Pengalihan

1321 Kata
Nara menyodorkan kopi kalengan kepada Alexander yang duduk selonjoran di dek kapal dalam perjalanan pulang kembali ke Pulau Nara. Perjalanan pulang kali ini, Alex tidak perlu lagi menjadi nahkoda karena, nahkoda yang bekerja untuk Nara sudah menunggu mereka di Pelabuhan Banda Aceh, karena dia telah selesai menjenguk istrinya yang baru melahirkan. “ Lex, terimakasih ya untuk hari ini. Berkat kamu pengiriman ekspor jadi lancar. Kalau tadi tidak ada kamu, pasti ekspor hari ini tidak bisa kita penuhi sedangkan lobster-lobster yang kita kumpulkan sudah memenuhi quota ekspor.” Kata Nara ikut duduk selonjoran di pinggir dek Kapal. “ Nggak usah terimakasih, aku yang harus banyak terimakasih padamu. Tanpamu yang menyelamatkan nyawaku, mungkin aku sudah mati di laut.” Kata Alex membuka kaleng kopinya dan menyodorkannya pada Nara. “ Aku bisa buka sendiri, Lex. Aku bukan wanita manja.” Lalu dia menolak pemberian Alex dan membuka kalengnya sendiri , lalu menyeruputnya. “Aku tahu, kamu bukan wanita manja, tapi sekali-kali dibukain kaleng kopi dari pria juga nggak ada salahnya.” Kata Alex menyeruput kaleng kopinya juga. “ Memang nggak salah, hanya aku yang tidak terbiasa.” Kata Nara pelan “ Aku kagum padamu, Nara. Kamu hebat, berhasil membesarkan perusahaan yang ditinggalkan Bapakmu sehingga bisa berkembang sedemikian pesat. Kamu berhasil sewa pulau, beli kapal dan bangun workshop dengan coldstorage di dalamnya.” Kata Alexander. “ Dari kecil aku sudah ikut Papa ke laut, nego dengan nelayan dan ikut pilah pilah lobster dan ikut nego dengan eksportir. Papaku sudah mempersiapkan aku. Jadi saat tamat kuliah dan pulang kembali ke Sabang , aku sudah siap meneruskan usaha Papa yang kala itu sudah sakit-sakitan.” “ Papamu meninggal uda lama?” Tanya Alex. “ Hampir tiga tahun lalu, saat usiaku dua puluh tujuh tahun.” “ Berarti papamu belum sempat melihat keberhasilanmu di Pulau Nara, dong.” Kata Alex lalu dia tertawa dan melanjutkan “ Aku kembali pakai bahasa dong, pasti kamu mau ketawain aku lagi.” Nara menggeleng “ Aku ngak akan mengetawaimu lagi.” Lalu dia menghela nafas “ Itu satu-satunya penyesalanku, karena papa belum sempat melihat aku mendirikan workshop yang demikian canggih di pulau Nara.” Dan juga tidak melihatku menikah, seperti keinginan papa, sambung Nara dalam hati. Kalimat terakhir itu tidak berani dia ucapkan. Mereka berdua terdiam menikmati sinar matahari pagi dan angin laut yang berhembus dalam perjalanan mereka kembali ke Pulau Nara. “ Ra.. kamu belum menjawab pertanyaanku? “ Pertanyaan apa?” Tanya Nara sambil memicingkan matanya “ Maukah kamu menerimaku tinggal selamanya di Pulau bersamamu dan Ibu? Aku tidak usah mengingat kembali tentang siapa aku. Aku akan jadi Alex yang baru dan membentuk kenangan yang baru di sini bersamamu. ” Kata Alex, memandang Nara dengan sinar mata penuh pengharapan. Nara balas memandang Alex, kemarin malam saat Alex bertanya, Nara memang belum sempat menjawabnya karena Ananta menghentikan percakapan mereka tentang perubahan jadwal keberangkatan pesawat terbang dan juga Nara sibuk berpikir, apa yang seharusnya dia katakan kepada Alex, laki-laki yang selalu berhasil membuat hatinya berdebar ini. Haruskah ketakutan-ketakutan tentang Alex yang sudah berkeluarga diungkapkannya kepada Alex? Tanya Nara dalam dirinya. “ Ra.. Kamu tidak bersedia menerima aku tinggal bersamamu ya?” Alex bertanya dengan sorot mata sedih. “ Aduh Lex.. Aku bingung.” Kata Nara sambil menggaruk-garuk kepalanya, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih pelan “ Aku bukannya tidak bersedia menerima kamu tinggal bersama aku di Pulau. Kalau saja kamu itu diusir orang tuamu, yatim piatu atau kamu hidup melarat, kerja di kapal nelayan dan jatuh ke laut lalu aku temukan, aku akan sangat bersedia menerimamu tinggal bersama kami, tapi… tapi.., aku ragu karena saat ini yang terjadi adalah kamu lupa masa lalumu. Aku tidak mau membuat hidupku sengsara karena aku menjatuhkan cinta yang salah kepadamu. Aku takut kamu sudah beristri dan akan sangat ribet kalau tiba-tiba, kamu ingat masa lalumu kembali atau istrimu menemukan dirimu di saat aku benar-benar sudah menyerahkan hatiku padamu, atau di saat kita sudah kawin.” Alex memandangnya dengan mata penuh tanda tanya “ Maksudmu kamu mencintaiku?” Nara terkejut dan tersentak dengan pertanyaan Alex. “ Jadi maksud pertanyaan dirimu tadi, bukan karena kamu mencintai aku sehingga ingin tinggal bersamaku dan Ibu di Pulau?” Nara memastikan sambil tertunduk. Wajahnya pasti sudah memerah bagaikan kepiting rebus. Bagaimana mungkin dia yang mengungkapan perasaannya tentang mencintai Alex, padahal mungkin Alex, hanya ingin tinggal bersama mereka di Pulau tanpa perlu mencari tahu lagi tentang siapa dirinya lagi. Oh No! Nara semakin menunduk dan tidak tahu harus bagaimana. Perasaanya mengatakan Alex masih tetap menatapnya dan Nara sama sekali takut untuk mengangkat kepalanya. ‘Aku memang sungguh gila, aku memang sudah gila. Berulang kali Nara memarahi dirinya sendiri sambil meremas-remas kaleng kopinya dengan gelisah. “Nara… Nara” Kata Alex pelan “ Maaf Lex.. Aku … Aku….. Aku salah mengartikan. Aku.. Aku sungguh.. ” Perkataan Nara terhenti ketika Alex mendekatkan bibirnya ke bibir Nara. Nara terkejut tapi tidak menolak. Dia merasa tubuhnya gemetar dan dunia di sekitarnya berhenti berputar, bibir Alex terasa pahit di permukaan, sisa dari kopi yang baru mereka minum tapi ketika Nara menyesap lebih dalam ada rasa manis yang begitu memabukkan dan membuat hatinya semakin berdebar. Alex menciumnya begitu lembut, begitu penuh perasaan dan saat Alex menyesapkan lidahnya masuk ke bibir Nara. Nara menerimanya dengan utuh, dia membalas ciuman itu dengan perasaan campur aduk dan sensasi yang meletup-letup dalam hatinya. Tangan Nara membelai pelan pipi Alex yang kasar karena bulu -bulu yang tumbuh memanjang sepanjang pipinya. Kepala Alex terkulai merasakan belaian di pipinya dan dia membuka matanya, ciuman di bibir mereka terlepas, tapi tangan Alex mengangkat dagu Nara agar menatapnya sambil berbisik “ Aku juga mencintaimu, Nara. Tapi aku takut kamu tidak mencintaiku karena aku tidak punya apa-apa sedangkan kamu adalah wanita yang memiliki segalanya. Awalnya aku hanya berani meminta untuk boleh tinggal di Pulau bersamamu agar bisa terus berdekatan denganmu dan bisa terus mencintaimu sambil mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padamu. Aku sangat bahagia , ternyata kamu juga mencintaiku. Terimakasih Nara sudah mencintaiku, meskipun aku ini bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa.” Nara memandang wajah Alex, dia sudah tidak bisa mundur lagi, ciuman Alex sudah diterimanya, bahkan dibalasnya dengan penuh perasaan. Tidak mungkin lagi, dia mundur dan bilang pada Alex mengenai ketakutannya. Satu-satunya cara adalah bagaimana menyiasati keputusan itu , agar tidak membuat dunianya jungkir balik kalau seandainnya Alex ternyata sudah beristri. “Alex, dengarkan aku……” “Ya, aku mendengarkanmu. Aku mengerti ketakutanmu. Kamu pasti takut, kalau tiba-tiba aku ingat masa laluku dan ternyata aku uda beristri. Saat ini, aku tidak mau mengingat semua masa laluku . Biarkan aku tetap lupa, asalkan aku bisa tetap mencintaimu.” “ Tapi Alex… Kita tidak bisa seperti ini. Aku kalau mencintai sesuatu, aku akan sepenuh hati, seperti aku mencintai perusahaan ku, semua jiwa raga akan aku pertaruhkan untuk perusahaanku, begitu juga kalau aku mencintai seorang pria, aku akan melakukan semuanya demi dia. Jadi aku tidak mau saat semua hatiku ku letakkan untukmu, tiba-tiba ada wanita yang datang dan mengatakan kalau kamu adalah suaminya. Aku pasti tidak akan mengalah. Dan aku akan mempertahankanmu dengan segala cara, itu artinya aku akan menyakiti diri wanita lain yang sebenarnya lebih berhak daripada aku, karena dia yang memilikimu pertama kali. Aku... Aku tidak ingin jadi wanita yang merebut lelaki milik wanita lain.” Kata Nara sambil menggigit bibirnya. “ Kamu tidak merebutku, kalaupun memang aku sudah beristri, kamu bisa menganggap sebagai pengalihan hak milik.” Kata Alex dengan seringai di lucu di wajahnya. Nara mendelik sambil tertawa. “ Bagaimana mungkin kamu bisa memikirkan hal itu, di saat kamu lupa siapa namamu!” “ Supaya kamu tersenyum dan ngak mengigit bibirmu lagi. Kamu selalu mengigit bibirmu kalau kamu sedang gundah.” Kata Alex penuh perhatian. Hati Nara tambah bergetar, lelaki ini benar-benar meluluh lantakan jiwaku. “ Apa yang mau kamu katakan Nara? Mari kita pikirkan sama-sama. Agar kita berdua bisa menerima perasaan yang muncul di hati kita ini tanpa ragu.” Alex berkata lembut sambil mendaratkan ciuman sekilas di bibir Nara. “Aku ingin kita…….”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN