Kehilangan Fokus

1284 Kata
Pagi itu, Woojin pergi lebih awal dari yang biasanya. Ia merasa kesal dan juga tidak ingin pulang dengan cepat ke rumah karena ia tahu jika ia pulang maka ia akan merasa kesepian, dan itu lah yang ia pastikan saat itu meski ia tahu di dalam apartemennya masih ada Donghyun, itu pun jika memang Donghyun memutuskan untuk tinggal di sana. “Ck!” Woojin mendecih berkali-kali di dalam diamnya, yang tentu saja membjuat Lee Chan dan teman-teman yang ada di sekitarnya kini menoleh menatap Woojin, seolah Woojin berada dalam masalah yang sangat besar saat ini, karena di saat itu guru sedang memberikan penjelasan, yang tentu saja membuat sang guru yang mendengarnya mendecih di sana pun segera menoleh menatap Woojin dan melemparnya dengan kapur. Tuk!! Woojin segera saja tersadar dengan lemparan itu dan kemudian sang guru pun bertanya dengan galak kepadanya saat ini. “Apa yang ada di dalam pikiranmu tentangku saat ini sehingga kau mendecih tidak suka seperti itu, Park Woojin-ssi?!” tanya sang guru kepada Woojin yang terkejut dengan pertanyaan yang terlontar oleh sang guru di sana, yang tentu saja membuat banyak murid di sana menjadi terbungkam dan Woojin segera menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan tersebut. “Ah … tidak .. tidak pak! Maafkan saya, saya tidak bermaksud itu pada anda … saya hanya sedang melamun!” ucap Woojin memilih untuk jujur dari pada mendapatkan masalah yang besar, namun ternyata ucapan itu pun membuat masalah tidak menjadi selesai. “Apa yang kau lamunkan sehingga mendecih seperti itu hah? Untung saja kemarin kau menyelamatkan anak Sd dan membuatmu dalam masalah dan nyaris mati! Karena hal itu aku menjadi memaafkanmu hari ini!” jelas sang guru kepada Woojin yang kini terkejut mendengarnya, dan bukan hanya Woojin, namun teman sekelasnya kini bersorak dan menganggap Woojin adalah seorang pahlawan, dan ini lah yang tidak ia sukai dari sana. “Duduklah lagi dan aku akan menerangkan bab yang selanjutnya kepada kalian!” ucap sang guru kepada mereka semua, yang membuat mereka berseru, “Ne! (Ya!)” dan kembali duduk manis, sedangkan Woojin kini menghembuskan napasnya dengan pelan dan ikut duduk di sana untuk menangkap apa yang dijelaskan oleh sang guru di sana. “Sst … Woojin-a!” sebuah suara panggilan di sana, membuat Woojin menoleh ke arah samping di mana itu adalah Yoona yang baru saja memanggilnya dan kemudian mengangkat dua jempolnya seraya berucap, “Mossitta! (Kamu keren!)” itu lah pujian yang diberikan oleh Yoona kepada Woojin yang kini membuat Woojin menghembuskan napasnya seolah ia tidak ingin mendapatkan pujian itu, dan ia kembali menoleh menatap ke arah depan meski ia tahu bahwa banyak pasang mata yang kini sesekali menatapnya di sana. ‘Ck … jika sudah seperti ini … aku merasa jika aku ingin pindah saja!’ itu lah gumaman yang ada di dalam hati dari Woojin, karena dari dulu ia tidak ingin menjadi pusat perhatian seperti ini, namun karena kejadian kemarin dan ulah Mark yang memberitahu pihak sekolah, ia menjamin bahwa dirinya tidak akan bisa bertingkah menjadi anak normal lagi di hadapan yang lainnya, karena peristiwa itu. … “Woojin-a!” panggilan Lee Chan kala itu, membuat Woojin yang tengah membereskan tasnya pun menoleh menatapnya yang kini berdiri tepat di sampingnya, “Wae??” tanya Woojin dengan malas kepada Lee Chan yang nampak lebih cerah dari hari yang biasanya, dan ia tahu jika Chan pasti akan memujinya. “Kamu keren! Bagaimana bisa kau melompat ke jalan hanya untuk menyelamatkan anak itu?” jelas lee Chan, dan benar … itu adalah pujian untuknya, yang membuat Woojin menghembuskan napasnya dan beranjak dari kursi menggunakan tongkat penyanggah. “Uuuu …. pahlawan kita!” ucap beberapa teman di sana, namun Woojin sama sekali tidak menanggapi hal itu dan berjalan menuju kantin untuk beristirahat, dan langkahnya pun senantiasa diiringi oleh Lee Chan yang berjalan di sampingnya dan terus saja berbicara mengenai ini dan itu, membahas bagaimana cara Woojin menyelamatkan anak itu ketika keadaan kakinya saja sedang sakit dan lain hal sebagainya, yang tentu saja membuat Woojin merasa tidak nyaman dengan semua itu. “Chan-a!” panggil Woojin kepada Lee Chan yang kini menghentikan ucapannya dan menoleh menatapnya seraya bertanya, “Yeah?” tanya Lee Chan kepada Woojin yang kini menghembuskan napasnya ketika menyadari jika ia tidak akan bisa marah kepada anak yang satu ini hanya karena ia cerewet sekali. “Bisakah kita membahas yang lain?” tanya Woojin kepada Lee Chan yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian bertanya, “Kenapa?? kau keren tahu!” jelas Lee Chan kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya mengerti dengan hal itu, “Nde … gommawwo, geundae … ahh …” Woojin kehabisan kata-kata untuk menjelaskannya kepada Lee Chan yang menatapnya dengan tatapan itu, seolah Woojin saat ini adalah idolanya, yang tentu saja membuat Woojin menjadi serba salah dan tidak tahu harus berbuat apa. “Karena dia merasa tidak nyaman dengan itu, benarkan Woojin-a!” sebuah ucapan yang di lontarkan oleh seseorang yang datang bersama dengan dua orang lainnya di sana, membuat Woojin dan Lee Chan menoleh menatap kedatangan Jun Ahn bersama dengan kedua teman lainnya, yang kini membuat Woojin pun menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu dan kemudian berucap, “Yeah … aku merasa tidak nyaman dengan hal itu, Chan-a … jadi bisakah kita tidak membicarakan hal yang sudah berlalu? Aku masih teman kalian kan?” tanya Woojin kepada mereka yang membuat Jun Ahn kini terkekeh mendengar pertanyaan itu dan kemudian merangkul bahu Woojin seraya berucap, “Apa yang kau katakan huh? Kau tentu tetap menjadi teman kami bodoh! Ayo … jangan kita bahas hal ini dan beli beberapa makanan di kantin, aku lapar!” ucap Jun Ahn kepada Woojin dan kemudian mengajak mereka untuk segera ke kantin dan membeli beberapa makanan, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jun Ahn beberapa waktu yang lalu. … Mereka menyantap makanan itu dengan penuh keceriaan, dan hal itu membuat Woojin pun merasa setidaknya ia bisa tertawa dan merasa seru di sekolahan meski masih ada satu atau dua orang yang melirik dirinya sesekali di sana. “Woojin-a!” panggil Jun Ahn kepada Woojin yang kini menolehkan pandangan ke arahnya dan kemudian berucap, “Apakah orang itu masih ada di apartemenmu? Jika ada, akan menjadi seru jika hari ini kita bakar daging bersama dengannya bukan? Dia hebat dalam memanggang1” jelas Jun Ahn, dan hal itu membuat mereka semua menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan dari Jun Ahn dan menoleh menatap Woojin yang kini terkekeh dan menghembuskan napasnya untuk akhirnya menggelengkan kepala seraya berucap, “Tidak … aku rasa dia tidak ada sampai sore nanti!” jelas Woojin kepada mereka yang kini mengerutkan dahinya secara bersamaan, dan membuat Lee Chan kini bertanya, “Ke napa?? apakah dia pergi?” tanya Lee Chan kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian berucap, “Dia bilang dia sudah mendapatkan apartemen baru dan akan pindah siang ini!” jelas Woojin kepada mereka yang kini membuat mereka terlihat sedikit kecewa mendengarnya, “ Yah … sayang sekali ya, padahal aku sangat ingin banyak berbicara dengannya … dia orang yang seru!” jelas Lee Chan kepada mereka yang menganggukkan kepalanya dan membuat Jun Ahn berucap, “Masakan yang ia masakan sangat lezat dan itu tidak main-main … dia hebat dalam memasak!” jelas Jun Ahn memuju Mark, yang membuat Woojin menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu, “Yeah … dia hebat dalam memasak!” jelas Woojin kepada mereka yang kini menghembuskan napasnya menyayangkan hal itu, dan kemudian Junh Ahn pun menggeleng seraya berucap, “Yasudah, tak apa … aku akan tetap berkunjung ke rumah mu! Aku ingin makan ramen yang banyak … bagaimana dengan kalian, apakah kalian satu pemikiran denganku?” tanya Jun Ahn kepada mereka semua yang kini ketiganya menganggukkan kepala menanggapi hal itu, dan membuat Woojin terkekeh mendengar jika mereka tetap akan mendatangi apartemen miliknya malam ini. …  to Be Continue, 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN