Fahri melangkah masuk ke rumahnya dengan wajah masam, seperti biasa Luvina menyambut kedatangan suaminya dengan seulas senyum bahagia, lalu meraih tas kerjanya dan hendak memeluknya, namun Fahri menghindari pelukannya. Luvina menautkan alis dan masih berpikir tenang, kemungkinan suaminya lagi banyak masalah karena itu ia tak mau basa-basi. Fahri duduk di sofa dan menekan dahinya. “Aku buatkan kopi, Mas,” kata Luvina masih sangat tenang. “Kamu duduk dulu,” titah Fahri membuat Luvina menautkan alisnya. Tanpa basa-basi, Luvina langsung duduk dihadapan suaminya. Semoga saja dengan Luvina duduk, Fahri bisa jujur kepadanya tentang apa yang suaminya itu alami beberapa hari ini, itu lah satu-satunya harapan Luvina saat ini, agar pernikahan mereka langgeng dan tidak ada masalah dikemudian hari