Day 1

1095 Kata
Mark berjalan beriringan dengan Donghyun untuk kembali menuju apartemen dari stopan bus tempat Mark terduduk tadi. “Jadi … kau baru datang dari bandara?” tanya Donghyun kepada Mark yang kini menoleh menatapnya dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu. “Y… yeah! Aku baru saja datang kemari!” jelas Mark kepada Donghyun yang membuatnya kini menghembuskan napas dan kembali bertanya, “Lalu, kenapa bisa kau tidak memiliki uang? Apakah kau lupa membawanya ataukah kau kehilangan dompetmu?” tanya Donghyun kepada Mark yang dengan segera berucap, “Yeah! Aku kehilangan dompet dan ponselku, dan aku juga tidak memiliki keluarga di korea, jadi … aku sulit untuk meminta pertolongan kepada siapapun di sini!” ucap Mark kepada Donghyun yang kini menghembuskan napasnya mendengar ucapan itu. Ting! Suara dari lift pun terdengar, membuat keduanya kini menolehkan pandangan untuk menatap ke arah pintu lift yang kini terbuka, yang membuat keduanya pun kembali masuk ke dalam lift dan pergi menuju apartemen milik Woojin. … Woojin tengah menonton tv dengan serius, ia menonton sebuah variety show yang tengah membooming kala itu. Dan pandangannya kini teralihkan ketika mendengar sebuah suara bel dari luar sana yang membuatnya menebak jika itu adalah sepupunya Donghyun, yang membuat Woojin pun dengan santai membukakan pintunya seraya berucap, “Hyung! Apakah kau membelikan soda?” itulah pertanyaan yang di lontarkan oleh Woojin, namun ketika ia melihat jika Donghyun tidak membeli soda melainkan membawa Mark, membuat Woojin kini menolehkan pandangannya ke arah sang sepupu untuk meminta penjelasan darinya, karena di awal Donghyun terlihat sangat tidak suka, namun kenapa kali ini dirinya lah yang membawa Mark kemari. Itulah yang ada di dalam benak Woojin pada saat ini. “Woojin-a! apakah kamu mau menggeser tubuhmu sedikit?? kami tidak bisa masuk!” ucap Donghyun menyadarikan Woojin yang kini terkejut dna mengangguk seraya menggeser dirinya sendiri, membuat kedua orang itu masuk ke dalam apartemen miliknya. “Jja! karena Mark ada di sini, aku akan tidur di kamar denganmu, Woojin-a!” terang Donghyun kepada Woojin yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan itu, “Eo?” tanya Woojin kepada Hyungnya yang terlihat tidak mau menggubris ucapan dari Woojin, namun karena Woojin tahu jika sang sepupu bisa kembali berubah pikiran dengan cepat, membuat Woojin pun dengan cepat menganggukkan kepalanya setelah Donghyun menoleh untuk menatap dirinya yang kini segera menutup kembali pintu apartemen miliknya itu. “ Eo, Araseo! Aku akan menyiapkan bantal dan selimut lagi untukmu, Hyung!” ucap Woojin kepada Donghyun yang kini mengangguk dan menoleh menatap Mark sebelum akhirnya berucap, “Apa yang kau lakukan di sana?? duduklah! Anggap ini sebagai rumahmu sendiri, ah ya … Woojin-a! aku pinjam handuk, aku akan mandi!” pandangan Woojin segera tertoleh kepada Donghyun yang baru saja berucap, yang membuat Woojin segera mengambil handuk bersih dan Mark kini mengangguk dan duduk di sofa itu, seperti apa yang diperintahkan oleh Donghyun kepada dirinya. “Hyung, apakah kau ingin dua handuk?” tanya Woojin kepada Donghyun yang kini menganggukkan kepalanya dengan singkat, dia bahkan melepaskan coat miliknya untuk kemudian menggantungnya di paku dinding sana. “Yeah … kau mengetahui apa yang aku butuhkan, Woojin-a! aku akan segera tidur setelah ini, jadi jangan ganggu aku ya!” ucap Donghyun kepada Woojin yang kini berjalan menghampirinya untuk kemudian memberikan dua handuk bersih kepada Donghyun dan kemudian ia pun menganggukkan kepala untuk menanggapi ucapan dari sang sepupu. Donghyun pun masuk ke dalam kamar mandi, yang membuat Woojin kini menolehkan pandangannya ke arah Mark, dan kemudian Woojin pun segera berjalan untuk mendekati Mark. “Hei, Mark!” panggil Woojin kepada Mark yang kini menolehkan pandangannya ke arah Woojin dan kemudian lelaki itu pun kembali berucap, “Tidurlah di kamar tamu! Aku tahu kau pasti sangat lelah!” ucap Woojin kepada Mark yang kini tersenyum dna menganggukkan kepalanya, “Aku boleh pergi dan beristirahat, Woojin-ssi?” tanya Mark kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan dan pertanyaan dari Mark kala itu, yang membuat Mark pun tersenyum dan segera saja pergi menuju kamarnya dan beristirahat, sedangkan Woojin kini hanya bisa menghembuskan napasnya dan menggelengkan kepala setelah merasa jika Donghyun sudah mulai memberinya leluasa di apartemen miliknya sendiri. … Di lain tempat, Mark kini berjalan untuk masuk ke dalam kamar tamu, dan kemudian dengan segera ia menutup pintu dari kamarnya dan kemudian mengunci pintu tersebut. “Hahh …” Mark menghembuskan napasnya dan dengan segera ia menekan tombol yang ada di balik kulit lehernya, dan itu membuat Gosk yang tengah aktif pun terlah off. Marta tidak habis pikir dengan hal yang terjadi hari itu, dan ia ingin sekali untuk membicarakan ini bersama dengan Yuna sahabatnya. ‘Yuna harus tahu sifat dari kakek Donghyun, yang tentu saja pasti dirinya akan sangat terkejut jika mendengar cerita ini dariku’ gumam Marta seraya menolehkan pandangannya ke arah lengan kanannya untuk kemudian menekan-nekan dan mencari kontak dari Yuna. Hari itu sangat-sangat melelahkan bagi Marta, dan juga cukup menegangkan. Bukan karena ia bertemu dengan Woojin, namun karena ia bertemu dengan Donghyun, kakek yang sangat menyayangi dirinya dan Yuna, terlihat sangat berbeda di masa mudanya, yang tentu saja begitu menarik bagi Marta. “Marta, apakah kau baik-baik saja di sana?” itulah pertanyaan yang muncul dari dalam pesan Yuna yang beberapa menit yang lalu belum terbuka oleh Marta, yang membuat Marta pun tersenyum setelah mendapatkan pesan dari Yuna saat itu, yang membuat Marta pun segera membalas pesan suara tersebut dengan berucap, “Yeah … aku baik-baik saja Yuna! Dan aku merasa sangat terkejut hari ini! Kau harus tahu sifat dari Kakek Donghyun!” ucap Marta kepada Yuna, dan ia pun segera mengirimkan pesan itu kepada Yuna. Pandangan Marta kini menoleh menatap jendela apartemen yang ada di kamarnya, yang membuatnya kini membuka tirai dari jendela tersebut, dan itu membuat Marta terpukai, karena indahnya pemandangan kota dan lampu-lampu yang meneranginya di sana. Meski keindahan kota seoul pada tahun dua ribu lima belas tidak seindah kota tempat ia tinggal di tahun dua ribu tujuh puluh lima, namun tetap saja suasana yang berbeda itu memanjakan mata dari Marta. “Wah … aku tidak menyangka jika aku bisa bepergian ke masa lalu … apakah ini yang namanya pengembara waktu?” gumam Marta kepada dirinya sendiri, pandangan Marta kini menoleh ke arah belakang, di mana kasur empuk sudah menanti dirinya, yang membuatnya pun segera melompat ke atas kasur dan merebahkan tubuhnya di sana, merasa jika seluruh tenaganya sudah terkuras habis hari itu. Hingga tanpa sadar, Marta tertidur pulas dan bahkan dirinya mengabaikan pesan yang diberikan oleh Yuna melalui Prothou miliknya. Tubuhnya yang baru saja datang ke masa lalu benar-benar membutuhkan waktu untuk beristirahat dengan nyaman dan itulah sebabnya Marta terlelap dengan begitu cepat malam itu. …    To Be Continue. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN