Proses 1

1091 Kata
Seperti yang diucapkan oleh Mark sebelumnya, dirinya akan merubah Rama dari hal yang terkecil terlebih dahulu, ia meminta Rama untuk membeli sepatu, karena Mark menyadari bahwa sepatu yang digunakan oleh Rama sudah mengeluarkan bau yang tidak sedap dan bahkan ketika ditanya terakhir kalinya ia mencuci sepatu, ia mengatakan jika ia tidak melakukannya karena ia akan merasa tidak nyaman dan repot jika harus melakukannya, dan hal itu lah yang membuat Mark merasa jika kebiasaan buruk rama harus dihentikan. Namun karena proses yang harus dijalani tidaklah mudah, membuat Mark pun mengetahui jika ini akan menjadi jalan yang panjang. “Yah, aku rasa toko ini bagus untuk kita kunjungi!” ucap Mark kepada Rama yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian masuk bersama-sama menuju toko sepatu di sekitaran tempat itu. “Selamat siang! Saya Joon, ada yang bisa di bantu?” sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Joon sang penjaga toko saat itu, membuat Mark menganggukkan kepalanya seraya berucap, “Sepatu apa yang sedang happening saat ini, Joon-nim?” tanya Mark sopan kepada Joon yang kini terlihat sangat terkejut dengan kata -nim yang disematkan kepadanya, “Sst … kenapa kau memanggilnya dengan sebutan, -nim?? huh?” bisik Rama kepada Mark, yang membuat Mark kini menolehkan pandangannya ke arah Rama dan kembali berucap, ”Memangnya, nim dan ssi itu berbeda ya?” tanya Mark kepada Rama, yang kini menoleh menatapnya dengan kaget sebelum akhirnya berucap, “Dari mana kau?? apakah kau tidak belajar terlebih dahulu ketika datang ke sini, huh?” tanya Rama kepada Mark yang kini mengerang dan kemudian berucap, “Yeahh … aku terlalu excited untuk menjalankan misiku dari Marley, hingga aku melupakan pelajaran korea ku, Rama-ssi!” ucap Mark memberi alasan kepada Rama yang kini terkekeh dan menggeleng, tidak menyangka jika ada orang seperti Mark di dunia ini. “Nanti aku akan ajarkan bahasa Korea yang benar kepadamu!” ucap Rama kepada Mark yang membuat Mark tertawa mendengarnya dan mengacungkan jempol untuk Rama seraya berucap, “Ok … ok! Gomawwo! (Terima kasih!)” ucap Mark kepada Rama, yang membuat Joon yang melihat keduanya pun tersenyum dan berucap, “Ah … jadi anda baru datang dari luar negeri ya?” tanya Joon kepada Mark yang kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Yeah … maafkan aku!” ucap Mark kepada Joon sang penjaga toko yang tertawa seraya menggelengkan kepalanya menanggapi hal itu, “Hahaha … tidak apa-aoa … mari, saya tunjukkan sepatuh-sepatu yang tengah menjadi trendi di tahun ini!” ucap Joon dengan sangat sopan kepada Mark dan juga Rama, yang membuat keduanya kini berjalan mengikuti langkah kaki dari Joon yang berjalan ke sudut lain dari toko sepatu itu. “ini adalah sepatu-sepatu yang sedang happening sekarang, nim … silahkan di lihat dan di coba!” ucap Joon mempersilakan Mark dan Rama untuk melihat-lihat dan memilih mana sekiranya sepatu yang ingin mereka beli pada saat itu. Pandangan Mark kini menoleh dari satu ke satu secara mendetail, dan kemudian kedua matanya teralihkan kepada Rama yang malah menatap sepatu pantopel yang tentu saja membuat Mark menghembuskan napasnya dan kemudian berjalan mendekati Rama untuk menarik kerah bajunya dan menjauhi Rama dari tempat itu. “Jangan … kau tidak boleh membeli sepatu itu, Rama!” ucap Mark kepada Rama yang kini kini menghembuskan napasnya terdengar sedih, namun Mark hanya terkekeh karenanya. “Jadi … sepatu mana yang harus aku pakai?” tanya Rama kepada Mark, yang kemudian menunjuk ke arah sepatu hitam putih, sepatu merk ternama dan juga sepatu basket. “Sepatu Basket?!” tanya Rama kepada Mark yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Yeap … semua wanita rata-rata menyukai lelaki yang bisa berolahraga, jadi … aku sarankan kau berlatih basket!” ucap Mark kepada Rama yang kini menghembuskan napasnya menanggapi hal itu. “Joon-ssi! Aku akan ambil tiga sepatu ini, dengan ukuran yang sama untuk temanku yang satu ini ya!” ucap Mark kepada Joon yang kini berjalan mendekatinya dan mengangguk seraya tersenyum dengan ramah. Pandangan Mark kini menoleh kembali menatap Rama, yang kemudian ketika Rama menatapnya juga membuat Mark pun mengedikkan kepalanya ke samping seraya berucap, “Ini giliranmu, Rama! Bayarlah!” ucap Mark kepada Rama yang kini terkekeh menanggapi ucapan itu, ia berjalan menuju kasir seraya mengeluarkan dompet dari dalam saku celananya, yang tentu saja membuat Mark yang melihat itu, kini tersenyum dan menganggukkan kepalanya. … Setelah mencari sepatu, keduanya kini berjalan keluar dari toko sepatu tersebut. “Apa yang akan kita lakukan … tidak … maksudku, ke mana lagi kita harus pergi?” tanya Rama kepada Mark yang kini menolehkan pandangannya ke arah Rama seraya tersenyum dan kemudian berucap, “Kita akan pergi ke toko baju dan celana tentunya!” jawab Mark kepada Rama yang kini menghembuskan napasnya, namun ia tidak bisa melakukan apapun selain berjalan mengikuti langkah kaki dari Mark yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya di sana. “Hei, Mark! Tunggu aku!!” ucap Rama kepada Mark yang berjalan menjauhi toko sepatu itu. “Hei Mark, ada hal yang ingin aku tanyakan!” ucap Rama kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya dan menolehkan pandangan ke arah Rama yang kini berusaha untuk mengimbangi dirinya dengan Mark saat ini. “Apa itu?” tanya Mark kepada Rama, “Di mana rumahmu?!” tanya Rama kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan itu, “Huh?” tanya Mark lagi, “Di mana tempat tinggalmu?” tanya Rama lagi kepada Mark yang kini terlihat kebingungan untuk menjawabnya, “Aku … tinggal di apartemen tidak jauh dari sini!” ucap Mark menjawab Rama yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Oh ya?? jadi … apakah aku bisa ke rumahmu?!” tanya Rama kepada Mark, yang dengan segera menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan itu. “Tidak … tidak … kau tidak bisa pergi ke sana, Rama!” ucap Mark kepada Rama yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan itu, “Waeyo? (Kenapa?)” tanya Rama kepada mark yang kini terlihat berpikir dan segera berucap, “Ah … aku memiliki teman satu kamar yang sangat galak! Dia bahkan memintaku untuk tidak mengundang siapapun, karena dia akan mudah terganggu, jadi … aku tidak berani membawa siapapun ke dalam Apartemen kami!” jelas Mark kepada Rama yang kini mengerutkan dahinya, seolah jika ia mencurigai sesuatu dan hal itu membuat Mark sangat-sangat khawatir karenanya. “Oh! Jadi … kau berbagi kamar dengan orang lain untuk menghemat biaya sewa ya?! uaah … daebbak!” ucap Rama kepada Mark yang kini menghembuskan napasnya dengan lega dan terkekeh seraya menganggukkan kepalanya menyetujui apa yang ia katakan mengenai berbagi kamar dengan orang lain. Meski pada sebenarnya, ia menumpang. …  to be continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN