Nyatanya semua hanya butuh waktu untuk berproses. Seperti King Faaz yang awalnya tidak bisa di tenangkan, ternyata perlahan Yasmin juga mulai bisa menata hatinya atas putusnya jodoh dia dan Faiz , juga merelakan putranya untuk jauh darinya meskipun tidak akan lekang di ingatan jika dia sudah kehilangan perannya menjadi seorang ibu untuk putranya. Yasmin memang gagal memberikan kasih sayang dan cinta pada putranya tapi bukan berarti dia sudah melepas perasaan itu , dia hanya menahan rindu itu agar tidak menyakiti dirinya sendiri karena selain seorang putra, Yasmin juga memiliki seorang putri dan akan sangat tidak adil rasanya jika Yasmin terus berlarut-larut dalam kesedihannya yang justru membuatnya mengabaikan putrinya.
Beberapa hari yang lalu Naima jatuh sakit, demam tinggi yang menimpa Naima juga merupakan bentuk keteledoran Yasmin karena kurang memperhatikan putrinya dengan terus mengurung diri di kamar, terlebih lagi Ambu Fatimah berkali-kali mengatakan jika dia terus meratapi kesedihannya tidak menutup kemungkinan bayi laki-lakinya juga akan merasakan hal yang sama dengan apa yang tengah Yasmin rasakan, karena ikatan batin antara ibu dan anak jauh lebih besar dan kuat dari pada ikatan apapun di dunia ini.
Dari kata-kata Ambu itulah Yasmin mencoba bangkit dari rapuhnya karena Naima kini hanya memiliki dirinya. Hanya dirinya, karena Faiz, ayahnya jelas-jelas tidak menginginkan Naima. Maka dari itu Yasmin harus kembali menyibukkan diri untuk mengalihkan pikirannya dari masalah dia dan Faiz , juga putranya dan iya, di sinilah Yasmin sekarang , di kursi meja kerjanya dengan laptop yang menyala di depannya.
"Aku sudah mengirim file gambar pesanan Tuan, Tuan bisa koreksi, dan jika ada yang tidak sesuai dengan keinginan Tuan silahkan konfirmasi ulang dan aku akan memperbaikinya!"
Pesan yang baru saja Yasmin kirim pada seorang sekertaris dari pimpinan satu perusahaan besar yang empat bulan lalu sudah Yasmin sanggupi untuk sebuah job online.
Yasmin adalah seorang Arsitek, dia banyak merancang beberapa desain bangunan perkantoran juga proyek dari beberapa perusahaan besar tanah air. Yasmin tidak terikat kontrak dengan satupun perusahaan karena Yasmin memang mendirikan CV nya sendiri namun nyaris 60% perusahaan besar Indonesia menggunakan jasa dia untuk membuat denah dan segala yang menyangkut proyek pembangunan, mulai dari rancangan hingga estimasi biaya dari satu proyek dan semua kliennya menyatakan sangat puas dengan hasil kerja Yasmin, meskipun sampai detik ini Yasmin juga tidak memiliki kantor pribadi.
"Baik, kami akan memeriksanya lebih dulu, kami akan memberi tanggapan pada pekerjaan anda dalam waktu singkat. Kami harus menyerah kan file ini pada CEO kami. Semoga dia tidak menolaknya , karena sungguh ini sangat sempurna Nyonya Ishaq. Dan semoga CEO kami tidak rewel dengan rancangan dari Anda!"
Satu balasan email kembali masuk di akun khusus Yasmin dan senyum Yasmin langsung tertarik simetris sembari helaan nafas lega yang juga ikut lolos dari bibirnya.
"Oke. Terima kasih. Di tunggu kabar baiknya, bos!" Yasmin kembali mengirim balasan email ke sekertaris tadi di ikuti emoji hormat dan menit berikutnya Yasmin juga menutup layar laptopnya karena semua pekerjaannya sudah selesai.
"Selamat pagi Mama. Selamat ulang tahun!" Suara comel itu terdengar menyapa Yasmin saat pintu kamarnya di buka dari arah luar dan tampak Naima membawa sepiring kue yang terbuat dari slim mainan dan ada lilin mainan juga yang ikut menancap di atas kue mainan itu.
Yasmin langsung tersenyum, menerima kue mainan dari tangan putrinya lalu pura-pura meniup lilin itu karena setiap hari Naima memang membuatkan Yasmin kue ulang tahun dari mainannya dan setiap hari pula Naima akan mengucapkan selamat ulang tahun pada Yasmin, dan bohong jika Yasmin tidak akan merasa di doakan oleh putrinya untuk segala kebaikan dan umur yang panjang.
"Kenapa Mama meniup lilinnya? Mama kan belum buat permohonan!" Omel bocah cantik itu saat Yasmin buru-buru meniup lilin ulang tahunnya padahal Naima belum melihat ibunya berdoa.
"Oh ya, Mama lupa!" Yasmin pura-pura menepuk jidatnya.
"Ayo ulang lagi!" Perintah Naima semakin ceriwis dan Yasmin buru-buru menangkupkan kedua tangannya di depan d**a sembari menutup matanya lalu melirihkan doa dalam hati. Meskipun saat ini Yasmin dan Naima sedang bermain, nyatanya Yasmin tetap melirihkan doa itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hatinya dan doa itu masih doa yang sama, agar yang kuasa melembutkan hati Faiz untuk putrinya Naima. Dan setelah merasa cukup dengan doanya barulah Yasmin kembali meniup lilin mainan itu dan Naima langsung bersorak sambil bertepuk tangan karena senang.
"Besok Naima buatkan kue warna merah muda untuk Mama, dan besoknya lagi yang warna kuning!" Celotehnya sambil membawa piring mainannya dan kembali duduk melantai di tempat sebelumnya Naima bermain, dan Yasmin lagi-lagi hanya mengangguk dengan tersenyum lalu menghela nafas dengan sangat panjang untuk merilekskan rongga dadanya dari rasa lelah dan penat, merapikan sisa berkas di mejanya sebelum berkas-berkas itu akan Yasmin kirim sebagai bentuk fisik dari pekerjaannya.
"Kau lihat, dia begitu bersemangat untuk membuat kue hanya agar dia bisa mengucap selamat ulang tahun padamu, agar kau tersenyum dan merasa bahagia!" Ucap Ambu Fatimah saat meletakkan secangkir teh dan puding di atas meja kerja Yasmin.
"Iya." Jawab Yasmin dengan tersenyum.
"Jadi Ambu mohon dengan sangat, jangan pernah menunjukkan kesedihanmu di depan putrimu, saat dia justru hanya ingin melihat mu tersenyum!" Sarkas Ambu Fatimah untuk sikap Yasmin yang terlalu larut dalam dukanya kemarin.
"Iya." Jawab Yasmin lagi saat menerima cangkir teh dari Ambu Fatimah dan menit berikutnya Ambu Fatimah kembali keluar untuk menemani Naima bermain , meninggalkan Yasmin yang mungkin saja masih akan sibuk dengan pekerjaannya yang sempat dia abaikan dua bulan ini karena dilema hati yang tengah mendera kalbunya.
Yasmin menghela nafas dalam diam , bangkit dari duduknya dan berdiri di jendela ruangan itu. Pemandangan hijau yang begitu memukau langsung terpancar indah di depannya, tampak beberapa petani sedang membersihkan ladang yang sedang di tanami padi turut menjadi pemandangan indah pagi itu. Topi kopiahnya senantiasa melindungi kepala mereka dari sengatan sinar matahari langsung, kaki kotornya menjadi saksi jika ada hidup yang bergantung padanya dan tengah menunggu dia di rumah.
Yasmin terlahir dari keluarga sederhana, ibunya hanya seorang pedangan keliling sebelum akhirnya menjadi asisten rumah tangga di mana ayahnya juga menjadi sopir pribadi sebuah keluarga, dan Yasmin di besarkan di tengah-tengah keluarga majikan ayah dan ibunya , mendapatkan dukungan penuh dari mantan majikan orang tuanya untuk terus mengejar pendidikan saat kedua orang tuanya bahkan sudah meninggal dan tidak lagi bekerja di keluarga itu, hingga Yasmin mendapatkan kesempatan untuk bekerja di perusahaan mereka sebagai sekertaris dari laki-laki yang selalu Yasmin panggil paman, karena meskipun Yasmin hanya anak seorang pembantu, mereka tidak pernah mau di panggil Tuan atau Nyonya oleh Yasmin.
Bayangan saat Lily datang menemuinya dengan membawa lamaran untuk Yasmin turut menciptakan senyum di wajah cantik Yasmin, hingga senyum itu perlahan pudar saat Yasmin juga mengingat jelas bagaimana dirinya meninggalkan semua yang sempat membuat Yasmin bahagia tapi juga tersiksa secara bersamaan.
Dadanya kembali di dera rasa nyeri dan sakit saat mengingat setiap kata yang Faiz ucapkan padanya, kata-kata yang seperti belati beracun yang mampu membuat Yasmin sempat mati karena lara, namun buru-buru Yasmin menggeleng karena dia sedang berusaha melepas semua bayangan laki-laki itu.
Kembali Yasmin menghela nafas dengan sangat dalam dan panjang agar rongga dadanya tidak semakin sesak dan raut kesedihan itu tidak lagi hinggap dan di lihat oleh putrinya, karena dia bertekad untuk bangkit dan membuktikan jika dia akan tetap baik-baik saja ada atau tidak adanya Faiz dalam hidupnya.
***
"Bagaimana? Apa Mas masih belum mendapatkan kabar keberadaan Yasmin dan Naima?" Sarkas Lily karena ini sudah lebih dari dua bulan sejak Yasmin menghilang tapi sampai detik ini mereka juga masih belum menemukan Yasmin.
"Aku harus bagaimana Lily. Tim khusus yang aku bayar untuk mencari keberadaan Yasmin dan putrinya memang masih belum bisa menemukan persembunyian wanita itu!" Jawab Faiz tanpa menoleh ke arah Lily dan hanya berbaring di bawah pancaran sinar matahari pagi dengan King Faaz fi dadanya dan hanya menggunakan popoknya, karena Faiz sedang membawa putranya berjemur.
"Aku akan melakukan penerbangan lusa, dan jika Mas tetap tidak bisa menemukan Yasmin sampai lusa, bagaimana Mas akan mengurus King!" Ucap Lily lagi dan baru setelah itu Faiz menoleh ke arah Lily, membawa putranya berteduh karena dia merasa sudah cukup dengan cumbuan sang Surya.
"Apa yang kau katakan Lily? Kau akan tetap melakukan penerbangan meskipun sampai detik ini Yasmin tidak kembali? Apa kau tidak kasihan pada putramu jika kau meninggalkan dia dalam keadaan seperti ini?" Tolak Faiz dengan ucapan Lily barusan. Ini bukan kali pertama mereka membahas perkara pekerjaan Lily, kemarin dan kemarinnya lagi mereka sudah membahas hal yang sama, Faiz meminta Lily untuk resign dari pekerjaannya dan fokus mengurus King juga keluarganya, toh Faiz lebih dari kata mampu untuk mencukupi segala kebutuhan Lily dan putranya, tanpa Lily harus ikut bekerja dan meninggalkan rumah mereka.
"Mas. Bukankah kemarin aku sudah mengatakan alasannya? Aku sudah terlanjur menandatangani surat kontrak itu dan jika aku tidak melaksanakan kewajiban ku, aku bisa kena pinalti!" Kutip Lily mengulang penjelasannya kemarin saat Faiz memintanya resign dari pekerjaan yang paling membuat Lily bangga.
"Aku akan membayar uang pinalti nya! Aku mohon Lily, jangan meninggalkan putramu. Dia sangat membutuhkan mu saat ini. Aku akan membayar berapapun denda yang harus kau keluarkan, hanya agar kau bersedia resign dan merawat putraku!" Seru Faiz lagi tapi Lily langsung menggeleng dengan sangat cepat.
"Tidak. Mas tidak bisa melakukan ini padaku Mas. Mas tau sendiri itu adalah cita-cita ku dari dulu, dan bukankah Mas juga mendukung ku untuk mewujudkannya , tapi apa ini? Mas baru saja memintaku untuk berhenti dari pekerjaanku itu? Apa Mas sudah gila?" Tolak Lily saat lagi-lagi Faiz mengatakan hal yang sama dengan apa yang dia katakan sebelum-sebelumnya. Lily sudah berbesar hati dengan mengizinkan Faiz menikah lagi, karena Lily tidak mau Faiz merasa kesepian dan Lily tau kebutuhan biologis Faiz harus tetap terpenuhi, maka dia melamar Yasmin untuk menjaga Faiz selama dia bekerja, tapi Faiz bahkan terlihat biasa-biasa saja dengan hilangnya Yasmin dua bulan ini, tapi justru menekankan dia untuk berhenti bekerja.
"Lily sayang. Kondisi kita saat ini tidak mendukung. Aku tidak memintamu untuk berhenti dari pekerjaan mu, sayang. Aku hanya minta kau resign sementara waktu sampai aku menemukan Yasmin dan membawa Yasmin kembali karena saat ini King Faaz sangat membutuhkan Mamanya. Hanya itu sayang. Dan kau masih bisa kembali bekerja dan berkarier nanti!" Jelas Faiz lagi tapi Lily tetap mengeleng tidak setuju.
"Tidak, Mas. Aku tetap akan melaksanakan tugas ku. Maka dari itu Mas harus menemukan Yasmin secepatnya!" Balas Lily benar-benar tidak ingin di hentikan dan jujur Faiz mulai murka sekarang.
"Meskipun tanpa restu dariku?" Ucap Faiz setelahnya saat menyerahkan putranya pada ibu susunya.
"Mas,,," Lily tersentak saat Faiz justru membahas restu nya.
"Aku tidak mengizinkanmu pergi kali ini Lily. Kau harus tetap tinggal di rumah bersama putramu!" Ucap Faiz saat berbalik dan meninggalkan Lily yang masih tidak terima dengan keputusan dia yang melarang Lily kembali bertugas.
"Mas. Jangan lakukan itu. Apa Mas ingin merenggut kebahagiaan ku dengan melarang ku mengudara? Apa Mas,,,"
"Aku tidak bermaksud merebut kebahagiaan mu Lily. Aku bekerja keras hanya agar kau bahagia, dan tidak kekurangan apapun saat bersama ku. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu tanpa terkecuali. Hanya saja untuk saat ini keadaan memaksa kita untuk sama-sama mengalah dengan ego kita. King Faaz yang akan menjadi taruhan kita saat ini dan ,,,"
"Jangan mendebat dan menahanku dengan perkara yang sebenarnya punya solusi, Mas. Temukan Yasmin dan masalah kita selesai!" Tolak Lily dengan sangat keras kepala dan tidak ingin di cegah, lalu berbalik untuk meninggalkan perdebatan dia dan Faiz karena sampai kapanpun Lily tidak akan mau mengorbankan karier yang sudah susah payah dia bangun dan perjuangkan. Yang awalnya Faiz ingin menghindari perdebatan dengan Lily, kini berbalik menjadi Lily yang menjauhi Faiz dari pembicaraan mereka .
"Lily sayang dengarkan aku dulu!" Faiz masih ingin mengatakan sesuatu tapi Lily malah meninggalkan dia seperti ini, masuk ke kamar, menutup pintu kamar itu dan menguncinya dari arah dalam karena tidak ingin Faiz kembali memintanya resign.
"Lily,,,!" Faiz mengetuk pintu kamar itu tapi Lily tidak menjawab.
"Lily. Ayolah. Aku hanya memintamu untuk resign beberapa saat , paling tidak sampai Yasmin kembali. Setelah itu aku tidak akan lagi mencegah mu dengan mimpi-mimpi mu itu!" Ucap Faiz seolah mengulang berkali-kali ucapan yang sama untuk menahan wanitanya tapi Lily tetap tidak bergeming dari balik pintu dan percayalah itu justru membuat tingkat stress seorang Faiz Al-Ghazali semakin menggunung.