Reagan masuk kedalam bersama Asley sambil tertawa bersama. Iris melihat kedua anaknya sambil tersenyum memandang keduanya.
"Dari mana kalian berdua?" tanya Iris kepada kedua anaknya. Wanita itu sedang sibuk menyiapkan sarapan di area dapur.
"Kami baru saja dari belakang!" jawab Reagan singkat. Ia membawa Asley untuk duduk di ruang makan.
"Asley apa kau sudah menghabiskan sarapanmu?" tanya Iris kepada putri kecilnya. Asley tampak mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan sang ibu.
"Sudah Mama!" ucap Asley dengan nada riang, ia menatap kakak laki lakinya sambil memainkan matanya. Reagan terkekeh melihat tingkah adik kecilnya.
"Rea, kamu baru pulang?" tanya Iris kepada Reagan. Reagan memandang ibu tirinya dengan alis terangkat mendengar pertanyaan dari ibu sambungnya membuat ia merasa heran.
"Kenapa?" tanya Reagan aneh.
"Kamu masih menggunakan pakaianmu yang semalam?" ucap Iris menjelaskan, karena tatapan Reagan tampak bertanya.
"Oh. ini aku sudah pulang dari malam, tapi belum sempat menggantinya!" ucap Reagan jujur. Ia memang sudah pulang dari malam hanya saja kejadian di halaman belakang membuatnya menjadi semangkin bingung.
"Apa kamu tidak kuliah Rea?" tanya Iris kepada Reagan, pria itu mengangguk sambil mengunyah roti tawar yang berada di atas meja makan.
"Aku ada kelas hari ini. Dan akan pergi sebentar lagi!" ucapnya sedikit bingung karena kejadian malam ini membuat orientasi waktu belajarnya menjadi bingung.
"Cepatlah bersiap nanti kau terlambat!" jawab Iris sambil membersihkan dapurnya. Reagan memilih masuk kedalam kamarnya lalu mencuci wajahnya. Ia memandang wajahnya pada cermin di kamar mandinya. Mengingat apa yang terjadi tadi malam ia tidak menyangka mengapa bisa terjebak dengan situasi seperti itu. Reagan terus berpikir siapa orang yang ia temui di halaman belakang itu. Karena jubah yang digunakan membuatnya susah untuk mengenali seseorang itu. Reagan mempercepat bersih bersihnya lalu keluar kamar mencoba mencari ibunya. Ia ingin bertanya tentang nasib anak yang hilang karena merasa penasaran. Dan bersiap untuk pergi ke kampus. Reagan turun melihat ibunya dan Asley sedang sibuk di dapur.
"Apa kamu mau jus?" tanya Iris yang sedang meletakkan sarapan di atas meja makan. Reagan mengangguk mendengar tawaran dari Iris.
"Boleh!" jawab Reagan singkat dan memilih duduk di sebelah Asley yang asik memakan serealnya dan sudah rapi dengan setelan baju seragam sekolahnya. Gadis kecil itu tampak masih menggemaskan meskipun sudah mulai sekolah.
"Oh ya. Apa anak yang hilang itu sudah mendapatkan kabar?" tanya Reagan kepada ibunya. Ia merasa penasaran dengan kabar anak hilang itu, karena merasa janggal dengan semua yang terjadi.
"Belum. Sampai saat ini belum ada titik terang!" ucap Iris dan ikut duduk di meja makan bersama kedua anaknya. Reagan mengangguk mengerti, ia melihat kearah jendela menatap rumah Cloe.
"Apa nenek itu memang pelakunya?" tanya Reagan lagi memastikan. Iris menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya tidak tahu.
"Entahlah. Tapi menurutku bisa saja. Karena dia memang sedikit aneh!" ucap Iris memberi pendapatnya. Reagan hanya mengangguk mendengar penuturan dari ibunya.
"Apa nenek itu sudah kembali?" tanya Reagan lagi seperti detektif yang ingin tahu semua tentang kasus yang sedang terjadi.
"Belum. Tapi aku mendengar jika polisi tidak menemukan bukti apapun yang mengarah padanya!" Reagan cukup terkejut mendengar itu, ia meyakini nenek tua itu adalah pelakunya.
"Lalu?" Reagan sudah mengerutkan dahinya penasaran dengan yang terjadi.
"Mungkin ia akan di bebaskan dan kembali pulang!" jawab Iris sambil memakan sarapan di hadapannya. Reagan mengangguk lalu bangkit dari duduknya karena sudah menyelesaikan sarapannya.
"Aku pergi sekarang!" ucapnya kepada ibunya, Iris mengangguk lalu menyambut uluran tangan Reagan yang mencium tangannya.
"Hati hati Rea!" jawab Iris di balas anggukan oleh Reagan. Pria muda itu menuntun sepedanya keluar garasi bertepatan dengan bibi Zwetta yang juga tengah berniat mengantar anak anaknya pergi sekolah. Reagan mengangguk hormat kepada wanita tersebut sebagai sapaan. Zwetta membalas anggukan Reagan lalu berlalu begitu saja. Reagan mengayuh sepedanya dengan santai menuju kampusnya. Reagan tiba di kampusnya setelah menghabiskan sepuluh menit bersepeda. Ia memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda. Pria itu berjalan tanpa memperdulikan tatapan memuja dari semua para gadis yang menatapnya. Reagan terus berjalan menuju fakultasnya. Tampak dari kejauhan Delwyn mengejarnya menyamakan langkahnya dengan Reagan.
"Hey Bro!" sapa Delwyn saat tiba di dekat Reagan. Pria gempal itu menepuk pundak Reagan membuat Reagan menoleh memandang temannya.
"Jangan menggangguku!" ucap Reagan memperingati temannya yang selalu bertingkah jahil. Reagan mempercepat langkahnya agar Delwyn tidak mengikutinya.
"Aku tidak akan mengganggumu!" jawabnya percaya diri, pria itu mengikuti langkah Reagan membuat pria tampan itu menggeleng karena kesal.
"Kau mendekatiku saja sudah mengganggu!" jawab Reagan lagi membuat Delwyn langsung menatapnya tidak percaya dengan ucapan pria tampan di dekatnya ini.
"Kenapa kau payah sekali sih?" ucap Delwyn lagi sambil terus berjalan mengikuti langkah Reagan. Ia terus mengikuti langkah Reagan karena memiliki maksud kepada pria tersebut.
"Kau mau kemana?" tanya Reagan menatap temannya yang mengikuti langkahnya karena ia sadar jika Delwyn tidak satu jurusan dengannya membuat Reagan menatapnya dengan dahi berkerut. Pria gempal itu menggaruk kepalanya lalu tersenyum kearah Reagan.
"Aku?" ucap Delwyn menunjuk dirinya sendiri. "Tentu saja akan ke kelas ku!" ucapnya menjelaskan, tapi dengan tatapan mata yang bergerak tidak beraturan, karena berbohong. Reagan menghela nafasnya lalu berjalan kembali.
"Tapi ini bukan arah kelas mu!" jawab Reagan yang mulai jengah. Delwyn tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Oh baiklah. Aku memang berniat mengikutimu!" jawab Delwyn akhirnya sambil menggaruk kepalanya salah tingkah.
"Kenapa Kau mengikutiku?" tanya Reagan lagi dengan tatapan kesal kearah Delwyn. Ia sudah menghentikan langkahnya.
"Aku hanya ingin bertanya apa kau kemarin pergi bersama Casey?" tanya Delwyn kepada Reagan yang langsung bergerak salah tingkah ia menatap kearah lain karena tidak ingin Delwyn mengetahuinya sedang berbohong.
"Kau tahu dari mana?" tanya Reagan lagi dengan nada di buat datar.
"Tentu saja aku tahu. Satu kampus sedang membicarakanmu dengan Casey, karena kalian sudah kencan bersama!" ucap Delwyn membuat Reagan menatapnya tak percaya. Ia mengerutkan dahinya mendengar ucapan Delwyn.
"Maksudmu membicarakan apa?" tanya Reagan merasa bingung dengan apa yang Delwyn katakan.
"Casey mengatakan pada anak anak kalau ia berkencan denganmu! Kamu kan bintangnya tentu saja semua wanita merasa iri padanya!" jawab Delwyn menjelaskan kebingungan yang terlihat di raut wajah Reagan. Reagan mengangguk lalu melanjutkan langkahnya kembali menuju kelasnya.
"Oh, Kami hanya menghabiskan waktu sebentar!" jawab Reagan masih diikuti oleh Delwyn yang terus mencari informasi dari pria tampan yang selalu sendiri dan tak berteman ini.
"Kenapa cuma sebentar?" tanya Delwyn lagi yang masih setia mengikuti Reagan berjalan. Reagan menghela nafasnya lalu menatap Delwyn sinis.
"Tidak apa apa?" ucap Reagan tidak berniat menjelaskan karena ia merasakan pusing pada kepalanya akibat gangguan dari suara suara yang terus mengganggu pikirannya.
"Ayolah, kenapa kau payah sekali untuk berbicara Rea?" Delwyn terus mengganggu pria itu, Reagan berkali kali menghela nafasnya lelah karena Delwyn terus mengganggunya.
"Pergilah aku tidak ingin mendengar kau bicara lagi!" jawab Reagan mengusir temannya yang selalu merecokinya. Delwyn terkekeh mendengar ucapan Reagan yang tampak kesal padanya.
"Oke aku pergi tapi jika Kau ingin bantuan, aku akan selalu ada untukmu!" jawab Delwyn dengan di akhiri senyum manis. Reagan berjalan masuk kedalam kelasnya ia mengusap wajahnya merasa lelah dan ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi padanya karena tertidur hingga pagi hari di belakang rumahnya. Ia benar benar tidak bisa mengingat siapa orang yang memukulnya dari belakang. Yang Reagan lihat hanyalah seseorang dengan jubah panjangnya yang menutupi seluruh tubuhnya membuat Reagan semangkin penasaran siapa orang tersebut.
Reagan keluar dari kampusnya menuju parkiran sepedanya ia berniat kembali pulang karena jam kuliahnya sudah selesai. Reagan mengayuh sepedanya menuju komplek perumahannya. Ia melihat mobil kepolisian berada di depan rumah Rose. Reagan turun dari sepedanya dan berjalan menuntun sepeda tersebut sambil memandang para petugas yang berada di rumah Rose. Reagan masuk kedalam rumahnya mendapati Iris juga tengah mengintip melihat para petugas kepolisian.
"Apa sudah ada kabar tentang anak itu?" tanya Reagan kepada ibunya. Iris menggelengkan kepalanya lalu memandang Reagan. Pria itu ikut berdiri di belakang Iris ikut mengintip apa yang di lakukan Iris.
"Tidak ada bukti apapun. Mereka bahkan bingung harus mencari kemana! Karena polisi tidak menemukan jejak perginya Cloe." Reagan ikut memandang dari dalam rumah. Jika polisi tidak bisa menemukan anak itu lalu kemana perginya anak kecil itu batin Reagan. Sekilas terbesit bayangan seorang berjubah hitam mengangkat gunting yang berlumur darah dan satu tangan yang lainnya memegang jari jari anak kecil yang sudah terlepas dari tangannya mengeluarkan tetesan darah segar dengan deras. Tampak sekali jika darah itu adalah darah segar membuat Reagan mengerjabkan matanya dan bayangan itu menghilang menyisakan kepala Reagan yang berdenyut nyeri mendapatkan pikiran pikiran aneh itu lagi. Ia memandang sekelilingnya mencari apa yang ia lihat barusan tapi tidak menemukan apapun selain ibunya Iris yang masih berdiri disampingnya melihat keluar jendela masih menyaksikan para polisi yang belum menemukan titik temu dimana hilangnya Cloe gadis kecil yang selalu menjadi teman bermain Asley adik Reagan.
Iris memandang putranya yang tampak mengusap usap kepalanya membuatnya merasa heran.
"Ada apa Rea?" tanya Iris kepada Reagan. Pria itu menoleh memandang ibunya lalu menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan ibunya. Ia memijit pelipisnya karena pikiran itu kembali membuatnya pusing.
"Aku mau ke kamarku!" jawab Reagan sambil berlalu meninggalkan ibunya yang masih berdiri di dekat jendela dan yang masih memperhatikan polisi di kediaman Rose.
______________________________
Maaf untuk typo dan lain lain..
Jangan lupa Komen
Follow cerita Author yang lainnya ya
Dan follow akun Author ya?
~Sabrina
~3DARA
~The Secret Of Isshy
~This Is Love
~Dua Cincin
~Cinta Tak Bersyarat
Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author,
Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini..
*Lyerma wati
Salam sayang dari Author..