Kejutan

1058 Kata
"Jangan bicara sembarangan, pernikahan bukan hal main-main yang bisa diucapkan dengan mudah." sahut Ibu Khanza. "Aku serius, aku juga tidak enak tinggal dirumah ini tanpa status dan menimbulkan fitnah, aku akan menjadi menantu kalian untuk menghilangkan semua hal buruk itu, bukankah itu juga demi kebaikan bersama? " "Biarkan kami memikirkannya, kami juga harus berbicara dengan anak kami, istirahatlah." jawab Ayah. *** Raiyan mencoba berbagai cara untuk mencari tahu informasi dimana keberadaan Zaflan yang masih belum ditemukan sampai saat ini, begitu juga dengan Ayah Zaflan. Ayah Zaflan terlihat sangat menderita setelah kepergian putra kesayangannya itu. Sudah hampir dua minggu lamanya Zaflan menghilang dan tidak ditemukan dari kecelakaan itu, sementara berita mengenai wajah Zaflan yang akan diungkapkan ke dunia sudah menyebar luas. Tidak seorang pun dari karyawan perusahaan yang mengetahui tentang kecelakaan Zaflan, kecuali orang tertentu dan keluarga saja. Hal itu untuk menghindari pemberontakkan dan pengkhianatan mereka untuk mendapatkan perusahaan. "Pak bagaimana ini, semua orang sudah menunggu kebenaran wajah Zaflan, dan ini sudah dua minggu, sudah lewat masa yang dijanjikan, bagaimana kita akan menghadapi mereka? " ucap Ibu tiri. "Kau benar, aku akan mengurusnya segera, aku akan mencari cara untuk menghentikan rasa penasaran mereka." "Kau akan mengatakan kebenaran kalau Zaflan sudah tiada? " "Tutup mulutmu, kebenaran masih belum ditemukan, kita masih belum tau dimana keberadaan Zaflan." jawab oak Faraj kemudian pergi meninggalkan istrinya. Naifa melirik Raiyan yang terlihat sibuk mencari informasi tentang keberadaan Zaflan. "Hah, kalian tidak akan menemukan apapun karna mayat anak itu pasti sudah dimakan ikan." gumamnya. *** Usai mengajar dikelas 3 madrasah tsanawiyah ikhwan, Aretha kembali menuju kamarnya yang sama dengan Farrah. Mereka berbaring di kasur yang sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. "Are, bagaimana pendapatmu tentang cinta pandangan pertama? " tanya Farrah tiba-tiba. "Hmm, entahlah, karena aku belum pernah merasakannya, aku rasa itu mustahil. Karena, bisa jadi itu hanya rasa kagum, bukan cinta." "Tapi, aku rasa itu benar, karena aku mengalaminya." Aretha spontan bangun dari tidurnya dan menatap Farrah. "Benarkah? Ayo katakan padaku siapa pria itu." "Zaflan." jawab Farrah sambil tersenyum. "Maksudmu pria yang tinggal dirumahku? " Farrah mengangguk. "Eii jangan begitu, kita tidak tau siapa dia sebenarnya dan dari mana asal usulnya, Ayah juga menerimanya karena kasihan dia kehilangan ingatan." "Tapi Are, pandangan masyarakat mulai lain pada keluargamu semenjak kedatangan dia, seakan membiarkan pria yang bukan makhrom tinggal bersama dengan putrinya. " "Lah, kan aku tinggalnya samamu bukan dirumah." jawab Aretha. "Kau tau mulut manusia bukan? Mereka hanya ingin membenarkan apa yang mereka pikirkan, bukan apa yang mereka lihat." jawab Farrah, "Tapi aku serius, aku benar-benar menyukainya, jadi biarkan dia denganku saja supaya tidak lagi ada pandangan buruk." Aretha malah tertawa mendengar ucapan sahabatnya. Disaat mereka masih asik berbincang, tiba-tiba Ibu memanggil Aretha dan membawanya ke ruangan kantor suaminya. Mereka duduk bertiga diruangan, Ayah dan Ibu terlihat sangat serius, sementara Aretha hanya kebingungan melihat mereka berdua. "Ada apa Yah? Kenapa kalian tidak bicara? " tanya Aretha. Ayah menghela nafas panjang dan melirik istrinya. "Nak, bagaimana jika kau menikah? " ucap Ibu. "Haha ada apa bu, kenapa tiba-tiba memintaku menikah? " tanya Aretha. "Usia mu sudah seharusnya menikah, kami juga sudah semakin tua dan ingin melihat mu memilih pria yang tepat. Jadi, bagaimana jika kau menikah dengan Zaflan? Dia tinggal dirumah kita, pandangan masyarakat sudah tidak enak, untuk menghindari itu kita harus membangun hubungan halal dirumah." "Ibu, ini sudah zaman apa, kenapa aku masih dijodohkan. Dan pria itu? Aku sama sekali tidak mengenalnya, bukan hanya aku, bahkan Ayah dan Ibu juga tidak tau siapa dia bukan." "Dia anak yang baik nak, selama seminggu dia dirumah, Ayah membawanya ke dalam kebaikan dan dia menurut, jika kau bisa menikahinya dengan niat untuk membawanya kepada kebaikan, bukankah itu lebih baik? " sahut Ayah. "Ayah, tapi aku tidak sekuat itu untuk hidup dengan pria yang tidak aku kenal." "Ayah hanya ingin kau membawanya kepada kebaikan, karena pernikahan ini atas permintaannya juga, apa kau tidak ingin mewujudkan harapan Ayah? " Aretha tertunduk lesu, ada beberapa tetes mutiara keluar dari matanya, hatinya begitu berat menerima itu semua, tapi dia juga takut jika melawan Ayahnya. "Biarkan aku berfikir Yah, Bu, karna ini menyangkut masa depanku." "Ayah akan memberikanmu waktu, jadi fikirkanlah bagaimana nasib keluarga kita, Ayah dan Ibu semakin tua, kita butuh penerus untuk tetap menjalankan pesantren ini." ucap Ayah. Aretha mengangguk pelan dan pergi keluar dari ruangan Ayahnya. Karena merasa sedih dan kacau, Aretha memutuskan untuk duduk di tepi kolam ikan milik Ayahnya. Aretha menangis sejadi-jadinya disana, karena biasanya tidak akan ada orang. Plung!! Aretha sontak terkejut hingga berhenti menangis ketika mendengar suara batu yang masuk ke dalam kolam. Aretha mencari-cari dimana sumber suara itu, hingga pandangannya terhenti pada satu sosok yang sedang berdiri di seberang kolam. Aretha tidak tahu siapa itu, tapi dia cukup membuatnya kesal, karena mengganggunya yang sedang menangis. "Assalamualaikum." ucap pelan dari seberang kolam. "Wa'alaikumussalam." jawab Aretha sendu. "Apa kau menangis karena akan dijodohkan dengan orang yang tidak kau kenal? " "Kau siapa? Kenapa kau mengetahui tentang hal itu? " tanya Aretha. "Bukankah sudah jelas? Serumah dengan yang bukan mukhrim akan menimbulkan fitnah." "Siapa pun dirimu aku akan memperjelasnya, kami tidak serumah, aku tinggal dengan temanku dan dia tinggal dengan orang tuaku, bukan serumah." Aretha terdiam sejenak karena tidak mendengar jawaban apapun dari seberang kolam, Aretha mencoba sedikit mengintip, namun tetap tidak ada jawaban. "Apa ini? Apa dia pergi? Wah dia benar-benar membuatku kesal setelah bertanya hal seperti itu." ucap Aretha kesal sambil menendang batu kemudian berjalan pergi meninggalkan kolam. *** Keesokan harinya, usai mengajar, Aretha kembali duduk di tepi kolam untuk menenangkan pikirannya sekaligus mencoba memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya. Plung!!! Aretha melirik ke dalam kolam dan mencoba mencari sumber suara. "Kenapa? Apa memutuskan untuk menikahi pria yang tidak dikenal itu berat bagimu? " ucap suara dari seberang kolam. "Tentu saja, kau pikir mudah hidup dengan orang yang tidak dikenal." "Hmm, mudah saja." "Wahh, aku benar-benar penasaran siapa dirimu, kau mengikuti ku dua hari ini bukan? Apa kau santri? Tunjukkan dirimu, aku akan menghukummu sampai kau tidak bisa lagi mengunjungi kolam ini, kemarilah." ucap Aretha sambil berjalan ingin mendekat. "Aretha!! Are!!!! " Aretha langsung menghentikan langkah kakinya saat mendengar seseorang meneriaki namanya, Aretha spontan langsung berlari ke sumber suara dan melihat Ibu sedang berusaha memopong Ayahnya untuk bangun. "Apa yang terjadi Bu? " tanya Aretha. "Ayahmu terpeleset, bantu Ibu." "Biarkan aku mengangkat Bapak." sahut sebuah suara yang kemudian mendekat dan mengangkat tubuh Ayah dan membawanya duduk ke sofa.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN