang. Dia harus merawat King Faaz karena saat ini yang paling King Faaz butuhkan hanya Yasmin, dan Mas tau sendiri bagaimana Mama. Mama begitu terpukul karena tidak bisa menemui cucu perempuannya, jadi aku tidak mau tau bagaimanapun caranya , Mas harus menemukan Yasmin dan kembali kan Naima pada Mama." Ucap Lily mengulang berkali-kali kalimatnya dan itu membuat Faiz semakin muak dengan Yasmin.
Yasmin benar-benar menguasai semua dunianya. Menguasai ibu dan ayahnya, menguasai Lily dan lihatlah, saat Yasmin tidak ada pun mereka masih saja di buat repot dan kesal oleh-nya.
"Jika Yasmin kembali, ku yakin Mas juga tidak akan kerepotan untuk kembali mencari ibu s**u untuk putraku, karena aku yakin Yasmin akan menangani putra kita tanpa harus membuat seluruh dunia ikut campur seperti yang kita lakukan dua bulan ini, dan aku yakin putraku juga pasti akan tumbuh lebih baik dari saat ini!" Sambung Lily dengan tatapan lurus ke arah luar jendela tanpa ingin menatap lawan bicaranya dan Faiz hanya menunduk dalam diam, seolah tidak punya kata untuk mendebat ucapan wanita itu, Lily.
Bangkit dari duduknya, lalu berjalan menghampiri Lily , memeluk punggungnya sembari menghirup aroma bahu dan ceruk leher Lily.
"Iya. Aku akan berusaha lebih lebih keras lagi untuk menemukan Yasmin dan putrinya, seperti yang kau inginkan!" Jawab Faiz pada akhirnya dan Lily terdengar menghela nafas dengan sangat dalam kemudian menghembuskannya dengan sangat kasar. Tangannya dia angkat untuk menyentuh rahang Faiz karena sama seperti Faiz, dunia Lily juga tidak baik-baik saja tanpa Yasmin, tanpa pernah Lily tahu jika dalang dibalik hilangnya Yasmin adalah Faiz sendiri.
"Semua orang pernah berbuat salah dan khilaf Mas, dan mungkin saat itu Yasmin juga melakukan khilaf itu ketika memutuskan pergi dengan membawa aset yang Mas bilang dan jika hanya aset itu yang Yasmin inginkan, berikan saja asalkan dia mau kembali pada Mas!" Ucap Lily benar-benar ingin mengalah untuk menang seolah-olah Yasmin memang melakukan kesalahan yang sebelumnya Faiz tuduhkan padanya, kabur dengan membawa aset yang bahkan hanya beberapa persen dari harta yang Faiz miliki.
"Iya!" Jawab Faiz lemah karena saat ini dia hanya ingin membuat Lily tenang sementara untuk urusan Yasmin, akan dia pikirkan nanti.
Di tempat lain.
"CEO kami menyetujui rancangan Anda, Nyonya Ishaq, dan dia meminta berkasnya secara fisik. Kami juga sudah mengirimkan Anda kontrak kerja sama untuk Anda tandatangani secara online, sebagai bentuk dari kesepakatan kita!"
Email yang baru saja Yasmin terima dan senyum itu langsung terlihat terbit di kedua sudut bibir Yasmin dan Ambu yang kebetulan menoleh ke arah Yasmin ikut tersenyum saat melihat pancaran kebahagiaan di wajah putrinya itu.
"Oh. Syukurlah. Baik saya akan langsung menandatangani kontrak kita!"
Yasmin membalas pesan.
"Tapi mohon maaf Nyonya Ishaq. CEO kami ingin bertemu. Dia ingin Nyonya Ishaq sendiri yang mempresentasikan rancangan Anda ini. Sekalian kita akan menandatangani berkas dan penyerahan berkas ini sebagai hak paten perusahaan kami dan setelah itu Anda akan terlepas dari hak kuasa Nyonya atas rancangan ini. Adakah kiranya Nyonya Ishaq punya waktu?"
Selang beberapa menit kembali email masuk di akun khusus Yasmin dan Yasmin langsung diam memikirkan apa yang harus dia lakukan. Sebenarnya ini bukanlah pekerjaan yang sulit untuk Yasmin lakukan, sebagai pekerja profesional Yasmin memang sudah terbiasa melakukan ini hanya saja untuk saat ini dia berada jauh dari kota tempat perusahaan itu berada sementara Yasmin juga sedang tidak bisa meninggalkan Neima jika harus bekerja di luar rumah namun sudah menjadi tanggung jawab Yasmin untuk mempresentasikan pekerjaannya sebelum Yasmin benar-benar melepas hak atas ide, dan rancangannya pada satu perusahaan yang telah membayarnya secara profesional.
"Dimana?" Balas Yasmin.
"Di perusahaan induk kami. Besok akan di adakan meeting dengan empat CEO perusahaan lain, yang merupakan kolega bisnis perusahaan kami. Mereka sepakat menggunakan desain dari Anda, hanya saja CEO kami ingin Anda sendiri yang mempresentasikan desain itu."
"Tapi saya tidak bisa meninggalkan putriku, dia masih kecil dan masih di bawah pengawasanku." Balas Yasmin berusaha menolak halus pertemuan itu karena lokasi pertemuannya ada di luar pulau.
"Oh,,, ayolah Nyonya Ishaq. Kami akan menanggung semua akomodasi Anda. Bila perlu, kami akan menjemput Anda. Anda juga bisa membawa putri Anda jika mau, asalkan Anda bersedia untuk satu permintaan CEO kami."
"Akan saya pikirkan." Balas Yasmin lagi.
"Oh, ayolah Nyonya Ishaq. Kita sudah bekerja sama dalam banyak proyek, masa iya kau tidak mau mengabulkan permintaan CEO kami. Ini juga akan sangat baik untuk CV Anda. Kami akan memperkenalkan CV Anda sebagai CV amanah yang kualitasnya tidak perlu di ragukan lagi, dan kami yakin setelah ini , akan ada banyak proyek yang akan menggunakan jasa Anda. Dan itu akan sangat baik untuk perkembangan CV Anda!" Balas sekertaris itu lagi dan Yasmin langsung terdiam memikirkan apa yang baru saja sekertaris itu coba jelaskan dan sepertinya itu tawaran yang cukup menarik yang sayang untuk di lewatkan, toh tadi mereka juga mengatakan dia bisa membawa Naima bersamanya, dan itu artinya dia tidak perlu meninggalkan Naima dan Ambu.
"Kenapa hanya melamun. Apa Ambu perlu buatkan teh lagi untuk menemanimu bekerja?" Tiba-tiba suara Ambu mengalihkan keterdiaman Yasmin.
"Ah tidak Ambu. Yasmin tidak melamun kok. Yasmin hanya sedang berpikir!" Jawab Yasmin jujur. "Baca ini deh Ambu!" Seru Yasmin memperbesar layar laptopnya agar Ambu bisa membaca deretan pesan yang baru saja dia terima dan Ambu Fatimah langsung fokus membaca setiap pesan di laptop Yasmin kemudian ikut tersenyum manis sama seperti Yasmin.
"Ambil Nak. Itu penawaran yang sangat bagus. Kau tidak perlu memikirkan Naima, Ambu akan menjaga Naima dengan baik selama kau pergi. Pergilah. Ambu yakin ini awal yang baik untuk semua kerja kerasmu selama ini. Kau harus menjadi kuat dan mandiri seperti kata Bapak mu. Percayalah, tidak ada yang bisa merubah takdir seseorang, kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubah takdirnya sendiri dan Ambu yakin kau juga bisa!" Jawab Ambu Fatimah setelah membaca semua pesan itu dan mendapatkan kesimpulan jika itu peluang baik untuk pekerjaan Yasmin.
"Tapi Ambu!" Yasmin ingin menolak, tapi Ambu Fatimah langsung menggeleng.
"Naima akan baik-baik saja bersama Ambu. Lagian Ambu yakin kau tidak akan lama berada di sana. Mungkin satu atau dua hari saja!" Potong Ambu Fatimah karena dia benar-benar tidak ingin Yasmin lewatkan kesempatan emas itu, dan akhirnya Yasmin mengalah. Menghela nafas lalu mengangguk.
Restu Ambu sudah Yasmin anggap sebagai restu ibu dan ayahnya, karena mereka, ayah dan ibunya Yasmin menitipkan Yasmin pada Ambu Fatimah sesaat sebelum mereka pergi dan wajar jika Yasmin dan Ambu Fatimah akan menjadi satu paket setelah begitu banyak waktu dan tenaga yang Ambu Fatimah lakukan untuk Yasmin.
Dan sore itu Yasmin juga langsung mengirim balasan 'oke, dia setuju untuk mempresentasikan rancangan dia dihadapan empat CEO perusahaan lain seperti kata sekretaris tadi. Dan setelah mendapat kesepakatan, Yasmin juga langsung menutup laptopnya.
Di tempat lain.
"Tuan. Nyonya Ishaq bersedia datang untuk presentasi kita. Seperti yang Tuan katakan kemarin kita akan menanggung akomodasi Nyonya Ishaq. Dan tadi saya juga mengatakan akan menjemput Nyonya Ishak langsung ke Lombok!" Seru sekertaris tadi menyampaikan hasil chatting dia dan sang Arsitek.
"Oke. Persiapkan meeting untuk besok. Dan minta kolega kita untuk hadir. Aku sendiri yang akan memperkenalkan Nyonya Ishaq pada mereka!" Jawab CEO itu dan sang sekertaris langsung mengirim undangan elektronik pada semua kolega bisnis perusahaan itu untuk hadir di meeting besok, karena ini adalah proyek besar perusahaan mereka.
***
Sore yang sama di rumah sakit.
Mobil itu baru berhenti di pintu utama IGD dan dua orang perawat langsung bergegas mendorong ranjang khusus pasien, membawanya masuk untuk mendapatkan pertolongan cepat, saat Patan keluar dari pintu lain karena jam prakteknya sudah selesai. Dia hendak pulang saat tiba-tiba dia melihat pak Aga dan sopir keluarganya terlihat panik di depan pintu IGD.
"Om Aga? Ada apa?" Tanya Patan panik saat melihat ayah Faiz itu di depan pintu IGD.
"Nak Patan!" Pak Aga hanya menyapa ringan.
"Ada apa?" Ulang Patan lagi dan pak Aga langsung menghela nafas dengan sangat dalam dan melepaskannya pelan.
"Tantemu tiba-tiba koleps!" Jawab pak Aga apa adanya.
"Tante Lia koleps!" Kutip Patan bingung. "Tapi kenapa? Apa Tante Lia,,,!"
"CK,,," pak Aga langsung berdecak memotong pikiran Patan. "Entahlah Nak. Om juga belum tau. Kita tunggu penjelasan dari dokter dulu!" Jawab pak Aga saat mengambil tempat duduk di ruang tunggu depan pintu IGD dan Patan juga ikut duduk di kursi sebelah pak Al-Ghazali, diam menunggu kabar dari sang dokter.
Selang beberapa menit, pintu IGD itu terbuka dan dokter yang sebelumnya menangani Lia keluar dari balik pintu dan pak Aga langsung bangkit dari duduknya.
"Bagaimana? Apa yang terjadi dengan istri saya , Dok?" Tanya pak Aga dengan cukup sigap dan Patan ikut bangkit dari duduknya, menyimak penjelasan sang dokter.
"Nyonya Lia gak apa-apa. Dia hanya dehidrasi, hingga asam lambungnya naik dan tubuhnya kehilangan tenaga. Kami sudah membantunya dengan infus juga suplemen penambah darah, dan sebentar lagi dia juga sudah bisa di pindah ke ruang rawat inap!" Jelas dokter tadi dan pak Aga langsung terlihat bernafas lega, tapi Patan yang jadi bingung dengan kondisi Lia Dharma. Dehidrasi? Itu perkara sepele, tapi apa yang menyebabkan paruh baya itu sampai dehidrasi?
"Oh terima kasih Dok." Jawab pak Aga lega sembari mengelus d**a, dan dokter tadi hanya balas dengan tersenyum.
"Sama-sama pak. Lain kali jangan biarkan perutnya kosong. Paksa dia makan meskipun dia sedang tidak berselera. Jangan terus di turuti seperti ini. Asam lambung bukan perkara sederhana lho Pak!" Jelas sang dokter dan pak Aga lagi-lagi hanya bisa mengangguk, tapi lagi-lagi Patan yang justru semakin bingung.
"Om. Apa Tante Lia sedang ada masalah? Kenapa asam lambung Tante Lia tiba-tiba kambuh? Gak biasanya dia koleps seperti ini?" Tanya Patan yang tau betul bagaimana Lia Dharma yang begitu menjaga kesehatan dengan menghindari makanan pedas dan berminyak, setelah lima tahun lalu berakhir di operasi karena kasus batu ginjalnya, dan sekarang tiba-tiba asam lambungnya naik!
Diam. Pak Aga hanya diam tidak menjawab pertanyaan Patan karena menurutnya ini hanya penyakit yang memang sudah waktunya kumat dan menit berikutnya dua orang perawat juga keluar dari ruangan IGD tersebut meminta pak Aga menandatangani data yang sebelumnya pak Aga serahkan sebelum Lia Dharma di pindah ke ruang perawatan dan sejauh itu Patan hanya mengikuti sampai Lia Dharma benar-benar nyaman. Baru saja Patan akan duduk di kursi besi sebelah brankar , Lia Dharma justru mengigaukan nama Naima.
"Naima. Pulang Nak. Omma kangen. Pulang ya Nak. Pulang." Lirihnya namun cukup untuk di terima baik oleh indera pendengaran pak Aga juga Patan dan pak Aga buru-buru mendekat ke arah ranjang istrinya. Menaikan selimut dan meletakkan bantal di sebelah tubuh istrinya.
"Naima sayang. Pulang Nak. Omma kangen!" Igaunya lagi dan pak Aga langsung berbisik.
"Tenanglah. Kita akan secepatnya menemukan dia. Tenanglah." Bisik pak Aga dengan sangat lirih tepat di atas kepala istrinya.
"Om. Sepertinya Tante Lia hanya sedang rindu pada Naima!" Timpal Patan yang jelas-jelas mendengar igaunya Lia yang terus menyebut nama Naima. "Oh kenapa tiba-tiba Patan juga jadi merindukan bocah cantik itu sih? Apa Om gak sebaiknya mengabarkan jika Tante masuk rumah sakit pada Faiz, agar Faiz dan Yasmin datang dan membawa Naima menemui omma-nya. Atau mau Patan saja yang hubungi mereka?" Sambung Patan setelahnya dan sudah bersiap dengan mengeluarkan ponsel di saku celana bahannya.
"Tidak perlu Patan. Nanti biar Om saja yang telpon Faiz. Kalo boleh , Om minta tolong, tolong jaga Tante mu sebentar. Om keluar telpon Faiz!" Seru pak Aga dan Patan langsung mengagguk setuju dan detik berikutnya pak Aga keluar dengan gawai di tangannya dan siap untuk menghubungi putranya.
***
"Oh dia benar-benar sangat menggemaskan bukan!" Seru Lily saat menidurkan King Faaz di atas kasur dan ikut berjongkok karena bocah itu sedang menyesap ibu jari tangannya.
"Dia sangat mirip sama Yasmin. Belah dagunya, mata coklatnya yang terlihat sayu!" Lirih Lily lagi. "Dan dia juga mewarisi ketampanan Mas. Hidung mancungnya, alis dan bibir tebalnya yang sexi, rambut ikalnya. Oh dia benar-benar jelmaan Mas. Tampan." Sambung Lily dan Faiz hanya tersenyum menanggapi kekaguman Lily pada putra mereka.
"Tengok dia saat dia berusia satu atau dua tahun lagi. Ku yakin dia akan lebih condong mirip kamu, karena kamu yang sudah menjaganya selama ini!" Balas Faiz tapi Lily tidak begitu menanggapi karena dia sedang terkagum-kagum pada malaikat kecil di depannya saat tiba-tiba ponsel Faiz berdering.
Faiz langsung meraih ponselnya, dan melihat layar pemanggil. Ada nama PAPA di layarnya dan tanpa berpikir panjang Faiz langsung menerima panggilan itu.
"Ya Pa,,!" Sapa Faiz lebih dulu.
"Iz. Mama koleps dan sekarang kami ada di rumah sakit?" Ucap pak Aga to the poin.
"Mama koleps?" Seru Faiz dan Lily langsung menoleh ke arah Faiz yang sedang menerima panggilan telpon.
"Baik Pa. Faiz segera ke sana!" Seru Faiz setelah banyak bicara lalu memutuskan sambungan telponnya.
"Kenapa?" Tanya Lily yang sudah berdiri di samping ranjangnya.
"Mama koleps dan masuk rumah sakit. Kita harus kesana!" Seru Faiz yang sudah langsung berganti pakaian karena dia baru saja selesai mandi setelah melewati sesi bercinta satu sesi saat berhasil menenangkan Lily dari ngambeknya tadi dan Lily juga langsung bersiap untuk ikut.
"Bagaimana dengan putraku? Apa kita akan membawanya juga?" Tanya Lily saat melihat King Faaz yang masih anteng dengan mengemut jarinya.
"Bawa saja." Jawab Faiz singkat dan Lily di bantu baby sitter Sri langsung bersiap ke rumah sakit dan selang dua puluh lima menit mereka sudah sampai di rumah sakit di mana Lia Dharma berada.
Saat Faiz sampai di ruang rawat inap Lia, Patan sudah tidak ada di sana, hanya ada pak Aga dan seorang asisten rumah tangga yang menjaga Lia Dharma.
"Apa yang terjadi?" Tanya Faiz saat menyalami dan mencium punggung tangan ayahnya lalu beralih mencium kening ibunya.
"Beberapa hari ini nafsu makan Mama kamu turun drastis. Bahkan tiga hari ini dia kesulitan untuk sekedar makan dan minum. Dan kau tau apa alasannya? Itu karena Naima. Dia terus mengigaukan nama Naima dalam alam bawa sadarnya!" Jawab pak Aga apa adanya dan Faiz langsung diam tanpa kata.
"Apa kalian masih belum mendapatkan kabar tenang cucu Papa?" Sambung Pak Aga tapi Faiz hanya kembali menghela nafas.
"Belum pa. Tapi besok rencananya Faiz akan mendatangi tim lain untuk mencari keberadaan Yasmin dan putrinya. Dan Faiz yakin,,,"
"CK. Tidak bisakah kau mengatakan putriku, Faiz?" Kesal Pak Aga dengan penggunaan kata yang Faiz gunakan untuk Naima. "Naima bukan hanya Putri Yasmin tapi Naima juga putri kamu Faiz. Dan seharusnya kau menggunakan kata putri kami bukan justru Yasmin dan putrinya, seolah-olah hanya Yasmin yang menjadi orang tua Naima!" Pak Aga mulai muak setiap kali Faiz mengatakan Yasmin dan putrinya, atau saat Faiz menyebut Naima putri Yasmin, dan ternyata Lily juga baru menyadari kejanggalan dari setiap kalimat yang Faiz gunakan setiap menyebut atau membahas Yasmin dan Naima.
"Iya. Putri kami!" Ralat Faiz.
"Sebenarnya apa saja yang sudah kau lakukan untuk mencarinya Faiz. Kenapa sampai sekarang kau tidak juga menemukan Yasmin dan cucu Papa?" Sarkas Pak Aga yang mulai kesal dengan hilangnya Yasmin dan Naima. "Katakan saja jika sebenarnya kamu tidak mampu mencarinya Faiz, karena jika iya, Papa sendiri yang akan mencari tau keberadaan Yasmin." Sambung Pak Aga lagi dan Faiz hanya kembali menghela nafas.
"Untuk apa Om mencari keberadaan Yasmin? Emangnya kemana Yasmin hingga Om harus turun tangan mencarinya?" Suara saat tiba-tiba pintu di ruangan itu di buka dari arah luar dan kompak ketiga tiga orang itu, pak Aga, Faiz dan Lily langsung menoleh ke arah sumber suara.