13.Killer Mother

1554 Kata
Setelah kepergian Daisy, Sean terus mengurung dirinya didalam kamar. Sean seperti anak yang trauma dengan kejadian yang ia lihat. Ia juga takut kepada Zwetta ibunya sendiri karena sikap Zwetta yang membuatnya seperti anak yang setres. Rasa takut Sean membuatnya lebih banyak diam dan menjerit jika seseorang mendekatinya. Ia merasa selalu was was karena kejadian malam itu. Zwetta mencari Sean kekamarnya melihat anak itu tengah berbaring di ranjangnya, meringkuk. Zwetta yang sudah mulai tenang, kembali pada dirinya sendiri, ia mendekati Sean yang meringkuk dengan badan gemetar. Zwetta mengusap punggung Sean membuat anak kecil itu terkejut dan langsung duduk menjauhi ibunya. "Jangan, jangan sentuh aku!" Sean sudang menggerak gerakkan tangannya di hadapan Zwetta menolak ibunya mendekat. "Sean ada apa sayang?" Zwetta kembali hendak meraih Sean membuat Sean langsung menghentakkan tangan Zwetta kasar. Zwetta memandang putranya tajam. "SEAN," Bentak Zwetta kepada putranya membuat Sean langsung terdiam dan menatap Zwetta takut. "Kemarilah!" Zwetta mengulurkan tangannya kehadapan Sean. Tapi anak itu menggeleng tidak mau, Zwetta tidak mengerti mengapa putranya menjadi seperti ini. "Jangan sakiti aku, ampuni aku Ma!" Sean menjauhi Zwetta yang akan mendekatinya. "Ayolah Sean! Ada apa. Mama tidak akan menyakitimu!" bentak Zwetta sedikit kesal menatap putranya. "Aku tidak mau, pergi, pergi!" teriak Sean kearah Zwetta yang langsung menatap Sean marah. Zwetta menarik nafasnya menetralkan emosinya, ia tidak ingin Zwetta yang lain berusaha mengisi tubuhnya. Ia menghela nafasnya panjang, lalu mengulurkan tangannya mendekati Sean. "Katakan padaku, apa yang sedang mengganggumu Sean?" Zwetta mencoba membujuk putranya dengan nada lembut. Tapi Sean tetap bungkam menatap Zwetta dengan mata bergerak gelisah. Zwetta mencoba mendekati putranya membuat Sean bergerak minggir dan semangkin menjauh. Zwetta seperti di permainkan ia menatap putranya tajam mendekati Sean. Tapi anak kecil itu mengetahui apa yang akan ibunya lakukan ia berlari keluar membuat Zwetta menjerit memanggil Sean. "Sean, mau kemana kau?" teriak Zwetta marah. Sean berlari keluar membuat Zwetta mempercepat langkahnya untuk menghentikan putranya. Sean terus berlari keluar menuju halaman rumah Asley. Zwetta menangkap putranya yang berlari tak tentu arah. "Sean, ada apa? Kenapa kau terlihat takut pada Mama?" Zwetta menarik putranya yang sudah dalam dekapannya. Sean malah menatapnya takut dan tidak menjawab, ia malah menunduk tidak berani menatap ibunya. "Lepaskan, lepaskan aku. Tolong!" Zwetta mendadak bingung berbuat apa, Sean yang berteriak membuatnya menutup mulut Sean. Zwetta melotot kearah putranya, karena seperti menghindarinya. "Kenapa kamu berteriak minta tolong, ini Mama, Sean, Mama Zwetta!" ucap Zwetta sedikit keras, tapi Sean seolah tuli tidak ingin ada di dekapan wanita itu. Ia terus berontak meminta Zwetta melepaskannya. "Lepaskan, lepaskan!" teriak Sean meminta Zwetta melepaskannya. "Kenapa Sean, kenapa kau menghindari Mama?" Zwetta mencoba bertanya lagi, tapi Sean yang sudah benar benar takut padanya langsung menggigit lengan Zwetta membuat wanita itu menjerit kesakitan dan melepaskan Sean. "Aaahhhk, apa yang kau lakukan Sean?" teriak Zwetta membuat Sean berlari menuju rumah Reagan. Sean terus berlari mendekati pagar rumah Reagan, anak kecil itu terlihat berusaha keluar dari pagar rumah mereka. Zwetta mempercepat langkahnya, ia mengibas ngibaskan tangannya yang tergigit oleh Sean. Sean melihat dari kejauhan mobil Reagan baru terparkir di halaman rumah mereka, ia sekuat tenaganya mencapai mobil itu dan meminta pertolongan pada tetangganya. Reagan dan Iris baru kembali dari kantor polisi, Reagan menatap dari kejauhan Sean yang berlari mendekati mereka. Reagan mematikan mobilnya lalu keluar mobil diikuti Iris. Reagan langsung menghentikan Sean yang berada di hadapannya. Membuat Sean langsung bersembunyi di balik tubuh Reagan. Zwetta berjalan mendekati Sean dan Reagan. Wanita itu sedang menghentakkan tangannya yang terluka karena ulah Sean. Iris dan Reagan menatap anak dan ibunya dengan tatapan heran. Zwetta menatap tidak suka kearah Iris dan Reagan. "Ada apa Zwetta?" Iris bertanya saat wanita itu sudah berada di hadapan Reagan dan Iris. Ia melihat Zwetta yang tampak marah dan sedikit kacau. Sean langsung bersembunyi di balik tubuh Reagan, ia tidak ingin melihat ibunya. Sikap Sean membuat Reagan merasa curiga. "Sean, ayo pulang! Mama akan mengantarkan mu kesekolah. Cepat Sean?" Zwetta menatap tajam putranya membuat Sean langsung bersembunyi di balik tubuh besar Reagan. Reagan menatap aneh tingkah Zwetta, ia merasa aneh melihat wanita itu bertingkah tidak sewajarnya. Reagan memegang tangan Sean merasa ingin melindungi. Zwetta menarik paksa Sean dari Reagan membuat Reagan mau tidak mau melepas pegangannya. "Jangan terlalu kasar pada anak kecil!" ucap Reagan mengingatkan. Zwetta seperti tidak suka dengan ucapan Reagan, ia hanya melirik Reagan dengan ekor matanya. "Jangan sok mengajariku!" ucap Zwetta sarat akan kemarahan. Reagan teringat pada Asley adiknya jika melihat Sean. Zwetta menarik Sean kuat untuk ia bawa pulang, tapi putranya menolak ajakan Sean. Reagan yang melihat itu langsung memegang tangan Sean kembali. "Dia tidak ingin bersamamu!" Reagan menatap Zwetta yang terlihat marah, wanita itu tampak kacau dengan tangan yang terluka. Reagan menilai Zwetta dari atas hingga bawah, melihat keadaan wanita itu tampak berantakan. "Jangan ikut campur, dia putraku!" ucap Zwetta dengan suara dalam. Zwetta menarik kuat Sean dan membuat anak lelaki itu mendekat padanya. Sean tampak menangis membuat Reagan menatapnya kasihan. "Zwetta Sean menangis, jangan terlalu kasar padanya!" Iris mengingatkan tapi Zwetta seakan tuli menggeret putranya langsung menuju rumahnya. Reagan menatapnya prihatin, karena Sean terlihat pucat dan menangis. Ia benar benar ingin tahu mengapa Sean merasa takut pada ibunya sendiri. Zwetta menggeret Sean yang terus menangis, anak kecil itu mencoba melepaskan tangan ibunya pada dirinya. "Apa Mama melihat ketakutan di mata Sean?" tanya Reagan membuat Iris mengangguk. "Ya Mama melihatnya, maka dari itu Mama mengingatkan, Zwetta agar tidak terlalu kasar pada Sean!" Iris menghela nafasnya menatap Zwetta yang menarik Sean dan menutup pintu itu dengan keras. Zwetta menutup pintu dengan keras lalu menatap Sean tajam. Sean langsung menunduk takut sambil menangis terisak. Zwetta menarik Sean masuk kedalam kamar Sean yang berada di lantai dua. Wanita itu terus menarik putranya masuk kedalam kamar, dan membanting Sean di ranjang putranya. "Kau membuatnya marah Sean." lirih Zwetta sambil mencengkram pipi Sean kuat. Sean menangis takut sambil memejamkan matanya. "Jangan sakiti aku!" cicit Sean dengan nada suara pelan, Zwetta tertawa lalu mengusap lembut pipi Sean. Zwetta berubah menjadi dirinya yang lain karena emosinya yang menjadi jadi. "Kau yang membuat dirinya marah Sean, mari kita bersenang senang sedikit!" ucap Zwetta sedikit menyeramkan. Sean memejamkan matanya takut, Zwetta tersenyum lalu berjalan menjauhi Sean. "Kau tahu Sean, aku tidak suka dengan anak kecil yang susah di atur!" ucap Zwetta berjalan menjauhi Sean. Wanita itu mencari sesuatu di dalam laci yang berada di kamar putranya. Ia mendapatkan benda itu lalu berjalan mendekati Sean. Wanita itu tersenyum sinis lalu menatap Sean yang meringkuk seperti bayi di atas ranjang. Wajah pucatnya dan tangisannya membuat Sean terlihat buruk. Zwetta mendudukkan Sean lalu menunjukkan benda yang ia bawa. Zwetta memegang gunting sambil tersenyum miring menatap Sean yang terlihat gusar. Sean menggelengkan kepalanya keras, takut dengan sikap ibunya. "Kau tahu ini apa?" Zwetta menggesekkan gunting itu pada pipi Sean. Sean menangis semangkin kuat membuat Zwetta tertawa. "Jangan sakiti aku, aku mohon Ma!" lirih Sean takut menatap Zwetta di hadapannya. Zwetta marah mendengar ucapan mama yang Sean lontarkan. "Jangan memanggilku Mama, aku bukan Mama mu! Aku benci dengan anak kecil yang suka menangis!" Zwetta mengarahkan gunting itu menyentuh mata Sean. Sean langsung memejamkan matanya rapat rapat, merasakan dinginnya gunting yang menyentuh kelopak matanya. Zwetta menurunkan gunting itu menyentuh leher Sean membuat Sean semangkin menangis terisak. Zwetta terus menurunkan guntingnya menuju tangan Sean, ia meraih tangan Sean dengan wajah tersenyum senang. Zwetta meletakkan tangan Sean menyentuh pipinya mengusap pipi Zwetta dengan tangan Sean. Sean menatap ibunya yang melakukan hal aneh dengan takut. Ia benar benar tidak ingin berada di dekat ibunya. Tidak ada orang lain yang berada dirumahnya, hanya mereka berdua. Sean semangkin pucat saat Zwetta mengulum jari jari tangan Sean membuatnya semangkin takut. Sean terus memperhatikan tingkah ibunya hingga Zwetta menghentikan tindakannya. Ia meraih gunting yang cukup besar lalu tersenyum memandang Sean yang menatapnya takut. "Kau tahu? Aku sangat suka dengan jari jari mungil ini!" Zwetta memegang kelingking Sean dan mengusap jari itu dengan lembut. "Jadilah anak yang penurut Sean, ini tidak akan menyakitkan!" Zwetta mengarahkan guntingnya pada jari jari Sean membuat anak laki laki itu menggeleng kuat. "No, no, jangan sakiti aku, aku mohon!" Sean sudah menangis histeris melihat ibunya mengarahkan gunting itu ke jari jari tangannya yang menurut Zwetta sangat menggemaskan. Sean memejamkan matanya merasakan dinginnya gunting menyentuh kelingkingnya. Zwetta tertawa puas lalu menggunting jari kelingking Sean dengan cepat membuat Sean teriak dan menangis histeris. "Aahhkk," Sean berteriak histeris mendapati jari kelingkingnya terputus karena gunting yang Zwetta bawa membuatnya menangis hingga hilang suara. Sean menangis pilu merasakan jari kelingkingnya putus karena ibunya yang memotong dengan gunting tajam. "Hahahaha. Apa ini sakit hem?" Zwetta tertawa lepas, sementara darah segar mengucur deras menetes di ranjang Sean. Sean semangkin pucat menerima perlakuan ibunya. Zwetta langsung melahap jari kelingking itu mengulumnya dengan cepat. Menghilangkan darah yang tertinggal di kelingking Sean. Ia mengeluarkan jari itu lalu melihat jari kelingking itu seperti barang kesukaannya. Sean meringkuk sakit merasakan perihnya tangan yang berlumur darah. Hingga suara bel rumahnya membuat Zwetta terdiam lalu menatap Sean yang meringkuk sakit. Zwetta langsung bergerak turun melihat siapa yang datang menghentikan kegiatannya yang menyenangkan. ______________________________ Ada yang nungguin cerita ini?? Tungguin terus ya, Author bakalan update lagi.. Maaf untuk typo dan lain lain.. Jangan lupa Komen Follow cerita Author yang lainnya ya ~Sabrina ~3DARA ~The Secret Of Isshy ~This Is Love Dan buat yang mau dekat dan tahu jadwal Update Author, Author info in di sss ya, yang mau tahu alamat sss Author seperti di bawah ini.. *Lyerma wati salam sayang dari Author..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN