Esok paginya ketika terbangun, seperti biasa, Luvina melihat Fahri yang masih tersungkur di atas ranjang. Dia selalu bangun duluan dan menyiapkan segala kebutuhan suaminya untuk bekerja atau hanya sekedar santai. Fahri begitu mengagumi sosok istrinya yang selalu memberikan kenyamanan untuknya. Semua sudah dia siapkan, walaupun sering kali Fahri mengatakan agar tak perlu mengurusi segala kebutuhannya. Tapi karena ingin menjadi istri yang baik, Luvina melakukannya seperti apa yang diajarkan sebelum menikah. Bahagia itu simple, seperti memberikan perhatian atau kejutan kecil yang membuat ia tersenyum karenanya. Melihat senyumnya itu, hati Luvina menghangat dan ikut bahagia. Inikah yang dinamakan cinta? Tapi satu hal yang pasti, aku takut kehilangan sosoknya. Kebahagiaannya lengkap ketika F