Pergi

1037 Kata
"Semua buktinya ada di tanganku, wanita ini tidak memberikan ganti rugi apapun dan malah menghancurkan kehidupan orang lain. Sekarang, aku punya penawaran menarik untuk membersihkan semua masalah ini. Aku akan melaporkan ini ke polisi dan menghancurkan perusahaan, atau umumkan wajah asliku ke dunia agar semuanya tau aku pemilik perusahaan ini." ucap Zaflan. Semua orang terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Zaflan. Semua hal itu tidak mungkin terjadi, karena Ayahnya tidak ingin anaknya dalam bahaya, terutama tidak ingin istrinya menemui anaknya lagi. "Ayah tidak akan memperkenalkan wajahmu kepada siapa pun." "Kalau begitu bersiaplah untuk wanita ini mendekam dipenjara." ucap Zaflan sambil berdiri. "Baik!! " teriak Ibu tirinya, "Pak umumkan saja tentang dirinya, apa kau tega melihatku mendapat konsekuensinya? " Zaflan tersenyum miring melihat wajah Ayahnya yang kebingungan setelah mendengar ucapan dari wanita itu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Ayahnya angkat bicara. "Baik, Ayah akan mengumumkan tentangmu seminggu lagi." Zaflan berdiri dan pergi meninggalkan rumah itu, perasaannya bercampur aduk, dia melihat betapa Ayahnya menyayangi wanita itu hingga rela menutupi keburukannya. Padahal, Zaflan juga tidak terlalu ingin memperkenalkan dirinya kepada dunia, karena hal itu akan merepotkannya juga, namun, ternyata dengan itu dia bisa melihat bagaimana Ayahnya akan tetap memilih Ibu tirinya. *** "Kau sibuk hari ini? " "Iya lumayan, mungkin akan pulang malam lagi." jawab Aretha. "Kalau begitu aku akan mengantarkan makanan untukmu, makanlah, jangan sampai kelaparan, aku akan mengirimkan nya nanti melalui kurir." ucap Rizan. "Hmm terima kasih." "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." "Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. " jawab Aretha kemudian menutup telepon, kemudian kembali sibuk dengan laptopnya. Seharian Aretha mengajar di berbagai kelas, ujian demi ujian sudah disiapkan, Aretha tidak sabar untuk menunggu semuanya selesai agar hari liburnya segera tiba. Setelah selesai, Aretha melajukan mobilnya untuk berjalan pulang. Setibanya di pondok pesantren, Aretha langsung menemui sahabatnya yang baru saja selesai mengatur para santri. "Sungguh berat pekerjaan Ibuk kita ini." ucap Aretha, sontak membuat Farrah berdiri dan memeluk sahabatnya itu. "Sudah berapa lama kita tidak berjumpa, lihatlah lingkaran matamu itu." ucap Farrah sambil mengelus wajah Aretha. "Kau ingin sariawan? Aku akan menampar mulutmu supaya sariawan." jawab Aretha. "Haha, kenapa? Apa sulit mengatur mahasiswa? " "Aku hanya lelah, banyak yang harus aku selesaikan." jawab Aretha kemudian duduk di kursi. Farrah menyodorkan segelas air minum untuk Aretha dan duduk dihadapan sabahatnya. "Kau tidak akan mengajar di pondok lagi? " "Aku akan kembali mengajar setelah selesai UAS anak-anak, besok hari terakhir mereka ujian, jadi aku bisa kembali mengejar setelah itu." jawab Aretha. "Bagaimana dengan Rizan? Dia masih terus mendekatimu? " "Itu sudah jadi bahasan lama, dia akan terus mengirimiku makan malam kalau tau aku lembur, aku sudah bosan menolaknya sampai aku biarkan dia melakukan apapun yang diinginkannya." jawab Aretha. "Bagaimana jika dia mengajakmu menikah? " "Omong kosong apa itu." "Aku serius, beberapa hari lalu dia menanyakan bagaimana tanggapanmu kalau dia mengajakmu menikah." "Aku pulang dulu, nikmatilah hidupmu yang mengabdi disini. " ucap Aretha kemudian berjalan pergi dan menutup pintu kamar Farrah. *** Pagi-pagi sekali Zaflan sudah bersiap dan sarapan di meja makan, Raiyan yang baru datang terkejut melihatnya berpakaian menggunakan celana jeans hitam, jaket denim dengan dalaman hitam santai seakan ingin pergi liburan sendiri. "Kau mau kemana? Ada kejadian apa sampai kau sudah bersiap keluar jam segini? " ucap Raiyan. "Berapa jam aku harus mengemudi untuk tiba di desa terpencil itu? " "Desa terpencil? Penggusuran untuk proyek tambang maksudmu?" Zaflan mengangguk. "Butuh setengah hari untuk tiba disana, kenapa? " "Pegang perusahaan untuk hari ini, aku ada penting." jawab Zaflan kemudian mengambil kunci mobil dan mendorong Raiyan untuk keluar dari villa nya. Raiyan yang masih terbengong melihat Zaflan melaju membawa mobilnya ke jalan dengan kecepatan penuh, Raiyan memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya menuju perusahaan. *** "Benarkah? Tuan Z akan ditampilkan ke dunia? Kita akan bisa melihat siapa dia sebenarnya? " "Dengar-dengar katanya Tuan Z sangat tampan, dan masih bujangan." "Eii mana mungkin, aku pernah mendengar dia duda, karena itulah dia menyembunyikan dirinya selama ini." "Apapun yang terjadi, aku akan berterima kasih jika melihatnya, karena berkatnya gajiku benar-benar mencukupi hidupku selama bekerja disini." Begitulah obrolan dari para pegawai yang sudah mendengar kabar kalau wajah Zaflan akan diumumkan ke dunia. Ibu tiri dan Alzam mendengar ucapan itu, membuat Ibu tirinya semakin geram. "Aku berharap dia benar-benar akan mati." gumam Ibu tiri. "Ibu, jangan begitu, bagaimana pun perusahaan ini memang miliknya." ucap Alzam. "Tutup mulutmu dan berhenti berbaik hati, kau tidak lihat bagaimana dia memperlakukan Ibumu? Ibu bisa tenang kalau dia benar-benar mati." *** Zaflan melajukan mobilnya kejalanan dengan kecepatan penuh, berharap bisa tiba di tempat tujuan dengam segera. Namun, saat melintasi pembelokan yang tajam di bawah bukit, Zaflan sedikit mencoba mengerem, namun anehnya rem nya tidak berfungsi. Hal itu membuat Zaflan panik dan menekan rem dengan keras, namun tidak berfungsi sama sekali. Tett!! Tettt!!! Zaflan terkejut melihat mobil truck yang ada di hadapannya dan langsung banting setir ke jurang. Mobil terjatuh ke jurang yang tinggi membawa Zaflan yang masih ada di dalamnya. Dubrakkk!!! Terdengar keras bunyi mobil yang jatuh ke dalam air, sopir truck yang gugup dan ketakutan untuk diminta tanggung jawab, langsung melajukan trucknya dan melarikan diri. Zaflan yang berada didalam mobil sudah tidak bisa bernafas karena mobil masuk ke dalam air, Zaflan mencoba membuka pintu mobil, namun gagal dan tidak bisa dibuka. *** "Apa? Apa yang baru saja kau katakan? " ucap Ayah lemah dan terkejut. "Mobil yang dikendarai Tuan Zaflan jatuh ke jurang." ucap Raiyan. Ayah langsung terjatuh ke lantai karena lemah dan terkejut, istrinya berpura-pura sedih dan menangis sambil membantu suaminya untuk bangun. Alzam langsung mengambil air untuk diminum Ayahnya. "Bawa aku ke sana, aku akan menemui anakku dengan tanganku sendiri." ucap Ayah kepada Raiyan. "Maaf Tuan, tapi tubuh Tuan Zaflan tidak dapat ditemukan." Mendengar hal itu semakin membuat Ayah hancur sehancurnya. Sementara, senyum bahagia dan kemenangan tercipta di ujung bibir Ibu tirinya. "Ayo Ayah, aku akan menemani Ayah mencarinya." ucap Alzam kemudian membawa Ayahnya menuju mobil. Semua macam pencarian sudah dikerahkan untuk mencari tubuh Zaflan, disetiap sudut tempat dilakukan pencarian agar segera menemukan Zaflan. Ayah ikut turun ke jurang untuk mencari keberadaan anaknya yang masih belum ditemukan. Satu jam, lima jam , sepuluh jam. Pencarian masih tidak membuahkan hasil, membuat Ayahnya semakin ketakutan dan hanya bisa menangis. "Maafkan Ayah nak, Ayah akan memperbaiki semuanya sesuai keinginanmu, kembalilah." ucap Ayah dalam isak tangisnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN