Pagi menunjukkan pukul 7, seperti biasa yang dilakukan Luvina di rumah adalah menyiapkan sarapan, menjaga Rafki yang biasanya rewel di jam begini, juga mengurus Arsya yang belum sekolah tapi belum bisa membantunya dengan banyak hal. Luvina sudah membicarakan tentang Arsya dan kelanjutan sekolah Arsya pada suaminya, namun suaminya selalu mengatakan iya iya tanpa membuktikan. Arsya usianya sudah cukup untuk sekolah, namun Fahri belum melakukan apa pun. Di tambah kejadian semalam yang membuat hati Fahri dan Arsya terluka. “Pagi, Sayang,” ucap Fahri menghampiri istrinya dan mengecup puncak kepalanya. “Pagi juga,” jawab Luvina seraya menaruh roti bakar yang sudah ia siapkan di atas meja dan menyiapkan toping lengkap sesuai selera masing-masing. Juga ada nasi goreng yang sudah ia racik dengan