8. Gosip Satu Fakultas

1680 Kata
Hari ini puncaknya. Gosip mengenai Kanaya dan Abimanyu yang menghabiskan waktu di toilet laki-laki kemarin siang bahkan sudah menyebar sampai satu fakultas. Sejak menginjakkan kaki di pelataran gedung fakultasnya pagi ini, Kanaya langsung mendapatkan sorotan mata penuh kebencian, tidak percaya, heran, sampai marah. Kebanyakan dari kaum perempuan. Tidak sedikit dari mereka saling berbisik sembari menatap Kanaya dengan pandangan remeh. “Nggak nyangka sumpah. Gue kira dia itu bersih anti noda,” ucap salah satunya yang membuat Kanaya keheranan. Awalnya Kanaya mengira itu anak manajemen pemasaran yang sedang membahas mengenai tugas kuliah. Namun begitu mendengar kalimat-kalimat lainnya, Kanaya baru sadar, jika ia sedang menjadi bahan gosipan di antero gedung fakultas. “Tampangnya polos banget nggak sih. Awalnya gue nggak percaya. Tapi ada yang lihat kalau Abimanyu keluar dalam keadaan berantakan. Rambut belakangnya berantakan dan kancing kemejanya udah kebuka. Gila nggak sih, mereka juga kelihatan ngos-ngosan.” “Sumpah, bringas banget ternyata si Yaya.” “Ngakunya aja benci sama Abimanyu. Lo suka lihat nggak sih muka keselnya kalau Abi lagi ngegodain, eh tahunya naksir juga. Diem-diem ngajak make out.” Itu beberapa kalimat yang menyakitkan. Dhia dan Virgi harus bekerja ekstra untuk melototi mereka yang berbicara ngawur. Dengan mulut Allura yang menimpali dengan bermacam kalimat yang terpikirkan di otaknya. “Dih pada kemakan berita nggak bener. Lo pada anak kampus ternama loh, diakui kalau kampus ini pencetak generasi unggulan. Lo nggak sadar udah dibego-begoin sama kanvas bernyawa.” Juga kalimat. “Sumpah mulut lo mau banget gue potong. Diem nggak lo!” Atau yang lebih panjang. “Heh lo pada nggak tahu derajat Kanaya ini tinggi? Dia ini perempuan langka yang memegang teguh nilai-nilai dari nenek moyang. Lo ada pernah ngeliat Kanaya deket sama cowok? Nggak, ‘kan? Pakai baju terbuka aja nggak pernah apalagi ngajak cowok make out. b**o lo anjir, mau aja percaya sama berita begituan.” Dan berakhir, Dhia harus menarik Allura yang hampir menjambak salah satu mahasiswi di sana lantaran mengucapkan kalimat, “ya percuma ngikutin nilai dari nenek moyang kalau kelakuannya nggak bener.” Membawanya pergi dari sana agar sahabatnya tidak terkena masalah. Karena kalau sampai Allura meladeni mulut berbisa itu, semuanya akan semakin runyam. Masalah Kanaya saja belum selesai dan harus ditambah dengan masalah Allura. “Awas, Dhi! Mau gue jambak rambutnya sampai botak. Dia kira dia lagi ngomong apa. Lo nggak tahu temen lo lagi digosipin nggak bener!” Dhia tetap menarik Allura menjauh. “Diem, Ra. Kalau lo emosi yang ada seolah membenarkan gosip yang lagi beredar. Kita harus stay cool, okey.” Allura akhirnya menurut. Walaupun sempat menoleh ke arah belakang dan melayangkan tatapan tajamnya. “Gue aduin Om Elang, kicep lo,” gerutuan Allura yang terdengar menggelitik di telinga tiga temannya. Keempatnya mengambil spot di lantai lima. Tempat yang paling jarang dilalui para mahasiswa, kecuali yang memang sedang ada kelas. Keempatnya membutuhkan ketenangan untuk membahas mengenai kronologi yang membuat gosip ini beredar di seluruh gedung fakultas, dengan Kanaya sebagai pihak yang disalahkan. “Ya, lo harus banget ceritain semuanya sama kita. Supaya kita bisa kasih pembelaan.” Kalimat dari Dhia yang diangguki oleh dua sisanya. “Gue yakin banget lo bukan cewek begitu, Ya. Abi aja yang b******k. Gue udah kenal dia dari kecil, emang udah lama nggak waras dia tuh,” sambung Virgi menggebu. Entah bagaimana jika sudah bergabung dengan Allura dan Dhia, Virgi yang pintar dan jarang berbicara menjadi ketularan. Beruntungnya, karena persahabatannya tidak terpentok pada Kanaya saja. Virgi tidak bisa membayangkan bagaimana suramnya kehidupan kuliahnya kalau hanya bergaul dengan Kanaya yang anggun. Kanaya menghela napas. Siap menceritakan kejadian kemarin siang, setelah kelasnya selesai. Tanpa kehadiran Allura, Dhia, dan Virgi. Membuatnya harus melawan Abimanyu seorang diri. Kanaya juga menceritakan perihal satu permintaan Abimanyu karena sudah menolongnya tempo hari. Permintaan itulah yang membuat ketiganya menganga tidak percaya. “Abi ngajakin lo ke club?” tanya Virgi memastikan. Kanaya mengangguk, mengiyakan. “Wah b******k ternyata.” Dhia mengumpat kesal. Masih tidak percaya jika empat laki-laki itu lebih mengerikan dari yang terlihat. Mereka tentu tahu, Abimanyu cs memang sering kali menghabiskan waktu di club malam. Entah untuk apa. Tapi tidak pernah menyangka jika Abimanyu menyesar Kanaya sebagai temannya untuk mengunjungi club. Untuk apalagi jika bukan teman minum, menari di dance floor, sampai yang lebih parah, teman menghabiskan malam yang panjang dengan kegiatan mengerikan. “Tuh ‘kan untung gue tolak mentah-mentah waktu Yonathan sama Guntur naksir gue. Malah sekarang si Guntur manfaatin gue biar bisa deket sama lo. Emang gila mereka. Bersyukur banget Om Elang hadir di hidup gue.” Dhia dan Virgi menghela napas lelah. Sedangkan Kanaya hanya tersenyum tipis. Sejak pernyataan cinta secara terang-terangan dari Elang, Allura memang berubah lebih menerima Elang. Dan mungkin sekarang sudah membalas cinta dari suaminya itu. “Suka nggak ingat dulu mau kabur buat ngindarin perjodohan,” celetuk Dhia membuat Allura melotot tajam. “Diem lo!” “Aduh udah dong. Sekarang bukan waktunya lo ngebucin sama laki lo itu, Lura. Teman kita lagi bermasalah ini, ayo pikirin jalan keluarnya.” Sayangnya, berunding sampai hampir menghabiskan satu jam tidak juga mendapat jalan keluar. Keempatnya harus kembali ke lantai tiga untuk mengikuti kelas selanjutnya. Beruntungnya, hari ini keempatnya berada di kelas yang sama. Kanaya aman selama tiga temannya berada di sekitar. Senyuman menyebalkan milik Abimanyu langsung menyambut kehadiran empat perempuan ini. Dhia si bar-bar mengambil barisan paling depan sembari memasang wajah sangarnya. Sementara di belakangnya Kanaya berada di gandengan Allura. Berjaga-jaga agar Abimanyu tidak bertindak berlebihan. Sedangkan Virgi berada di barisan paling belakang. Satu posisi yang sukses menimbulkan tawa dari Abimanyu dan dua temannya. Tapi ketiganya menahan tawa itu. Tidak mau membuat empat perempuan itu malu karena penjagaannya terhadap Kanaya justru disepelekan. Sekadar memberi penghargaan atas rekatnya hubungan persahabatan Kanaya cs. Sampai tiga sisanya dengan suka rela menjadi tameng Kanaya di saat seperti ini. Keempatnya sengaja mengambil duduk jauh dari Abimanyu cs. Sudah di kelas, waktunya berkonsentrasi dengan kuliah dan materi yang akan disampaikan dosen. Bukan waktunya lagi untuk meladeni Abimanyu cs yang tidak pernah bosan hidup menjadi laki-laki menyebalkan. Untuk sejenak, empat perempuan ini menurunkan bendera peperangan. Semua akan dilanjutkan nanti, setelah selesai mengikuti kelas hari ini. *** “Yaya, tawaran gue masih berlaku loh,” bisik Abimanyu tepat di telinga Kanaya. Kanaya tersentak kaget dan menutup telinganya. Menatap Abimanyu yang entah sejak kapan berada di belakang kursinya. Setelah memastikan kelas sepi, para mahasiswa sudah keluar. Menyisakan Abimanyu cs tanpa Guntur dan Kanaya cs dengan formasi lengkap. Nampaknya Abimanyu cs ingin bermain-main sejenak dengan empat perempuan yang sudah merasa terancam dengan pergerakan Abimanyu. “Lo pada mau ngapain?” sentak Dhia dengan suara keras. Menarik Kanaya agar jauh dari jangkauan tangan Abimanyu dan dua temannya. “Berani lo deketin Kanaya seujung kuku, gue tonjok lo sampai mampus,” sambung Virgi. Tidak kalah mengerikan. Merasa tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti ini. Belum lagi, Virgi sangat membenci laki-laki yang suka mempermainkan perempuan. Virgi masih bisa mentolerir jika laki-laki nakal dalam jalurnya. Tapi tidak untuk mempermainkan perempuan. Baginya kesalahan terbesar bagi laki-laki adalah jika laki-laki itu sudah menyakiti hati perempuan dan membuatnya menangis. Itu benar-benar tidak gentle. Yonathan dan Dicky berseru heboh untuk menanggapi. Menjadikan ancaman Kanaya cs sebagai lelucon yang layak ditertawakan. Tidak tahukah, Dhia dan Virgi sampai mengeluarkan tenaganya untuk berteriak menyuarakan amarahnya. “Lo nggak usah ikut-ikutan. Urusin aja jurnal-jurnal lo itu.” Abimanyu menyentil kening Virgi membuatnya sedikit terdorong ke belakang. Dua teman Abimanyu tertawa puas menatap perlakuan bosnya itu. “Ya, lo nggak akan nyesel. Lagian kita udah terlanjur mulai.” Abimanyu bergerak lebih berani. Meraih sebelah tangan Kanaya yang langsung mendapatkan pukulan keras dari Allura. Membuatnya mendesis kesal. “Lura, nggak usah memulai ya. Gue masih menghargai suami lo itu,” ucapnya tajam. Sepasang matanya membulat, pertanda marah. Namun Allura tidak gencar. Justru membalas pelototan Abimanyu. “Apa? Beraninya sama cewek. Banci lo!” umpat Allura dengan berani. Menarik Kanaya ke belakang tubuhnya. Melindungi Kanaya sebisanya. Yang terpenting mereka bisa lepas dari Abimanyu cs hari ini. Untuk hari esok dan seterusnya akan dipikirkan nanti. “Lura, gue nggak mau main kasar sama lo. Tapi lo minta dikasarin banget.” Allura memucat begitu Abimanyu menarik tangannya. “Yo urusin,” lanjutnya seraya mendorong Allura ke arah Yonathan. Yonathan langsung sigap memegangi Allura agar tidak menyulitkan Abimanyu dalam mengerjai Kanaya yang tidak kalah memucat. “Jangan macem-macem sialan!” Virgi kembali maju. Menangkis tangan Abimanyu yang akan meraih Kanaya. “Lo nggak bisa seenaknya, Abimanyu!” “Virgi, lo sahabat gue dari kecil. Lo lebih belain Kanaya dibanding gue?” “Gue belain Kanaya bukan sekadar dia teman gue. Tapi karena gue tahu, Kanaya bukan cewek seperti yang dibicarakan banyak orang.” Abimanyu berdecak kagum untuk beberapa saat. Memberi apresiasi atas pembelaan itu. “Tapi nyatanya dia udah main sama gue kemarin.” Belum sempat Virgi dan Dhia membalas ucapan Abimanyu, Kanaya sudah maju duluan. Melayangkan tamparannya di sebelah pipi Abimanyu. Tamparan yang sarat akan kemarahan, emosi yang berusaha ditahannya, kebencian, sampai pada keputusasaan. Sorotan terluka itu nampak jelas di sepasang mata Kanaya yang sudah beberapa kali mengeluarkan air mata. Bibir pucatnya bergetar. Bukan hanya Abimanyu yang terdiam dengan pergerakan mendadak itu. Hampir semua yang ada di sana hanya mampu diam, menatap Kanaya yang sedang menetralkan pernapasannya. “Bisa tolong berhenti? Apa yang kamu lakukan bukan hal yang menyenangkan sama sekali. Tolong lebih hargai perempuan karena kamu juga lahir dari rahim perempuan. Jangan melampaui batas, Abi.” Setelah menyampaikan kalimat itu, Kanaya langsung beranjak pergi. Diikuti Allura yang menginjak kaki Yonathan keras membuatnya kesakitan dan melepaskan Allura. Virgi menyusul setelah sempat menghadiahi tatapan tajamnya pada Abimanyu. Sedangkan Dhia mengisi formasi terakhir. Melipat kedua tangannya di depan d**a sembari memasang tatapan meremehkan. “Kalau lo pikir, Kanaya adalah lawan yang setara sama lo, lo salah besar. Ada satu hal yang nggak bisa lo permainkan dengan mudah.” Dhia menepuk bahu Abimanyu beberapa kali yang tentu saja langsung ditepis. “Good luck, loser.” Kalimat terakhir yang Dhia ucapkan. Setelahnya melenggang pergi dengan santainya. Membuat kemarahan Abimanyu meluap. Sampai kursi tidak bersalah itu harus mendapatkan amukan kemarahannya. Membuatnya melayang dan membentur tembok samping. Dan setelahnya tergeletak dengan posisi terbalik. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN